Bunda Maya

Folder Bunda - Blog Cerita Dewasa Ngentot Yang Selalu Update Cerita Ngentot Terbaru Setiap Hari..

Daya Pikat Ibu Arwinda

Daya Pikat Ibu Arwinda

Gue lagi beberes kamar kontrakan mungil gue, ukurannya cuma 3x4 meter aja. Baru sebulan ngekost di tempat ini, dindingnya papan semua, bolong-bolong pula! Malam-malam anginnya menusuk banget, dinginnya kayak di kulkas.

Susah banget nyari kamar kost yang harganya nggak bikin kantong jebol di kota kuliah gue. Sampai akhirnya Bu Arwinda, pemilik warung makan deket kampus, nawarin kamar kost murah meriah. Langsung deh gue iyain.

Eh iya, Bu Arwinda, ibu kost gue itu janda cantik, sekitar 45 tahunan. Udah tujuh tahun menjanda, tinggal berdua sama anaknya, Nastiti, yang masih SMA. Mereka berdua nyari duit dari warung makan kecil-kecilan, dibantu Yu Narsih, tetangganya. Yu Narsih bantuin Bu Arwinda dari pagi sampai sore.

Bu Arwinda orangnya kalem banget. Selalu pakai baju panjang, apalagi kalo lagi di luar rumah atau lagi layanin pembeli. Walaupun cantik, nggak ada cowok yang berani modusin dia. Katanya sih pernah ada yang nembak, tapi Bu Arwinda cuma mau fokus ngurusin Nastiti sampai anaknya nikah. Dia bilang susah banget nemuin pengganti suaminya yang udah meninggal.

Lagi asyik-asyik ngetok-ngetok dinding kamar, tiba-tiba denger suara pintu kamar mandi kebuka. Terus nggak lama kemudian, denger suara air yang deres banget dari kamar mandi. Padahal... nggak ada orang di sana selain...

ran air yang memungkinkan menimbulkan bunyi serupa. Maka seiring dengan rasa ingin tahu yang muncul tiba-tiba, aku segera mencari celah lubang di dinding yang bersebelahan dengan kamar mandi untuk bisa mengintipnya.

Ah, ternyata yang ada di kamar mandi adalah Bu Arwinda. Wanita itu tengah kencing sambil berjongkok. Mungkin ia sangat kebelet kencing hingga begitu berjongkok semprotan air yang keluar dari kemaluannya menimbulkan suara berdesir yang cukup kencang sampai ke telingaku. Aku jadi tersenyum simpul melihat kenyataan itu.

Tadinya aku tidak berniat melanjutkan untuk mengintip. Namun ketika sempat kulihat pantat besar Bu Arwinda yang membulat, naluriku sebagai laki-laki dewasa jadi terpikat. Posisi jongkok Bu Arwinda memang membelakangiku. Namun karena ia menarik tinggi-tinggi daster yang dikenakannya, aku dapat melihat pantat dan pinggulnya.

Ah, wanita berkulit kuning itu ternyata belum banyak kehilangan daya pikatnya sebagai wanita. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk terus mengintip, melihat adegan lanjutan yang dilakukan ibu kostku di kamar mandi yang ternyata membuat tubuhku panas dingin dibuatnya.

Betapa tidak, setelah selesai kencing, Bu Arwinda langsung mencopot dasternya untuk digantungkannya pada sebuah tempat gantungan yang tersedia.

Tampak ia telanjang bulat karena dibalik dasternya ia tidak mengenakan celana dalam maupun kutangnya. Jadilah aku bisa menikmati seluruh keindahan lekuk-liku tubuhnya.

Bongkahan pantatnya tampak sangat besar kendati bentuknya telah agak menggantung. Sepasang buah dadanya yang juga sudah agak menggantung, ukurannya juga tergolong besar dengan dihiasi sepasang pentilnya yang mencuat dan berwarna kecoklatan.

Namun yang membuatku kian panas dingin adalah adegan lanjutan yang dilakukannya setelah ia mulai mengguyur air dan menyabuni tubuhnya. Sebab setelah hampir sekujur tubuhnya dibaluri busa sabun mandi, ia cukup lama memainkan kedua tangannya di kedua susu-susunya. Meremas-remas dan sesekali memilin puting-putingnya.

Sepertinya ia tengah berusaha membangkitkan dan memuasi birahinya oleh dirinya sendiri. Lalu, dengan satu tangan yang masih menggerayang dan meremas di buah dadanya, satu tangannya yang lain menelusur ke selangkangannya dan berhenti di kemaluannya yang membukit.

Kemaluan yang hanya sedikit ditumbuhi bulu rambut itu, berkali-kali diusap-usapnya dan akhirnya salah satu jarinya menerobos ke celahnya.

Aku yakin Bu Arwinda melakukan semua itu sambil membayangkan bahwa yang mencolok-colok liang kenikmatannya adalah rudal seorang laki-laki.

Terbukti ia melakukan sambil merem-melek dan mendesah. Membuktikan bahwa ia mendapatkan kenikmatan atas yang tengah dilakukannya. Disodori pertunjukkan panas yang diperagakan ibu kostku, aku kian tak tahan.

Akhirnya, ketika tubuhnya terlihat mengejang, karena menahan birahi yang tak terbendung dan seiring dengan datangnya puncak kenikmatan yang didambakan, aku pun kian kencang meremas dan mengocok kemaluanku sambil terus memelototi tingkah polahnya.

Dan tubuhku ikut mengejang dan melemas ketika dari ujung rudalku memuntahkan kenikmatan yang menyembur cukup banyak.

Dia tampak kaget dan mencoba mencari sesuatu di dinding kamar mandi yang berbatasan dengan kamarku. Mungkin ia sempat mendengar erangan lirih suaraku yang tak sadar sempat kukeluarkan saat mendapatkan orgasme. Namun karena aku segera menjauh dari dinding, ia tak sempat memergokiku. Tetapi… ah.. entahlah.

Hanya sejak saat itu aku sering mencari kesempatan untuk mengintipnya saat ia mandi. Bahkan juga mengintip ke kamarnya saat ia tidur. Kamar Dia memang bersebelahan dengan kamarku. Rupanya, untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, selama ini wanita itu mendapatkannya dari bermasturbrasi. Hingga aku sering memergoki ia melakukannya di kamarnya.

Dan seperti Dia, setiap aku mendapatkan kesempatan untuk melihat ketelanjangannya, selalu aku melanjutkan dengan mengocok sendiri kemaluanku. Tentu saja sambil membayangkan menyetubuhi ibu kostku itu. Sampai akhirnya, mengintip ibu kostku merupakan acara rutin di setiap kesempatan seiring dengan gairah birahiku yang kian menggelegak.

Sampai suatu malam, setelah sekitar enam bulan tinggal di rumahnya, aku bermaksud keluar kamar untuk menonton televisi di ruang tamu. Maklum sejak sore aku terus berkutat dengan diktat dan buku-buku untuk tugas pembuatan paper salah satu mata kuliah. Namun yang kutemukan di ruang tamu membuatku sangat terpana.

Televisi 17 inchi yang ada memang masih menyala dan tengah menyiarkan satu acara infotainment dan disetel dengan volume cukup keras. Namun satu-satunya penonton yang ada, yakni Dia, tampak tertidur pulas. Ia tidur dengan menyelonjorkan kaki di sofa, sementara daster yang dikenakannya tersingkap cukup lebar hingga kedua kaki sampai ke pahanya nampak menyembul terbuka.

Ketika aku mendekat, tubuh wanita itu menggeliat dan posisi kakinya kian terbuka hingga mengundangku untuk melihatnya lebih mendekat. Berjongkok di antara kedua kakinya. Kini bukan hanya paha mulusnya yang dapat kunikmati. Aku juga dapat melihat organ miliknya yang paling rahasia karena ia tidak mengenakan celana dalam.

Bibir luar kemaluannya terlihat coklat kehitaman dan nampak berkerut. Pertanda kemaluannya sering diterobos alat kejantanan pria. Sementara di celahnya, di bagian atas, tampak kelentitnya yang sebesar biji jagung terlihat mencuat. Melihat ketelanjangan tubuh ibu kostku sebenarnya telah cukup sering kulakukan saat mengintip.

Namun melihatnya dari jarak yang cukup dekat baru kali itu kulakukan. Degup jantungku jadi terpacu, sementara rudalku langsung menegang. Aku nyaris mengulurkan tanganku untuk mengusap serambi lempitnya untuk merasakan lembutnya bulu-bulu halus yang tumbuh di sana atau merasakan hangatnya celah lubang kenikmatan itu.

Tetapi takut resiko yang harus kutanggung bila ia terbangun dan tidak menyukai ulahku, aku urungkan niatku tersebut. Dan tak tahan terpanggang oleh gairah yang memuncak, kuputuskan untuk kembali ke kamar. Untuk beronani, meredakan ketegangan yang meninggi. Di dalam kamar, kulepaskan seluruh pakaian yang kukenakan.

Lalu tiduran telanjang diatas ranjang setelah sebelumnya menarik kain selimut untuk menutupi tubuh. Seperti itulah biasanya aku beronani sambil membayangkan keindahan tubuh dan menyetubuhi ibu kostku. Hanya, baru saja aku mulai mengelus burungku yang tegak berdiri tiba-tiba kudengar pintu kamarku yang tak sempat terkunci dibuka dan seseorang terlihat menerobos masuk ke dalam.

“Hayo, lagi ngocok yah,” suara Dia mengagetkanku.

Ternyata yang membuka pintu dan masuk kekamarku adalah ibu kostku.

“Ti… tidak,” jawabku dan secara reflek segera kutarik selimut untuk menutupi tubuhku.

“Jangan bohong Tris. Ibu tahu kok kamu sering mengintip ibu saat mandi atau dikamar. Juga tadi kamu melihati milik ibu saat tidur di sofa kan?” katanya lirih seperti berbisik.

Ditelanjangi sedemikian rupa aku jadi malu dan menjadi tegang. Takut kepada kemarahan Dia atas semua ulah yang tidak pantas kulakukan. rudalku yang tadi tegak menantang kini mengkerut, seiring dengan kehadiran wanita itu di kamarku dan oleh pernyataanya yang telah menelanjangiku. Aku membungkam tak dapat bisa bicara.

“Sebenarnya ibu nggak apa-apa kok, Tris. Malah, ee.. ibu bangga ada anak muda yang mengagumi bentuk tubuh ibu yang sudah tua begini. Kalau mau, sekarang kamu boleh melihat semuanya milik ibu dari dekat dan kamu boleh melakukan apa saja. Asal kamu bisa menjaga rahasia serapat-rapatnya,” ujarnya.

Aku masih belum tahu arah pembicaraan ibu kostku hingga hanya diam membisu. Tetapi, Dia telah melepas daster yang dikenakannya. Dan dengan telanjang bulat, setelah sebelumnya mengunci pintu kamar, ia menghampiriku yang masih terbaring di ranjang.

Duduk di tepi ranjang di sebelahku. Tak urung gairahku kembali terpacu kendati hanya menatapi ketelanjangan tubuh wanita yang lebih pantas menjadi ibuku itu.

“Ayo Tris, jangan cuma melihati begitu. Tadi kamu sebenarnya ingin memegang punya aku kan? Ayo lakukan semua yang ingin dilakukan padaku,” suaranya terdengar berat ketika mengucapkan itu.

Mungkin ia telah bernafsu dan ingin disentuh. Melihat aku tidak bereaksi, aku kostku akhirnya mengambil insiatif. Tangannya menjulur, menarik selimut yang menutupi tubuh telanjangku.

Batang rudalku yang tegak mengacung diraihnya dan diremasnya dengan gemas. Selanjutnya mengelus-elusnya perlahan hingga aku menjadi kelabakan oleh sentuhan-sentuhan lembut tangannya di selangkanganku.

Dan sambil melakukan itu Dia mulai membaringkan tubuhnya di sisiku dalam posisi berhadapan denganku. Maka buah dadanya yang berukuran besar dan seperti buah pepaya menggantung berada tepat di dekat wajahku.

Aku tetap tidak bereaksi kendati payudaranya seperti sengaja disorongkan ke wajahku. Namun ketika ia mulai mengocok rudalku dan menimbulkan kenikmatan tak terkira, keberanianku mulai terbangkitkan.

Payudaranya mulai kujadikan sasaran sentuhan dan remasan tanganku. Buah dadanya sudah tidak kencang memang, tetapi karena ukurannya yang tergolong besar masih membuatku bernafsu untuk meremas-remasnya. Puas meremas-remas, aku mulai menjilati pentilnya secara bergantian dan dilanjutkan dengan mengulumnya dengan mulutku.

Rupanya tindakanku itu membuat gairah Dia menjadi naik. Ia mulai mengerang dan kian mengaktifkan sentuhan-sentuhannya di di alat kelaminku. Ngocoks.com

“Ya Tris, begitu. Ah… ah enak. Uh… uh.. terus terus sedot saja. Ya… ya. sshh.. ssh.. akhh”

Dengan mulut masih mengenyoti susu Dia secara bergantian kiri dan kanan, tanganku mulai menyelusur ke bawah. Ke perutnya, lalu turun ke pusarnya dan akhirnya kutemukan busungan membukit di selangkangannya.

Kemaluan yang hanya sedikit di tumbuhi rambut itu terasa hangat ketika aku mulai mengusapnya. Rupanya itu merupakan wilayah yang sangat peka bagi seorang wanita.

Maka ketika aku mulai mengusap dan meremas-remas gemas, Dia mulai menggelinjang. Kakinya dibukanya lebar-lebar memberi keleluasaan padaku untuk melakukan segala yang yang kuiinginkan.

Terlebih ketika jari telunjukku mulai menerobos ke celahnya. Lubang serambi lempitnya ternyata tak cuma hangat. Tetapi telah basah oleh cairan yang aku yakin bukan oleh air kencingnya.

Aku jadi makin bernafsu untuk mencolok-coloknya. Tidak hanya satu jari yang masuk tetapi jari tengahkupun ikut bicara. Ikut menerobos masuk ke lubang kenikmatan aku kostku.

Mengocok dan terus mengocoknya hingga lubang serambi lempitnya kian becek akibat banyaknya cairan yang keluar. Ia juga menggelinjang-gelinjang sambil terus mendesah.

“Ah… ah.. ah aku tidak kuat lagi Tris. Ayo sekarang kamu naik ke tubuh aku,” bisiknya akhirnya.

Rupanya ia sudah tidak tahan akibat kemaluannya terus diterobos oleh dua jariku. Maka tubuhku ditarik dan menindihnya. Dasar belum punya pengalaman sedikitpun dengan wanita.

Kendati telah menindihnya, rudalku tak kunjung dapat menerobos lubang kenikmatan aku kostku. Untung Dia cukup telaten. Dibimbingnya rudalku dan diarahkannya tepat di lubang serambi lempitnya.

“Sudah, dorong masuk tetapi pelan-pelan. Soalnya aku sudah lama melakukan seperti ini,” bisiknya di telingaku.

Bleess! Sekali sentak amblas rudalku masuk ke lubang kenikmatan aku kostku. Aku memang tidak mengindahkan permintaannya yang memintaku untuk memasukannya perlahan.

Mungkin karena tidak berpengalaman dan sudah terlanjur naik ke ubun-ubun gairah yang kurasakan. Hingga ia sempat serambi lempitik saat rudalku menancap di lubang serambi lempitnya.

“Auu… ah. ah.. pe.. pelan-pelan Tris, shh.. ssh.. ah.. ah,”

“Ma… ma.. maaf bu,”

“Iya,. iya. Be… besar sekali punya kamu ya Tris,”

“Punyamu juga besar dan enak,” kataku sambil terus meremasi kedua payudaranya.

Namun baru beberapa saat aku mulai memaju mundurkan rudalku ke lubang serambi lempitnya, desah nafasnya kian keras kudengar. Tubuhnya terus menggelinjang dan mulai menggoyang-goyangkan pantatnya.

Akibatnya baru beberapa menit permainan berlangsung aku sudah tak tahan. Betapa tidak, rudalku yang berada di liang serambi lempitnya terasa dijepit oleh dinding-dinding kemaluannya.

“Aduh… ah.. aku tidak tahan. Ah… ah.. ah.. aahh,”

Aku terkapar di atas tubuhnya setelah menyemprotkan cukup banyak air kenikmatan di liang sanggamanya. Indah dan melayang tinggi perasaanku saat segalanya terjadi. Dan cukup lama aku menindihnya yang memelukku erat setelah pengalaman persetubuhan pertamaku itu.

“Maaf Bu cepat sekali punya saya keluar. Jadinya cuma ngotorin”

“Tidak apa-apa Tris. Kamu baru kali ini ya melakukannya? Nanti juga bisa tahan lebih lama” katanya setelah aku terbaring di sisinya sambil menenangkan gemuruh di dadaku yang mulai mereda.

Bersambung… Dan dengan lembut dia membersihkan air kenikmatan yang berleleran di rudalku dan serambi lempitnya dengan daster yang tadi dikenakannya.

“Sebentar aku bikin kopi dulu ya, biar kamu semangat lagi,”

Dia keluar dari kamarku sambil membawa dasternya yang telah kotor. Rupanya ia menyempatkan ke kamar mandi, karena kudengar ia menyiram dan membasuh tubuhnya.

Cukup lama ia melakukan itu di kamar mandi. Baru ia kembali ke kamarku dengan membawa segelas besar kopi panas kesukaanku yang dibuatnya. Ia mengenakan kain panjang yang dililitkan sebatas dadanya.

“Kopinya saya minum dulu ya bu,”

“Oh ya, ya. Silahkan diminum nanti keburu dingin,”

Menyeruput beberapa tegukan kopi panas buatannya membuatku kembali bergairah. Aku menyempatkan diri mencuci rudalku di kamar mandi. Kendati tadi sudah dibersihkan olehnya, tetapi rasanya kurang bersih dan agak kaku. Mungkin karena sperma yang mengering.

Ketika aku kembali ke kamar, Dia langsung menggenggam rudalku yang masih layu. Mungkin ia sudah ingin gairahnya tertuntaskan dan bermaksud membangkitkan kejantananku dengan mengelus dan meremas-remasnya. Tetapi dengan halus kutepis tangannya.

“Aku telentang saja…” kataku.

Dia naik atas ranjang dan aku segera menyusulnya. Ia yang telah tiduran dengan posisi mengangkang, kudekati bagian bawah tubuhnya tepat di antara kedua pahanya.

Ah, liang sanggamanya sudah banyak kerutan terutama di bagian bibir kemaluannya. Warnanya coklat kehitaman. Bahkan ada bagian dagingnya yang menggelambir keluar.

Ia mencoba menutupi kemaluannya dengan tangannya. Mungkin ia malu bagian paling rahasia miliknya dipelototi begitu. Tetapi segera kusingkirkan tangannya.

Dan ketika tanganku mulai melakukan sentuhan di sana, ia mandah saja. Bahkan saat telunjuk jari tanganku mulai mencoloknya, ia mendesah. Tak puas hanya memasukkan satu jari, jari tengahku menyusul masuk mencoloknya.

Kedua jariku semakin basah oleh cairan serambi lempitnya. Baunya sangat khas, entah mirip bau apa, sulit kucarikan padanannya. Hanya yang pasti, bau serambi lempitnya tidak membuatku jijik.

Hidungku semakin kudekatkan untuk lebih membauinya. Tetapi ketika lidahku mulai kugunakan untuk menyapu bagian luar bibir serambi lempitnya ia memberontak.

“Hii, jangan Tris, ah… ah.. jorok ah. Kamu nggak jijik? Shh… akhh.. shh… shh,”

Ia mencoba menolakkan kepalaku menjauhkan mulutku dari lubang nikmatnya. Aku tetap nekad, mulut dan lidahku tambah liar menggeremusi dengan gemas liang sanggamanya itu.

Hingga ia kian menggelepar dan menggelinjang. Mulutnya mendesis seperti orang kepedasan. Mulut dan lidahku yang meliar ke bagian dalam serambi lempitnya menimbulkan sensasi tersendiri.

Berkali-kali ia mengangkat pantatnya dan membuat lidah dan mulutku semakin menekan dan menekan ke kedalamannya.

Ludahku yang bercampur dengan cairan serambi lempitnya menjadikan lubang nikmatnya terasa sangat basah. Tetapi, ketika lidahku mulai melakukan sapuan ke lubang duburnya dengan cara mengangkat sedikit pantatnya, ia kembali berontak.

“Apa-apaan ini, hii… jangan ah kotor. Uhh… ahh… shh… shh,”

Aku sering melihat film BF, saat wanita dijilati lubang anusnya, ia tambah menggelinjang dan merintih. Berarti lubang dubur sangat peka oleh sentuhan. Dan memang terbukti, Dia tambah merintih dan mengerang.

Hanya baru beberapa saat sapuan kulakukan, tubuhnya telah mengejang. Kedua pahanya menjepit kencang kepalaku disusul dengan mengejutnya dubur dan lubang serambi lempitnya.

“Ohh, aku sudah enak Tris. Kamu sih menjilat-jilat di situ. Kamu sudah sering ya melakukan dengan wanita,”

“Tidak bu,”

“Kok kamu tahu yang seperti itu,”

“Saya hanya ikut-ikutan adegan film BF” Ujarku.”

Bapaknya Titi (panggilan Nastiti, anaknya) sih jangankan menjilat dubur. Menjilati serambi lempit aku saja tidak pernah,” katanya.

Kubiarkan ia sesaat meredakan nafasnya yang memburu. Lalu aku mulai menindih tubuhnya ketika ia menyatakan siap untuk melakukan permainan berikutnya.

rudalku mulai naik-turun keluar-masuk dari liang sanggamanya. Bunyinya sangat khas dan membuatku tambah bergairah. Sementara tanganku tak henti-hentinya meremasi susu-susunya.

Pentil susunya yang besar dan mengeras kusedot-sedot dengan mulutku. Itu membuatnya keenakan dan kembali mendesah. Ia tak mau kalah. Pinggulnya mulai digoyang.

Pantat besarnya dijadikan landasan untuk menggoyang. Jadilah benda bulat panjang milikku yang berada di dalamnya mulai merasakan nikmat oleh gesekan dinding serambi lempitnya.

Goyangan pinggul dan naik-turunnya tubuhku di bagian bawah sepertinya seirama. Terasa syuur, dan ah, nikmat. Tak lupa, sesekali bibirnya kucium. Ia membalasnya lebih hangat. Lidahku disedotnya nikmat. Jadilah kami bak sepasang kekasih yang tengah meluahkan gairah. Saling berpacu dan saling memberi kenikmatan.

Aku tak peduli lagi bahwa yang tengah kusetubuhi adalah ibu kostku. Wanita yang jauh lebih tua usianya dan selama ini kuhormati karena penampilannya yang selalu nampak santun. Ngocoks.com

Tak kusangka ia menyimpan bara yang siap melelehkan. Liang nikmat Dia mulai berdenyut-denyut kembali. Mungkin ia akan kembali orgasme seperti yang juga tengah kurasakan.

Puncaknya, ketika Dia mulai merintih dan kian mendesah, tanganku mulai menyelinap ke pinggulnya dan menyelusup ke pantatnya. Di sana aku meremas dan mencari celah agar dapat menyentuh duburnya.

Dan setelah terpegang, jari telunjukku mencolek-colek lubang anusnya. Akibatnya matanya seperti membelalak dan hanya menampakkan warna putihnya.

Dirangsang di dua lubangnya sekaligus membuatnya seperti cacing kepanasan. Maka ketika tubuhnya semakin mengejang, dan tubuhku dipeluknya erat. Jari telunjukku kupaksa masuk ke lubang duburnya.

Sedang rudalku kubenamkan sekuatnya di serambi lempitnya. Jadilah pertahanan wanita itu ambrol, serambi lempitnya kian berdenyut dan menjepit sementara erangannya semakin kencang dan bahkan serambi lempitik.

“Ah, aku puas sekali Tris. Baru kali ini aku merasakan yang seperti ini,” katanya.

Kami masih terkapar di ranjang. Ada rasa ngilu dan tulang-tulangku seperti dilolosi. Tetapi sangat nikmat.

Bersambung… Menjelang subuh, ia pamit untuk kembali ke kamarnya.

“Kalau kamu suka, aku siap melakukannya setiap waktu. Tetapi tolong jaga erat-erat rahasia kita ini,” ujarnya berpesan.

Aku mengangguk setuju. Bahkan sebelum keluar dari kamarku ia kuhadiahi ciuman panjang. Pantat besarnya kuremas-remas gemas dan nyaris punyaku bangkit kembali.

“Sudah ah, besok malam bisa kita sambung lagi. entar si nastiti keburu bangun dan Kamu kan, harus kuliah kan,” katanya.

Bergegas ia menyelinap keluar dari kamarku. Takut dengan gairahnya yang kembali terpancing. Perselingkuhanku dengannya terus berlangsung.

Di setiap kesempatan, kalau tidak aku yang mengajaknya, ia yang mengambil insiatif. Bahkan di siang hari, kalau aku lagi ngebet, sengaja bolos dari kampus. Mampir ke warungnya dan memberi kode, lalu ia akan pulang menyempatkan melayaniku di kamarku atau di kamarnya.

Seperti siang itu, karena hanya ada satu mata kuliah, aku pulang agak siang dari kampus. Aku langsung ke warung untuk makan siang dan bermaksud memberi kode pada ibu kostku. Tetapi ia tidak di sana.

“Ibu baru saja pulang, mungkin untuk istirahat,” kata Yu Narsih, pembantunya yang ada menunggu warung melayani pembeli.

Jarak antara warung dengan rumah memang dekat tak lebih dari 50 meter. Maka setelah menyantap makan siangku, aku langsung ngabur ke rumah.

Dia tidak sedang tidur seperti yang kusangka. Ia sedang melipati pakaian yang telah diambilnya dari jemuran duduk di ruang tengah. Maka dasar sudah horny, kudekati ia dan kupeluk dari belakang.

“Kuliahnya bebas Tris,” katanya.

“Cuma satu mata kuliah kok,” jawabku.

Ia berkeringat, mungkin karena kesibukannya melayani pembeli sejak pagi. Baunya khas, bau wanita dewasa. Tetapi tidak mengurangi gairahku untuk memesrainya. Ia mulai menggelinjang ketika tanganku menyelusup ke balik dasternya dan mencari gundukan buah dadanya. Kuremas-remas susunya dan kupilin putingnya.

Aku jadi gemas karena ia tak bereaksi. Tetapi melanjutkan pekerjaanya memberesi pakaian-pakaian yang telah dicucinya. Maka sambil menciumi lehernya, tanganku terus merayap dan merayap sampai kutemukan serambi lempitnya yang masih tertutup CD. Baru ketika hendak kutarik CD nya ia berontak.

“Kamu pengin Tris?,”

“Iya. Habis serambi lempitnya enak sih,” kataku.

Celana dalamnya berhasil kulepaskan tanpa membuka dasternya. Sebenarnya ia mengajakku untuk main di kamarnya. Tetapi kutolak, aku ingin ia melayaniku di sofa.

Apalagi Nastiti tengah camping di sekolahnya sejak dua hari lalu. Jadi aku tidak perlu takut ketahuan anak gadisnya itu. Dan lagi aku cuma butuh pelepasan hajat secara singkat karena harus menyelesaikan makalah yang harus jadi besok pagi.

Jadilah setelah sebentar menjilati serambi lempitnya dan meremasi susunya, hanya dengan menyingkap dasternya aku mulai menyetubuhinya. Dengan posisi duduk di sofa ia kangkangkan kakinya hingga memudahkanku memasukkan rudal ke liang nikmatnya. Kugenjot pelan lalu mulai cepat, karena nafsuku memang sudah naik ke ubun-ubun.

Namun pada saat aku memuncratkan sperma ke lubang serambi lempitnya, samar-samar kulihat seseorang melihati perbuatan kami. Ia adalah Yu Narsih, pembantu aku.

Kulihat ia mengintip dari balik gorden di pintu dekat kamar mandi. Rupanya ia masuk dari pintu belakang rumah yang memang tidak terkunci. Aku langsung berdiri dan melangkah ke arah dapur.

“Dasar anak muda, kalau lagi ada mau nggak sabaran,” katanya tersenyum melihat tingkahku.

Dibersihkannya sperma yang berleleran di sekitar kemaluannya dengan daster yang dikenakannya. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya aku tengah mencoba mengejar Yu Narsih yang langsung menyelinap keluar setelah perbuatanku dengan ibu kostku.

Aku jadi panik, takut Yu Narsih akan menceritakan peristiwa yang dilihatnya kepada para tetangga.

Selepas sore kutemui Yu Narsih di rumahnya. Jarak rumah Yu Narsih hanya sekitar 500 meter. Terpencil di tepi sawah. Aku memang sering main ke rumahnya dan kenal baik dengan suaminya,

Kang Sarjo yang berprofesi sebagai tukang becak. Wanita berusia sekitar 30 tahun dan berkulit agak gelap itu dan mereka belum di karuniai anak padahal sudah menikah 10 tahun

“Kang Sarjo mana Yu?”

“Oh, baru saja berangkat narik. Ada perlu dengan dia?”

Plong, lega rasa hatiku. Aku memang ragu, takut permasalahan yang ingin kusampaikan ke Yu Narsih di dengar suaminya. Aku dipersilahkannya duduk di balai, satu-satunya perabotan yang ada di ruang tamu rumah berdinding pagar itu. Yu Narsih pun duduk menyebelahiku.

“Tidak. Aku malah perlu sama Yu Narsih kok,” kataku.

Dengan pelan kusampaikan maksud kedatanganku. Aku meminta Yu Narsih tidak menceritakan apa yang dilihatnya siang tadi kepada orang-orang. Kasihan ibu kostku akan jadi bahan gunjingan orang. Dan sejauh ini Dia tidak tahu kalau Yu Narsih sebenarnya telah memergoki perbuatan itu hingga aku memintanya pula untuk tidak menegur ibu kostku.

“sebenarnya saya enggak apapa mas, tapi saya ada permintaan yang harus dilaksanakan sama mas tris?

“lha trus permintaan sampeyan apa yu”

“begini loh mas kami berumahtangga sudah lama tapi kok belum punya momongan,”

“gimana tho yu maksudnya”

Gini loh mas hamper disetiap pertengkaran mas sarjo selalu menyebut saya mandul, saya pengen membuktikan bahwa saya tidak mandul jadi saya butuh bantuan mas?

Jadi maksud yu narsih saya harus menghamilin yu narsih?

Iya mas, biar mas sarjo enggak menyebut saya mandul lagi”

Ooo gitu ya yu”

Jadi gimana mas tris mau kan”

Baik yu saya sanggup ”, lha trus kapan maunya yunarsih”

Katanya bu bidan masa subur saya sekitar 3 hari lagi den. jadi enaknya pas itu saja”

Baik yu “klu gitu saya tak langsung pulang saja”

Ooo iya mas tapi jangan bilang2 pada ibu yam as”

Beres yu”

Saya langsung pulang dan mengerjakan makalah saya.

setelah 3 hari dia pun menghampiri saya ketika saya pulang dari kampus

“mas entar sore tak tunggu loh”

Iya yu”

Sekitar jam 4 sore dia sudah siap2 mau pulang. sekitar jam 5 aku sudah berada disana.

“yu”

Ehh mas tris masuk mas”

Maaf yu mas sarjo sudah berangkat narik kan”

Tenang mas dia kalau narik biasanya sampai pagi

Saya pun mendekatinya Kucium bibrnya, hangat, dia menerimanya. Kucium dia dengan lebih galak dan dia membalasnya, lalu tangannya merangkul pundakku.

Kami berciuman dengan cukup ganas lalu aku turun ke lehernya, yu narsih pun mendesah “aahh.” Mendengar itu kuberanikan meremas payudaranya yang montok. Dia mendesah lagi, dam menjambak rambutku.

Setelah beberapa saat kulepaskan dia. dia sudah terangsang, kulucuti pakaiannya, kaosnya kulepas, bra-nya, tampaklah gunung kembar yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah mengeras.

Kubasaahi telunjukku dan mengelusnya, dia hanya memejamkan matanya dan menggigit bibirnya. Kulanjutkan melucuti celananya, dia memakai CD berenda putih sehingga tampak sebagian rambut kemaluannya yang lembab. Dan WOW, ternyata jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi, rambut di sekitas bibir kemaluannya besih, hanya di bagian atasnya.

“Kamu rajin mencukur ya,” tanyaku, dengan wajah memerah dia mengiyakan.

Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan di puntingnya, ku jilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, yu narsih menggelinjang keasikkan, dan mendesah-desah merasakan rangsangan kenikmatan.

Tangan kananku mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar.

“mas yuk ke kamar saja”

Diapun menuntun kekamar, Kucium lagi mulutnya yang sangat becek oleh air liurnya. kurebahkan dia dan. Kulebarkan selangkangannya kugenggam rudalku dengan tangan kananku, lalu kugosok-gosok kepala rudalku pada permukaan kemaluannya.

“Oh… terus… aahh… nikmat sekali… sshh”, erang yu narsih. Akupun mempercepat gesekannya, dia menggeleng gelengkan kepalanya.

Lalu dengan tiba tiba kutancapkan rudalku ke dalam serambi lempitnya yang sudah banjir itu dengan satu hentakan keras, masuklah 3/4 nya rudalku dengan leluasa. Bersamaan dengan itu dia berteriak sambil badannya sebatas bahu terangkat seperti hendak berdiri matanya membelalak menghadapi tikamanku yang tiba-tiba itu.

“oohh mas… enaak… terus… terus… lebih cepat ., ayo, terus… aahh”, erang yu narsih sambil menghempaskan kembali bahunya ke kasur. Ngocoks.com

Kedua tangannya membelai wajahku sambil menggigit bibirnya yang bawah matanyapun menunjukan bahwa saat ini sedang merasakan nikmat yang tiada tara. Akupun semakin cepat memaju-mundurkan rudalku. Nikmat yang kurasakan tiada bandingnya. serambi lempitnya masih boleh dibilang sempit karena masih belum punya anak

Tanpa diduga kucabut rudalku, hanya tinggal kepalanya saja yang masih tenggelam. Novi seperti ingin protes, tapi terlambat. Karena aku telah menekannya lagi dengan sekali tancap masuklah semua rudalku.

“mass!”, teriak yu narsih keras sekali sambil tangannya memukul-mukul tempat tidur.

Aku semakin percepat gerakanku, walaupun aku sudah merasa sedikit lelah dengan pinggangku yang sejak tadi maju mundur terus.

“Terus mas ., oohh… terus… teruss… oohh… oohh… aahh. Aku hamper sampai”.

Tahan yu aku juga hampir

kami pun mengerang bersamaan dengan tercapainya pada puncaknya, sambil tangannya meremas-remas sprei tempat tidur di kanan dan kirinya, badannya tersentak-sentak hanya putih yang kulihat di matanya. Aku langsung tergeletak di samping nya.

Kemudian keadaan membisu, hanya detak jam dinding yang mengingatkan akan kenikmatan yang baru saja kami alami. jam dinding menunjuk angka 7 malam jadi sudah sekitar kurang dari 2 jaman aku ber setubuh dengan dia. Kulihat dia tertidur lalu kuselimuti dia dan kutinggal pulang kembali ke kost2an.

Bersambung… Kami masih berhubungan dengan mencuri2 kesempatan karena dirumah masih ada nastiti dan paijo pembantu baru. P ada semester 6 kami ikut kkn selama 30 hari di desa lain.

Kami harus berpisah selama itu padahal hamper tiap hari kami biasanya berhubungan badan. selama disana aku tidak berani macam2 karena menyangkut nama baik kampus, sampai berakhirnya masa kkn.

Setelah masa kkn itu aku pun balik ke kost an bu Arwinda. Kulihat warung dan rumahpun tutup. ketika kutanyakan tetanngga ternyata dia mengantar anaknya yang sedang kemah di sekolahnya yang ikut PERSAMI. wah entar malam bisa pembalasan nih. aku langsung masuk ke kamarku dan istirahat.

Ketika kulihat ternyata sudah petang, aku segera mandi dan langsung menuju rumahnya.

“bu permisi”

Iya masuk”

Kukunci pintunya Kulihat dia sedang melihat tv di karpet lalu ku dekati

“eh kamu tris, kapan pulang?

“tadi pagi”

“bu aku kangen”

Aku menciumi pipinya dengan lembut dan juga menciumi telinganya sambil mengeluarkan lidahku untuk menjilati telinganya.

Saat itu buArwinda pasti mulai merasakan panas yang pelan-pelan hinggap di badannya apalagi tanganku mulai mengelus-elus tangannya dengan lembut terus bergerilya ke daerah payudaranya.

Dengan keadaan yang setengah bugil itu, aku menciumi leher buArwinda, aku jilat, aku berikan ciuman yang mungkin akan meninggalkan bekas merah di lehernya.

Mungkin rangsangan yang kuberikan sudah benar-benar dinikmati oleh nya sehingga saat itu badannya bergerak-gerak di bawah tindihan tubuhku dan tangannya memeluk tubuhku erat-erat sambil sesekali tangannya meremas-remas pantatku.

Aku merasakan payudara nya menekan di dadaku begitu empuk dan menggairahkan.

Tubuh kami sudah seperti menyatu saat itu kami berpelukan dengan eratnya dan bibir kami saling bersentuhan untuk mencoba menikmati sensasi yang dapat diberikan oleh bibir masing-masing. Lidah kamipun berpagutan, berusaha untuk masuk ke dalam mulut kami masing-masing.

Tidak puas hanya bermain lidah, akupun mulai beranjak turun. Aku menjilati lehernya, mencium bagian atas dadanya dan kemudian menciumi payudaranya.

Ketika lidahku bermain di puting payudaranya, dia makin mengeluarkan desahan yang amat sangat membangkitkan gairahku. Akupun semakin asik tenggelam dalam kenikmatan menciumi puting susunya.

Aku mempermainkan putingnya dengan jari-jariku, aku isap puting itu, aku jilat dengan lidahku. Secara bergantian aku menikmati payudara nya, terkadang aku menggigit kecil putingnya dan sekitar payudaranya itu. dia hanya bisa mendesah, berteriak tertahan, menggeliat-geliat di bawah tubuhku.

Aku merasakan tangannya menekan kepalaku dengan kencang sehingga kepalaku terbenam ke belahan payudaranya, dan aku juga merasakan perut nya bergerak-gerak tegang. Ngocoks.com

Tidak cukup sampai disitu, akupun memainkan tanganku di belahan pahanya, aku mengelus-elus selangkangannya dengan lembut. Dan dengan perlahan namun pasti akupun membuka celananya dan celana dalamnya sambil terus meraba serambi lempitnya.

Akupun merasakan bahwa serambi lempitnya sudah mulai basah ketika jari tengahku masuk menyentuh klitorisnya, dan dia lebih terangsang lagi ketika aku menggerakkan jariku pada klitorisnya, ini terbukti dari teriakannya yang merangsang dan gerakan tubuhnya yang makin tidak terkendali lagi.

Aku sendiri mulai merambat turun ke selangkangannya dan memainkan lidahku di belahan serambi lempitnya. Aku makin semangat dalam melakukan aktivitasku itu dia terus mendesah dan menekan-nekan kepalaku yang sedang berada di selangkangannya.

Sambil melakukan kegiatan tersebut aku juga membuka celanaku yang sudah terasa tidak nyaman sebab rudalku ini ingin tegak berdiri bebas tanpa ada yang menghalangi.

Setelah itu, akupun melanjutkan kegiatanku menciumi, menjilati serambi lempit nya dengan lebih bernapsu. Sampai akhirnya tubuhnya menggelinjang dengan hebat

Dan pinggulnya terangkat tinggi serta tangannya menekan kepalaku dengan lebih keras sambil dia berteriak sejadi-jadinya. Rupanya dia sudah mencapai klimaksnya yang pertama.

Kemudian dia menyuruh saya terlentang kulihat rudalku sudah tegang dia digenggam pangkalnya, terus diciumi ‘kepala’-nya, lalu masuk mulutnya. “Ooohhhhhhhhh, bu… sedaaaaappp.”

Kepala bu Arwinda bergerak maju-mundur, sangat perlahan. Terasa sekali bibirnya menjepit dan bergerak menelusuri permukaan rudalku.

Tanganku dituntun ke buah dadanya. Aku sampai lupa diri tak berbuat apa-apa pada bu Arwinda. Habis sedap sekali sih! karena baru pertama kali aku di bj.

Kedua tanganku meremasi sepasang buah kenyal itu. Di a terus bekerja. Geli…! Ya, geli. Aku hampir ke puncak. Entah mengapa kali ini aku cepat mendaki.

Mungkin karena pintarnya bibir dan lidah bu Arwinda merayapi permukaan kulit kelaminku, atau karena suasana yang aneh ini.

Aku tak mampu menahan lebih lama lagi. dia rupanya tahu kalau aku hampir sampai, ia mempercepat gerakannya. Bagaimana kalau keluar, aku tak tega kalau sampai menumpahi mulut nya dengan spermaku.

Segera.. ya.. segera sampai… Dilepasnya kulumannya, tangannya yang memegang secepat kilat menutupi kelaminku dan digenggam. “Aaaaaaaaaahhhhhh” sambil berteriak aku muncrat.

Sedaaaaaaap. dia meremas. Muncrat lagi, enak, meremas lagi, muncrat, nikmat, remas, sedap, muncrat, remas… dia cium mulutku.

“lbu enggak jijik”

“kamu aja enggak jijik kenapa aku mesti jijik”

“banyak banget keluarnya”

Maklum lah bu sudah sudah 1 bulan enggak keluar”

Lalu ku cium dia lalu kutuntun dia ke kamar. kamipun saling melepas rindu sampai 2 ronde.

Paginya tidak kulihat dia disampingku ketika kubangun dia sudah mandi dan masuk kamar hanya pakai handuka aku menjadi nafsu lagi lalu aku tarik dia ke tempat tidur.. ku buka handuknya ku ciumi payudara.. ku isap-isap pentil..

Cerita bercinta Merindukan Ayah

Dan kurebahkan dia di tempat tidurnya.. dan ku setubuhi lagi.. wah enak rasanya karena dia yang baru mandi karena bau badannya segar banget bau sabun..

Hubungan kami berlanjut sampai aku lulus kuliah dan sudah bekerja. Sekarang aku menikahi anaknya nastiti dan punya anak laki. sejak saya punya hubungan dengan nastiti buArwinda sudah tidak mau berhubungan badan denganku lagi karena tidak mau menghianati anaknya.