Istri Tetangga Sedang Menjemur Pakaian
Gila, kalau disuruh cerita soal istri tetangga, rasanya masih aja bikin aku gemetar. Aku ini Dika, si pria yang jujur aja, agak pemalu kalau udah berurusan sama cewek. Aku memang suka melihat cewek-cewek cantik, tapi kalau disuruh memulai obrolan, apalagi yang menjurus ke arah birahi, rasanya lidahku langsung keluh. Tapi, kalau kalian minta cerita yang bikin ngiler, siap-siap aja, karena kisahku sama Maya ini bakal bikin kalian melongo.
Istri Tetangga yang Bikin Ngaceng
Maya ini bukan sembarang istri tetangga. Dia udah nikah sama Pak Budi, tetangga sebelah rumah. Meskipun udah punya suami, aura Maya ini lain banget. Dia jadi lebih... bebas kalau lagi di rumah. Penampilannya makin gila, sering banget aku lihat dia memakai baju-baju yang ketat dan tembus pandang saat di rumah. Jujur, meski pemalu, mataku ini bandel. Setiap kali dia lewat atau sedang di teras, aku pasti nyuri-nyuri pandang. Badannya itu loh, bangsat banget, bikin aku tergila-gila, tapi cuma bisa dalam hati.
Suatu sore yang panas, aku lagi nyiram tanaman di halaman depan. Keringat bercucuran, tapi mataku langsung nempel ke Maya. Dia lagi ngejemur pakaian di teras rumahnya, pakai tank top tipis dan celana pendek yang nunjukkin paha mulusnya. Dia nunduk, dan aku bisa melihat belahan payudaranya samar-samar. Jantungku langsung deg-degan kayak orang mau mati. Aku buru-buru ngalihin muka, pura-pura fokus nyiram tanaman, takut ketahuan lagi ngintip.
Undangan yang Bikin Celana Basah
Beberapa hari kemudian, aku lagi asyik nyapu halaman depan. Tiba-tiba, "Mas Dika, sendirian aja? pasti lagi kesepian yah ucapnya."
Suara itu! Maya! Aku langsung kaget, sapu hampir aja lepas. Aku cuma bisa nyengir kaku, "Eh, iya, Mbak Maya."
Dia jalan mendekat, santai tapi pede banget. Wanginya semerbak, bikin kepalaku pening. "Rajin banget, Mas. Masuk dulu yuk, saya baru bikin es teh manis."
Aku? Diajak masuk ke rumahnya? Sendirian? Keringat dingin langsung netes di telapak tangan. Tapi, entah kenapa, bibirku malah bilang, "Wah, boleh tuh, Mbak. Makasih banyak."
Aku ngikutin Maya masuk ke dalam rumahnya. Suasana di dalam rumahnya tenang, tapi entah kenapa, bagiku jadi tegang. Dia nyuguhin es teh manis, dan kami duduk di ruang tamu. Aku cuma bisa megangin gelas erat-erat, nggak tahu harus ngomong apa. Dia natap aku dengan tatapan nakal yang ngajak, tatapan yang seolah ngerti semua pikiran "jorok"ku yang tersembunyi.
"Mas Dika kok diem aja? Grogi ya ketemu saya?" ucapnya, ngakak pelan. Ketawanya itu, ya ampun, bikin bulu kuduk merinding sekaligus merangsang.
Aku cuma bisa gelagapan, "Eh, anu... nggak kok, Mbak. Biasa aja." Padahal kontolku udah ready kayak genderang mau perang.
Maya cuma senyum tipis, lalu dia sengaja nyilangin kakinya, nunjukkin paha mulusnya lebih jelas. Aku berusaha keras untuk nggak natap ke arah sana, fokus sama lukisan di dinding. Tapi, percuma. Mataku seolah punya magnet sendiri.
Sentuhan Panas Istri Tetangga
"Mas Dika, kamu suka sama lukisan itu?" tanyanya, suaranya agak rendah. "Saya juga suka sih, tapi ada yang lebih menarik di sini."
Tiba-tiba, Maya gerak mendekat. Dia duduk di sofa yang sama denganku, padahal sebelumnya dia duduk di kursi tunggal. Jantungku langsung mau meledak. Dia ngeraih tanganku yang masih megang gelas, dan tanpa ragu, meremasnya pelan. Sensasi sentuhannya itu kayak kesetrum, langsung nyebar ke seluruh tubuhku. Aku cuma bisa diem, bengong.
"Dingin ya tangan Mas Dika?" Dia ngelus punggung tanganku pakai ibu jarinya, lalu naik ke lengan. "Atau memang lagi deg-degan?"
Aku nggak bisa jawab, cuma bisa nelen ludah. Maya ngakak lagi. Kali ini, dia nggak cuma meremas tanganku. Tangannya mulai naik, pelan tapi pasti, nyentuh lenganku, lalu naik ke bahu. Aku bisa ngerasain ujung-ujung jarinya yang lembut nyusurin kulitku.
"Mas Dika, kok tegang banget sih?" Dia majuin mukanya, cukup deket sampai aku bisa nyium bau parfumnya yang bikin mabuk. "Santai aja kali."
Dan tanpa peringatan, dia mencium pipiku lembut, lalu turun ke rahangku. Aku kaget setengah mati, tapi nggak bisa gerak. Kayak kena sihir. Ciuman itu turun lagi, ke leherku, dan dia mulai menjilati leherku pelan. Sensasinya, ya ampun, bikin aku bergetar hebat.
"Mbak Maya..." bisikku, suaraku serak.
Dia nggak berhenti. Dia makin berani. Tangannya yang satu mulai masuk ke dalam bajuku, meremas pinggangku lembut. Sementara mulutnya terus menjilati leherku, lalu turun ke dadaku. Dia bahkan mulai menghisap putingku yang, jujur aja, langsung menegang di balik kaos. Aku tahu aku nggak seharusnya menikmati ini, tapi tubuhku bereaksi di luar kendaliku.
Ngentot Bareng Istri Tetangga
Maya narik diri sebentar, natap aku dengan mata berbinar. "Mas Dika, kamu tahu, saya sudah lama sendiri. Dan kamu... kamu bikin saya penasaran."
Aku cuma bisa natap dia. Matanya penuh gairah, dan aku tahu, aku nggak bisa lagi nolak. Ini bukan lagi soal malu, ini soal hasrat yang udah nggak bisa ditahan. Maya senyum puas, seolah dia tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya.
Dia bangkit dari sofa, dan dengan gaya yang bikin sange, dia narik tanganku. "Yuk, ke kamar aja, Mas. Biar lebih bebas."
Aku, dengan tubuh yang masih bergetar dan pikiran yang campur aduk antara takut dan birahi, cuma bisa ngikutin dia. Kamar Maya remang-remang, dengan gorden ketutup rapat. Begitu masuk, tanpa nunggu aku ngomong, Maya langsung dorong aku pelan ke tempat tidur.
Dia naik ke atasku, matanya natap aku tajem. "Mas Dika, saya mau kamu."
Tanpa banyak bacot, dia mulai ngelepas kemejaku, lalu celanaku. Aku cuma bisa diem, pasrah. Setelah aku telanjang, dia mulai menjilati dada bidangku, turun ke perut, dan akhirnya nyampe ke penisku yang udah tegang maksimal. Dia menghisapnya dengan rakus, bikin aku mendesah keras. Sensasi ini jauh lebih intens dari yang kubayangkan.
"Ayo, Mas," bisiknya, suaranya serak karena nafsu. "Masukin sekarang."
Aku nggak perlu disuruh dua kali. Dengan satu dorongan, penisku langsung masuk ke dalam vagina Maya yang basah dan sempit. "Ahhhh..." aku mendesah keenakan.
Maya langsung menggenjot pinggulnya, ritmenya cepat dan agresif. Dia nunduk, menghisap putingku lagi, sambil terus menggenjot dengan liar. Setiap genjotan terasa begitu nikmat, begitu pas. Aku bisa merasakan vaginanya melilit erat penisku. Dia mendesah dan kadang menjerit kecil.
"Lebih cepat, Mas! Lebih dalam!" teriaknya, suaranya penuh gairah. Dia bahkan nyakar punggungku saking nikmatnya.
Kami terus menggenjot, semakin cepat, semakin liar. Keringat bercucuran membasahi tubuh kami. Aku megang pantatnya yang empuk, dorong lebih keras, nikmatin setiap gesekan. Maya meremas payudaranya sendiri, lalu ngarahin tanganku untuk ikut meremasnya.
"Aaaahhh... Muncrat!" Maya menjerit keras, tubuhnya bergetar hebat. Aku merasakan dinding vaginanya berdenyut, nahan aku lebih erat.
Nggak lama setelah Maya, giliranku. "Oooohhh... Aaaahhhh..." Aku mendesah panjang, merasakan spermaku muncrat memenuhi vagina Maya yang hangat. Kami berdua terkapar, kelelahan tapi dengan senyum puas.
Rahasia Istri Tetangga
Kami berpelukan erat, merasakan detak jantung satu sama lain yang masih berpacu. Maya natap aku, matanya berkaca-kaca. "Mas Dika... itu gila banget."
Aku cuma bisa ngangguk, masih nggak percaya sama apa yang baru aja terjadi. Aku yang pemalu ini, ternyata bisa bikin seorang Maya, istri tetangga yang agresif, nyampe puncak kenikmatan se dahsyat itu.
"Sering-sering ya, Mas," bisiknya, sambil ngecup dadaku.
Aku senyum tipis, "Tentu saja, Mbak Maya."
Kisah ngentot ini, cerita dewasa ini, adalah rahasia kami berdua. Setiap kali aku melihat Maya, ada kilatan di matanya yang mengatakan, "Ingat kan malam itu?" Dan aku hanya akan senyum. Birahi yang nggak terduga, gaya yang agresif dari Maya, dan semua sentuhan, jilatan, remasan, hisapan, ciuman, genjotan yang kami bagi, bakal selalu jadi kenangan tak terlupakan. Dari seorang tetangga yang cuma bisa kupandangi dari jauh, Maya berubah jadi partner gairah yang nggak terduga. Dan aku, si pemalu ini, akhirnya nemuin sisi lain dari diriku.