Malam yang Tak Terlupakan dengan Ibu Mertua
Namaku Andri. Malam itu sudah larut malam, jam dinding menunjukkan angka dua dini hari. Di sebelahku, istriku, Diana, sudah terlelap dalam tidurnya, napasnya teratur dan lembut. Harusnya aku ikut tidur pulas, tapi entah kenapa, mataku melek selebar pintu garasi. Ada rasa kesepian yang aneh, campur aduk dengan dorongan keinginan untuk mencari kesenangan yang entah dari mana datangnya. Mungkin efek lembur seharian, atau kopi terlalu banyak.
Aku pun pelan-pelan menyelinap keluar dari kamar, takut membangunkan Diana. Ruang tamu gelap, hanya diterangi remang-remang cahaya bulan yang masuk dari celah gorden. Aku berencana mengambil air di dapur, siapa tahu bisa mengusir rasa kantuk yang malah bikin gelisah ini. Tapi, pas aku melangkah melewati dapur, telingaku menangkap suara gemeretak pelan. Kayak ada orang lagi buka kulkas, tapi kok dini hari begini?
Rasa penasaran langsung nyundul. Aku pun mengintip dari balik tembok. Dan, jeng jeng! Aku terkejut melihat Bunda Leni. Ya, Bunda Leni, ibu mertuaku yang terhormat, lagi berdiri di depan kulkas, cuma pakai daster tipis. Rambutnya yang biasanya rapi disanggul, kini tergerai sebagian, bikin dia kelihatan beda banget. Dan matanya itu lho, yang biasanya penuh kasih sayang kayak mata Ibu Peri, malam itu menatapku dengan matanya yang mempesona, ada kilatan aneh di sana.
Kami berdua sempat terpaku sesaat. Mata Bunda Leni itu, astaga, langsung bikin darahku berdesir. Bunda Leni tersenyum nakal sambil terus menatapku dengan tatapan penuh nafsu. Rasanya kayak aku lagi dihipnotis. Aku yang tadinya cuma pengen minum air, mendadak tenggorokanku kering kerontang. Tanpa sadar, aku merasa terpikat dengan pesona Bunda Leni yang selama ini hanya dikenal sebagai ibu mertua yang baik dan penuh kasih. Jujur, selama ini aku cuma menganggap beliau seperti ibuku sendiri. Tapi malam ini? Aura yang dipancarkan beda banget.
Hatiku berdebar-debar kayak double drum konsernya Dream Theater. Tapi, sialnya, nafsu birahi yang mendominasi pikiranku lebih kuat daripada suara nurani. Aku ingin mengenal Bunda Leni lebih jauh dengan kedekatan yang lebih intim. Sialan, Andri! Ingat istri! batinku mencoba menenangkan, tapi sepertinya nafsu sudah ambil alih kemudi.
Tak lama kemudian, Bunda Leni menutup kulkas, lalu berjalan menghampiriku. Aroma tubuhnya yang khas, campuran sabun dan sedikit wangi melati, langsung menyerbu hidungku. Dengan gerakan agresif yang tak terduga, Bunda Leni langsung memelukku erat. Pelukan itu, ya ampun, bukan pelukan mertua ke menantu lagi. Ini pelukan yang penuh gairah, kayak magnet yang menarik besi. Aku merasakan penisku langsung merespon kehangatan tubuh Bunda Leni yang seksi, langsung jebret tegang kayak tiang bendera.
Tanpa pikir panjang, seolah ditarik oleh kekuatan tak terlihat, aku pun mencium bibir Bunda Leni dengan penuh gairah. Rasanya bibirnya yang lembut itu kayak permen kapas, manis dan bikin nagih. Ciuman itu langsung membuatku semakin tak bisa mengendalikan nafsu birahiku. Kami saling mencium, menjilat, dan menghisap bibir satu sama lain, menciptakan suara kecipak yang kencang di tengah sunyinya malam.
Tanganku, tanpa perintah, langsung meraba payudara Bunda Leni yang kenyal dan montok. Ukurannya pas di genggamanku, rasanya empuk dan padat. Bunda Leni merintih pelan ketika kurasakan bibirku turun ke lehernya sembari terus membelai payudaranya. Aku menciumi lehernya, memberikan gigitan kecil yang membuatnya mendesah lagi. Aku tak sabar untuk segera merasakan kenikmatan bersama Bunda Leni yang tak terduga ini.
Tanpa basa-basi, aku segera membuka daster tipis yang dikenakan Bunda Leni. Sumpah, aku terpesona melihat tubuhnya yang indah. Kulitnya putih bersih, mulus tanpa cela. Payudaranya yang besar dan montok itu benar-benar pemandangan yang bikin mataku berbinar. Putingnya sudah menegang, kayak kancing merah yang minta dibuka.
Aku langsung menyerbu payudara Bunda Leni dan mulai menjilat putingnya yang sudah mengeras. Bunda Leni mendesah keenakan sambil menggenggam rambutku erat, menarik kepalaku lebih dalam. Aku menghisap putingnya, menjilatnya bergantian, merasakan sensasi kenyal dan liat di lidahku. Aku semakin bernafsu dan tak sabar untuk menyatukan tubuhku dengan Bunda Leni. Rasanya ini lebih liar dan mendebarkan daripada kenikmatan biasa.
Aku membuka bajuku sendiri dan menyuruh Bunda Leni untuk membantuku melepaskan seluruh pakaian. Dengan tangan gemetar, dia melepaskan kemejaku, lalu celanaku. Kini, kami berdua bugil, telanjang bulat di ruang tamu yang temaram. Udara malam yang sejuk terasa kontras dengan panasnya tubuh kami yang siap untuk saling menyatu dalam kenikmatan puncak birahi.
Aku langsung menciumi tubuh Bunda Leni mulai dari leher hingga ke arah perut. Setiap jilatan dan hisapan yang kulakukan, membuat tubuhnya bergetar. Aku bisa merasakan napasnya yang memburu. Aku tak bisa menahan nafsu untuk segera menikmati memek Bunda Leni yang kian basah. Aroma khasnya, campuran keringat dan aroma alami wanita dewasa, membuatku semakin gila.
Aku menjilati memek Bunda Leni yang sudah sangat basah. Lidahku bergerak liar, menjilat dari klitorisnya yang kecil dan bengkak, turun ke labianya, lalu kembali lagi. Bunda Leni merintih keenakan ketika aku mulai menjilat klitorisnya dengan penuh gairah. Dia menjerit tertahan, kakinya tak berhenti bergetar. "Aaaahh... Andri... Enak sekali..." bisiknya, suaranya serak dan memabukkan. Aku tak sabar untuk segera memasukkan kontolku ke dalam memek Bunda Leni yang sudah terasa sangat sempit. Namun, aku ingin membuatnya menikmati setiap sentuhan dan gerakan yang kulakukan. Ini bukan sekadar seks, ini adalah eksplorasi hasrat yang tak terduga.
Setelah kurasa cukup, aku mengangkat kepalaku, menatapnya dengan mata penuh gairah. Bunda Leni mengangguk, isyarat untuk melanjutkan. Aku mengatur posisi, dan perlahan, aku memasukkan kontolku ke dalam memek Bunda Leni yang terasa sangat sempit. Rasa sesak tapi nikmat itu langsung menjalar. Bunda Leni merintih keenakan ketika aku mulai bergerak dengan ritme yang semakin cepat dan penuh gairah. Kami berdua saling mendesah dan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Setiap genjotan terasa dalam dan panas, membuat tubuh kami bergetar seirama.
Kami mencoba berbagai gaya. Sesekali aku memintanya doggy style di sofa, melihat pantatnya yang berisi bergoyang di setiap genjotanku. Lalu kami kembali mencium dan meremas di lantai, merasakan dinginnya ubin berpadu dengan panasnya tubuh kami. Vaginanya terasa semakin basah dan menjepit erat penisku. Aku tak bisa menahan diri untuk segera mencapai puncak kenikmatan bersama Bunda Leni.
Kami berdua saling menatap dalam keadaan yang dipenuhi oleh nafsu birahi yang membara. Keringat membasahi tubuh kami, bercampur dengan cairan cinta yang licin. Aku semakin mempercepat gerakan kontolku di dalam memek Bunda Leni yang semakin basah. Sensasi panas menjalar dari pangkal sampai ujung penisku. Aku tahu tubuhku sudah siap mencapai orgasme.
Dengan satu genjotan terakhir yang dahsyat, aku merasakan ledakan besar. Aku pun segera mencabut kontolku dan menyemprotkan air mani ke seluruh tubuh Bunda Leni yang tengah merintih keenakan. Maniku muncrat, hangat dan melimpah, membasahi perut, payudara, hingga sebagian wajahnya. Bunda Leni memejamkan mata, mendesah panjang, menikmati setiap tetesnya.
Kami pun terdiam dalam keadaan yang dipenuhi oleh kenikmatan yang tak terungkapkan. Aku mendekap Bunda Leni erat dalam dekapan hangat dan penuh kasih. Nafas kami masih memburu, jantung kami masih berdebar-debar. Kami berdua merasa puas dan tak bisa menahan senyuman bahagia di wajah kami. Ini adalah malam yang tak terlupakan bagi kami berdua, menyatukan tubuh dan jiwa dalam kenikmatan puncak birahi yang sudah sangat membara.
Malam itu, di tengah sunyinya rumah, di saat istriku terlelap, aku menemukan surga tersembunyi bersama Bunda Leni, ibu mertuaku sendiri. Sebuah cerita dewasa yang pasti akan terus menghantuiku, dan mungkin, juga dia.