Saya bernama Bejo, seorang mahasiswa yang, jujur saja, kurang berprestasi. Setelah mengalami masa studi yang terputus, saya melanjutkan kuliah di sebuah perguruan tinggi yang kurang terkenal. Saya selalu merasa kesulitan untuk fokus pada pendidikan, mungkin sejak kecil sudah seperti ini. Saat ini saya tinggal di sebuah kos yang agak jauh dari kampus.
Saya anak bungsu dari lima bersaudara, dan orang tua saya telah tiada. Biaya kuliah saya ditanggung sepenuhnya oleh kakak tertua saya, seorang pengusaha sukses yang memiliki dua anak remaja yang sedang menempuh pendidikan di sekolah berasrama. Terkadang saya merasa beban bagi keluarga, terutama mengingat kakak saya telah berkorban banyak untuk masa depan saya.
Kisah ini bermula dari hubungan saya dengan kakak ipar saya, istri kakak yang telah begitu baik kepada saya. Namanya Yanti, seorang ibu rumah tangga yang juga membantu suaminya dalam bisnis. Yanti adalah sosok yang sangat… bersemangat. Ia memiliki sifat yang lugas dan terkadang kurang sabar, terutama dalam mengungkapkan pendapatnya. Sejak kecil, saya sering menjadi sasaran "nasehat"nya yang blak-blakan.
Insiden yang akan saya ceritakan terjadi pada liburan Natal tahun lalu, saat kampus saya libur dua minggu. Kakak saya menyuruh saya pulang, karena ia tahu saya cenderung menghindari rumah mereka—Yanti memang cukup… menuntut. Sesampainya di rumah, saya mendengar suara Yanti dari luar. Suaranya, seperti biasa, lantang dan penuh emosi. Ternyata, anak sulung mereka membuat masalah di asrama dan orang tua mereka dipanggil pihak sekolah. Setelah situasi sedikit mereda, saya masuk ke rumah.
"Assalamu'alaikum, Kak, aku pulang," sapa saya.
Mereka membalas salam dan mempersilakan saya masuk. Namun, belum sempat saya duduk nyaman, Yanti sudah kembali bercerita tentang anaknya, dan—seperti biasa—menghubungkan kelakuan anaknya dengan perilaku saya. "Bejo," katanya, memulai lagi rentetan panjang…
n kamu, cari masalah di asrama. Ini pasti kamu yang ngajarin ya”
“What the fuck” pikirku, ketemu aja setahun sekali, kontak ga pernah kok aku yang kena.
Setelah banyak makan ocehan, dan ditinggal masuk kamar. Otomatis saya cari nasi, tadi makan ocehan gak pake nasi.. jadi ga kenyang.
Setelah makan, saya pun istirahat sejenak sebelum bersih-bersih rumah 2 lantai yang mereka tempati. Btw, mereka punya 5 rumah yg berdekatan. Dan 3 rumah sudah di kontrakkan. Saat saya bebersih, saya dipanggil ke ruang tengah oleh kakak ipar saya.
“Jo.. kesini bentar, abangmu mau pergi nih”
Saya pun mendekat ke asal suara, dan kulihat abang saya sedang memakai sepatu bersiap pergi. Dia berkata “Jo, aku pergi dulu.. mau ngurus anak-anak di asrama. Paling 4hari lah, tapi kalo masalahnya berat ya sekalian cari sekolah baru. Nanti kalo abang belom pulang, kamu jangan balik dulu yah”. Aku pun hanya manggut-manggut.
Lalu abangku pun berangkat, aku bawa kopernya. Ku lihat suami istri itu, mereka mesra sekali padahal abis berantem. Kakak iparku mencium tangan abangku lalu mencium pipinya, abangku lalu masuk mobilnya dan berkata “jaga rumah ya”. Aku jawab “iya bang”.
Setelah abangku berangkat, aku pun masuk dan melanjutkan aktifitas sebagai orang numpang, yah apa lagi kalau bukan beres-beres. Tak lama aku pun dengar suara pintu kamar utama, kakak iparku sepertinya mau pergi. “Jo, aku pergi dulu. Kalo ada yang cari kakak, telpon atau bbm”. Aku iyakan saja, dalam hati bersorak hore gak liat kakak iparku itu untuk beberapa saat.
Setelah selesai bersih-bersih, aku pun ke rumah sebelah. Aku memang gak serumah kalau ditempat abangku ini. Aku nempati rumah yang tidak dikontrakkan, yang difungsikan untuk kumpul2 arisan atau pun sekedar pertemuan ibu2 komplek. Selesai tugas, aku pun bersantai sambil ngopi dan buka2 site yg hot.
Malam pun datang tapi kakak iparku belum pulang, sudah hampir jam 9 padahal. Ah tapi sudahlah, bukan urusanku juga.
Jam 9 lebih baru tidak seberapa lama aku mikir demikian, kakak iparku pulang dengan sehat wal afiat. “Njir aku kira dia lupa jalan pulang atau kenapa2 dari sore baru pulang”. Dia masuk sambil bawa 2 kardus kecil, lalu keluar lagi dengan wajah sengaknya dia teriak “Jo, kamu udah tidur kah? Kau ini gak makan apa, nanti kalo kamu mati kelaparan aku yang kena juga”.
Aku pun kembali asik dg hapeku yg memutar bokep bisu (silent mode). Kurang lebih jam 11 aku bangkit karena agak lapar “iyalah tadi cuma makan mie” pikirku, aku pun berniat ke rumah sebelah untuk makan. Ku ambil kunci cadangan yang selalu kubawa jika di rumah abangku, saat di depan pintu “kok tumben lampu belom pada mati” batinku.
Aku pun masuk, aku matikan lampu ruang tamu. Saat sampai di ruang tengah aku kaget liat kakak iparku tergeletak dan di dekatnya ada 2 minuman beralkohol yg mahal. “Weh pesta nih dia, atau mungkin lagi sebel karena anaknya bikin masalah?” Gumamku pelan.
Aku lihat sejenak kakak iparku ini, dengan umur 40an tapi bodynya lumayan juga kalo diliat2 lagi, emang sih gak pernah dandan seksi ala tante girang.
Dia berpakaian selalu sopan, meski di dalam rumah. Misal seperti sekarang yang memakai kaos panjang dan rok panjang yang longgar. Saat itu pikiran “nakal” belom mengambil alih. Aku berlalu ke dapur, makan dikit dan minum susu. Saat aku mau keluar, aku ngetem lagi ngliatin kakak ku yg “ngglosor” di depan tv.
Aku yang sudah cukup bernafsu melirik ke bawah, “hadiuh rok panjangnya kayak minta di lepas”. Mula aku takut untuk beraksi. Tapi setelah mengingat sikapnya selama ini, jadi kayak mau balas dendam dengan cara memperkosanya selagi mabok. “Ah bodo amat, itung2 balas dendam” pikirku sambil mengangkat badannya untuk melapas koas yg dikenakannya.
Sesaat setelah berhasil ku lepas kaos itu, aku terkagum melihat bukit kembarnya. “Besar kayak yang tadi kutonton nih” pikirku senang. Lalu ku buka bhnya dan “wow” seakan berhamburan kedua bukit itu. Tak mau berlama2 aku tarik rok dan CDnya juga. “Wow mulus” tak terduga, ternyata dari sikapnya yg sadis dia punya pusaka rahasia yg mulus.
Gak mau buang waktu, aku jilat dan tusuk serambi lempitnya dengan jari tengahku. Sambil lidahku mencari kacang yg biasanya jadi pusat sensitif wanita. Ketemu. Aku sikat pakai lidahku, menarilah lidahku di sana.
Kadang aku hisap kuat. Ku dengar “ehhh hemmm” aku kaget dan kulihat wajah sange kakakku yg mulut bawahnya sedang aku mainkan dengan lidah dan jariku, dia masih terpejam, bahkan mulutnya pun masih rapat.
Aku yang memiliki body tinggi dan otot yg menonjol akibat latihan 5x seminggu di pusat fitness, akan mencoba hasil kerja keras ku membangunnya. Aku arahkan, pusakaku yg sudah tegang level max ke arah serambi lempit yg terpampang di depannya. Saat rudalku menyentuh bibir serambi lempitnya, aku masukan pelan hingga mentok.
Ku ayun dengan irama yang tak menentu, sampai bosan. Lalu aku miringkan badan kakak iparku ini, aku naikan satu kakinya lalu ku hujamkan lagi pusakaku yang masih belom puas bermain di dalam goa hangat, seret dan becek milik kakak iparku ini.
“Oh kak yanti, andai mulutmu seenak serambi lempitmu aku bakal betah didekatmu” kataku sambil menghujam-hujamkan rudalku ke lubang kakak ku.
Lama aku bolak balik badan kakakku dan aku hisap gigit buah dadanya yg ikut bergoyang sampai akhirnya aku K. O. di dalam serambi lempit basahnya yang legit.
Aku pun segera pakai bajuku dan kembali ke rumah sebelah setelah memakaikan kembali kaos dan roknya. Aku sengaja tak memakaikan dalamannya karena ribet dan kubawa dalamannya untuk ku buang di tempat sampah depan.
Saat aku kembali, kulihat waktu sudah jam 3. Aku buru-buru tidur agar besok tidak kesiangan. Tapi sayangnya aku tidak kunjung terlelap karena masih dihantui kejadian yg aku anggap nekad itu. Sampai adzan subuh terdengar, aku belum tertidur.
Setelah jam 5 aku bangkit dan mematikan lampu2. Aku pun ke rumah sebelah, mematikan lampu teras dan lampu samping. Saat lewat di ruang tengah, kakakku belum bangun. “Wah masih mabok nih sarang rudal” batinku dalam hati. Aku bangunkan kakak iparku ini, dengan wajah yg agak nyengir dia bangun dan berjalan ke kamarnya.
Pagi itu aku beres2 alat makan dan alat masak, menyapu rumah lalu kembali ke sebelah dan tidur. Capek oi, semalaman ga tidur.
Siangnya aku terbangun karena ada yg merasa aneh dg anggota badanku, yah tapi bukan rudalku sedang di sepong atau apa. Tapi badanku di goyang2 pakai kaki kakakku. Yah itu cara dia bangunkan aku.
“Bangun, orang kerjaannya tidur mulu. Cari kek kegiatan apa, jangan mentang2 libur jadi bisa santai terus ya!” Semerdu itulah bisikan yg berhasil membangunkan aku. Oh indahnya dunia, aku pun bangkit dan cuci muka. Aku lihat kakak iparku seperti menungguku, aku pun menemuinya. Tak ada suara keluar dari mulutnya hanya bermain hape yg dia lakukan.
Aku buka kaos dan hanya kenakan celana basket. Lalu aku ambil dhumbel dan mainkan, yah hitung2 buang stres karena dibangunkan dg cara seperti itu.
Tak lama kakak ku yang tengah memainkan hapenya kembali bersuara.
“Enak?” Katanya sambil menatapku tajam.
“Enak? Maksudnya kak?” Jawabku.
Aku hentikan kemesraanku dengan dhumbel.
“Gak sok bego, semalam kamu menyetubuhiin kakak kan? Bangun tanpa daleman, serambi lempit berasa pegel, bau pejuh. Emang siapa lagi kalo bukan ulah kamu?” Desak kakak iparku.
“Maaf kak… ak” ucapku yg terpotong.
“Trus sekarang kenapa? Kamu nyesel? Telat! Cari mati kamu” kata kakak iparku sambil berjalan mendekat.
Aku tidak tahu harus berbuat apa, sedikit sesal mulai muncul. Aku kaget saat kakakku mendorongku hingga aku terjengkal ke lantai. Aku tak berani bangkit. Lalu kakakku kembali berkicau.
“Semalam kamu berani, mana keberanianmu?” Kata dia sambil menatap tajam mataku.
Aku terdiam, lalu tiba2 dia buka kaos dan rok pendek selulut yg ia gunakan.
Aku ternganga, lalu dia berkata “semalam kamu udah liat, gak usah sok polos!”
Aku masih terdiam sampai kakak iparku menyuruhku bangun. Aku bangun dan tiba2 dia menarik celana basket dan CD yg aku pakai. Sambil berkata “entotin kakak waktu sadar kalo berani!
Aku yg sudah telanjang pun mulai berani. Mulai aku belai pipinya, lalu aku cium bibirnya. Hanya “hmmm emmmm” yang terdengar diantara kami.
Setelah bibir, aku alihkan ciumanku ke pipi dan ke daun telinganya. Aku jilat bagian sekitar telinga lalu menjalar ke lehernya. Aku buka pengait BHnya. Aku buka BH itu, lalu aku bimbing bibirku ke arah putingnya.
Aku mainkan ke dua puting itu bergantian. Pegal juga, karena aku harus membungkuk, aku duduk di sofa dan memangkunya lalu melanjutkan percumbuan.
Saat kami kembali berciuman, aku menarik CD yg ia kenakan. Seakan paham ia angkat pantatnya dari pangkuanku untuk memperlancar usahaku. Aku mulai memainkan clitorisnya dengan jari2ku.
“Ehhmm emmhhh” hanya itu yg keluar dari bibir kakak iparku. Aku baringkan kakakku di sofa, lalu aku buka pahanya. Tak bosan aku memuji serambi lempit kakak iparku ini, bentuknya masih seperti ABG.
Takut mengecewakan kakakku, aku lanjutkan aksi yg tertunda karena mengagumi serambi lempit indah yg ada di depanku. Aku jilati dan colokan lidahku menyusuri belahan serambi lempit yg harusnya milik pribadi abangku. “Oh..” terdengar erangan kakak iparku, membuat aku lebih bersemangat. Jari tengahku ikut membantu saat lidahku bermain di clitorisnya.
Aku hentikan aksiku dan duduk di sebelahnya. Tak berapa lama setelah nafas kakakku mulai normal, aku kembali beraksi. Kini aku ingin memasukkan rudalku ke sarangnya. Dengan buru2 aku hantam, dia berteriak sambil mencakar lengan kiriku “pelan bego! rudalmu itu gede! Aku keluarkan lagi rudalku dan terdengar bunyi “plup” di serambi lempitnya.
Aku beranikan diri dan berkata “kak boleh minta hisap?” Dia tak menjawab tapi dia langsung menyongsong rudalku dengan semangat juang yang membara. Aku kelojotan dibuatnya, ternyata sepongannya super mantab!
“Kak, kakak pinter banget. Kakak paling cantik deh, ahhh… kakak..” ceracauku saat kenikmatan dari hisapan2 dan permainan lidahnya di rudalku.
Kakak iparku rupanya capek menyedot dan menjilat, ia lalu memposisikan diri untuk WOT.
Ia masukkan rudalku dengan hati2 sambil berkata “begini Jo kalo masukin, pelan aja. Enak kan?”
Aku hanya menjawab “kakak memang jago, bejo seneng punya kakak ipar kayak kakak” sambil merayu.
Dia naik turunkan dengan tempo sedang dan sesekali menggoyang seperti penyanyi dangdut. Hanya desahan yg keluar dari mulut kami, terlebih saat aku hisap putingnya sambil dia bergoyang.
Tapi hanya 10menitan kami dengan gaya itu, diakhiri dengan erangan panjang kakak iparku sambil memeluk kepalaku yang sedang memainkan putingnya.
“Akkkhhh Joo.. kakak udahhh” kata kakakku yg tengah memeluk erat kepalaku. Saat dia sudah relax, dia kembali berbicara “Jo, kamu belum ya?”
“Belom kak” jawabku singkat.
“Yaudah, nikmati aja tubuh kakak sepuas kamu” balasnya dengab mimik muka lelah dan pasrah.
Aku mulai menggenjot kakakku yang masih duduk di rudalku. Kali ini aku hujam sekuat2nya dengan tempo selaju2nya. “Ahhh jooo, anjing kamu jo… serambi lempit kakak bisa hancur jooo… aghh” desahan dan ceracau kakak iparku malah membuatku makin bersemangat.
Bosan dengan gaya itu, lalu aku baringkan tubuh lemah kakakku. Aku sodok serambi lempit itu dari belakang dengan semangat kejar setoran. Kakak iparku kembali protes “bajingan kamu joo, serambi lempit kakak jebol jooo.. ahhh jooo enakkkk”.
Aku istirahat sambil mengajak kakakku kembali saling melumat bibir. Setelah cukup, aku telungkupkan badan kakakku dan aku tunggingkan pantatnya. Kembali aku masukkan pusakaku ke liang peranakan kakak iparku yang pasrah aku hajar sampai akhirnya aku menuntaskan dengan 1 hentakan keras “kak makasih buat serambi lempitnya” croot croot..
“Jo, kamu liar ya ternyata” kata kakak iparku sambil terengah-engah sesaat setelah aku luncurkan peluru dari piston yang melumat serambi lempitnya.
“Ahh aku masih sama kok kak” balasku masa bodoh.
“Nanti malam tidur rumah aja jo, tekenikmatan kakak” pinta kakakku sambil membenamkan wajahnya ke dadaku.
Hampir 2minggu kami melakukannya sampai abangku pulang, rasa bersalah menyelimutiku. Tak ada kecurigaan, abangku tak mencium ada gelagat aneh. Aku yg masih sering kena ocehan kakak iparku pun masih berlaku meski kami sering berurusan ranjang. Hal itu tak mengubah sikapnya.
Sabtu sore aku berencana kembali ke kost, aku bilang ke abangku. “Bang, nanti aku balik ke kost ya”. “Udah mau masuk kuliah lagi kah?” Tanyanya. “Iya bang besok senin”. “Ya udah kamu beli tiket bis dulu, semoga kebagian”. Lalu saat aku mau keluar, kakak iparku ambil bicara “Jo, bareng kakak aja sekalian kakak mau ke tempat temen nganter pesenan”.
Aku pun kembali ke rumah sebelah untuk mengemas barang bawaanku. Saat mengemas tiba2 ada sesuatu dilempar ke arahku. “Nih buat kamu, kalo pengen apa2 bilang kakak” kata kakak iparku saat aku menoleh ke arahnya. “Makasih kak” jawabku. Aku tak tahu apa isi amplop coklat yg dia lempar. Amplop itu langsung aku masukkan tas ranselku.
Selesai mengemas barang aku ke rumah sebelah, dan kulihat kakak iparku sudah dandan cantik. Dress pendek selutut sudah membungkus body yg selalu aku kagumi saat kami bersetubuh. Ngocoks.com
Singkatnya kami sudah dalam perjalanan menggunakan mobil, kakak iparku yg membawa. (aku ga bisa bawa mobil)
“Jo, abangmu kira2 tau gak ya?” Tanyanya membelah suasana tenang.
“Kayaknya enggak kak” jawabku
“Semalam aku main Jo sama abangmu, tapi gak tau kenapa kok rasanya hambar. Mungkin serambi lempit ku lebih suka rudalmu kali ya jo?” Kata kakakku yg sambil mengelus batangku dari luar celana.
“Mungkin kak” jawabku singkat. “Halah bilang aja minta lagi kak” batinku yg sebenernya.
“Jo, kita beli tiketmu dulu trus ke rumah temen kakak” kata kakak iparku yg seperti memikirkan sesuatu.
Tak lama kita pun tiba agen tiket bus, kakak yang membelikan aku tiket. Aku menunggu di dalam mobil. Tak berapa lama kakak sudah kembali membawa tiket dan menyerahkannya kepadaku.
“Kok tiketnya buat besok kak? Aku kan berangkat nanti sore” tanyaku penasaran.
“Kamu nanti malam nginap hotel” jawabnya yang tumben singkat.
“Nah kan, bilang aja butuh rudal kak!” batinku.
Tak lama berselang, mobil memasuki rumah yg cukup besar. “Mungkin ini rumah teman kakak” pikirku.
“Jo, bawa kardus itu. Kakak masuk dulu.” perintah kakak ku.
Kakak ku turun lalu meninggalkan ku yg sedang mengambil kotak kardus di bagasi.
Setelah aku ambil kotak dan hendak masuk, tiba2 ada seorang pemuda yg keluar dari rumah itu dengan buru2.
Aku pun masuk sambil permisi, tapi tak ada yg menjawab.
Aku pun melangkah masuk dan meletakkan kardus bawaanku. Lalu kakak iparku keluar dengan seorang wanita cantik yang hanya mengenakan kimono tidur. “Wow, apa jangan2 cowok tadi buru2 karena lagi main sama ini perempuan ya?” pikirku.
Mereka menghampiri aku yg terbengong melihat wanita cantik yang bersama kakak iparku ini.
“Bengong aja!” pecah lamunanku dengar suara kakak ku.
“Ini kardusnya simpan mana kak?” tanyaku sambil melirik wanita sebelahnya.
“Udah situ aja, ini kenalin temen kakak” kata kakakku yang menyadari aku melirik temannya itu.
Kami pun berkenalan, teman kakak ini sebut saja Tuti. Dia cantik, putih, dada kliatan besar meski tertutup kimono, kakinya sangat mulus, tangannya halus. “Aku pengen menyetubuhi sama dia!” teriakku dalam hati.
“Jo, cantik gak temen kakak?” tanya kakak iparku yang sepertinya sangat gak rela aku ngelirik temannya terus.
“Cantik.. cantik banget malah” jawabku yg sangat terlihat antusias.
“Kamu mau gak main sama Tuti jo? Tadi cowoknya pergi tuh karna ada kakak” kata kakak iparku yg tidak bisa aku percaya. “Gimana jo?” sambungnya.
“Mau aja kalo aku kak” khayalan yg melambung tinggi terkabul pikirku.
Lalu kak Tuti menarik ku ke kamar, “pinjam dulu ya Yan” katanya pada kakak ku sambil tersenyum kenikmatans.
Bersambung… Setibanya di kamar, kak Tuti menutup pintu tanpa menguncinya. Lalu ia melihatku dan berjalan kearahku sambil melepas ikatan kimononya.
“Woaahh indahnya” kataku saat tali itu terlepas dan memperlihatkan isinya.
“Bisa aja kamu Jo” katanya sambil menghimpitku dan berusaha melepas kaosku.
Setelah kaos terbuka, “bagus juga badan kamu Jo” pujinya. “Kali ini, badan ini yang akan bersama kakak” balasku sambil mencium keningnya.
Kak Tuti mendorongku agar berbaring, ia lalu menciumi dadaku. Aku hanya bisa menikmati tingkahnya. Aku tarik kimononya, dia pun merelakan kimononya terlepas. Kini ia berbugil ria dengan aku yang masih memakai celana panjang.
Aku balikkan keadaan yang tadinya aku berbaring, kini ia yang aku baringkan. Aku cumbu pelan dari mencium keningnya, pipinya lalu merayap ke telinganya, tak ketinggalan lehernya yang jenjang dan bersih pun tak luput dari kecup dan jilatanku. Saat aku tinggalkan bekas di lehernya, dia mendesah “ahhkkkhh”.
Sesaat kemudian, aku mulai turun mencumbu dadanya yg terlihat kenyal. Aku jilat belahan, pangkal sampai ke putingnya. Tangan ini tak mau kalah, ia mendarat ke lubang yang ingin dipuaskan. “Ohhhh” begitu ceracau kak Tuti saat jemariku menari memainkan clitnya.
Jari tengah ku membelah serambi lempit yang mulus itu. “Basah banget!” Batinku saat jariku meraba2 serambi lempitnya. Aku teringat tadi ada cowok yg masih kliatan ABG keluar dari rumah ini. Astaga.. reflek aku bangkit.
“Ada apa?” tanya kak Tuti heran.
Aku pura2 mencium ketek ku “aduh kak, aku belom mandi, aku mandi dulu yah” kataku sambil melirik kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. “Sial itu serambi lempit abis dipake pasti. Hilang deh nafsu” umpat batinku.
Lalu aku masuk kamar mandi. Aku bersandar diatas closet duduk, sambil berharap kak Tuti ikut masuk dengan maksud mau aku bersihkan dulu serambi lempitnya.
Tak lama sejak aku masuk, kak Tuti pun masuk. “Nah itu pinter, peka juga ini orang” sulutku dalam hati.
Ia pun bertanya “kamu kenapa? Kamu harus layani kakak, tadi Yanti ganggu aku waktu main. Jadi kamu harus menggantikan pacarku yang kabur karena ada Yanti” cerocos wanita cantik ini yg terlihat agak kecewa.
“Maaf kak, aku bukannya ga mau. Tapi aku takut, takut kalau aku ga bisa puaskan kakak” jawabku yg aku susun agar gak menyinggung perasaannya.
“Kamu kuat kok, Yanti udah cerita semuanya kalau kamu kuat. Dia sampai kelojotan kalau main sama kamu. Malah katanya dia pernah hampir pingsan karena dientot kamu” ungkapnya sambil tersenyum dan duduk dipangkuanku.
Aku pun menciumnya, kami kembali melakukan french kiss. “Kak, mandi yuk” kataku sambil mencium pipinya. “Bilang aja minta mandiin” balasnya sambil menoel hidungku.
Dia bangun dari pangkuanku dan ingin melepas celanaku. Setelah terlepas, dia menarikku ke arah dekat shower. Bukannya menyalakan shower dia malah mengocok rudalku yang mulai menegang sambil memainkan lidahnya di putingku.
Setelah tegak sempurna, dia lalu memasukkannya ke mulutnya. Menyedotnya, menjilatnya.. “ohhh kak, katanya mau mandi” kataku mengingatkan. Padahal dalam hati “yah kok ga seenak kakak iparku yah”.
Dia pun menjawab “kakak penasaran dengan rudal kamu yang kata Yanti sampe bikin dia mau pingsan”. Setelah agak lama dan mungkin dia bosan, dia pun bangkit sambil bilang “kuat bener, pantes Yanti sampai kelojotan”. “Kakak bisa aja, kalo kakak mau, kakak boleh coba kok” jawabku merespon.
Lalu shower dia nyalakan, dia memandikan aku layaknya anak kesayangan. Yah sambil cium sana sini dan tidak ketinggalan mengocok benda nakal di selangkanganku.
Saat membilasku, dia pun aku sabuni. Dari punggung, bahu dan dada. Sampai dada tanganku seakan tak mau pindah dari situ. Dia pun berkata “betah banget disitu”.
“Pemandangan di gunung indah ya kak” entah apa itu aku berasa ngelindur ngomongnya. “Kamu bisa menikmatinya kok dari gunung sampai ke lembahnya di bawah sana” respon kak Tuti yang sepertinya sudah kehausan akan sex.
Karena aku tak mau pindah dari dadanya, dia pun menyabuni serambi lempitnya sendiri memakai sabun khusus. “Bagus, aku males ama bekas cowok tadi kalo belom dicuci” batinku sambil terus meremas-remas gundukan dadanya yang masih padat.
Lalu kami pun membilas sisa2 sabun, tapi setelah selesai bukannya mengeringkan badan, aku malah mulai mencumbunya kembali. Tapi kali ini aku langsung ke dadanya. Aku hisap kuat putingnya, dan aku pilin puting satunya. Begitu kumainkan secara bergantian, kiri dan kanan. Bosan aku tarik kak Tuti ke arah closet, dia aku dudukan.
Desahan demi desahan keluar dari kak Tuti, yang membuat aku lebih bersemangat. Sampai akhirnya lidah dan jemariku mengantar kak Tuti sampai ke orgasmenya yang pertama denganku. “Akhhh.. Jo, enakkk” teriaknya saat sedang mengejang nikmat.
Aku yang sudah berada di puncak nafsu lalu mencium kak Tuti sambil meminta ijin “Kak, aku masukin yah”. “Tentu sayang” balasnya.
Aku masukkan segera burungku ke sangkarnya “ahhh” desah kami berdua. Tapi tak kurasakan sensasi sesempit kakak iparku. “Bajingan, wajah cakep, badan bagus, sikap lembut tapi serambi lempit kayak lonte.. kalah sama si petasan cabai” umpatku dalam hati.
Tapi aku tak mau ambil pusing, sambil aku hujani tusukan dengan kecepatan tinggi, aku pilin kedua putingnya. Aku hentikan genjotanku, ku angkat badannya. Ku masukkan rudalku kembali ke liangnya. Ku ambil posisi sambil menggendongnya. Ku pegang pantat sambil meremasnya.
Aku mulai menghujamkan rudalku, ku hujani kembali serambi lempit itu dengan liarnya. Sampai ia mendapat orgasmenya. “Ahhhhkkkhhh Jooo, ampuuun sayang, tusukanmu enak banget” ucapnya sambil memelukku erat.
Aku kaget saat disana sudah ada kak Yanti yang sudah telanjang bulat sambil mengobel serambi lempitnya sendiri.
“Aku ikutan ya Bejo sayang” ucapnya memohon. “Iya kak, ini biar kak Tuti istirahat sebentar” jawabku.
“Jih, sayang.. giliran butuh rudal aja kenikmatans” batinku meremehkan.
Aku baringkan tubuh lemah kak Tuti. Kukecup bibirnya dan berbisik “bentar ya sayang, rudalku dipesan kakak iparku nih”.
Aku pun beranjak dari tubuh kak Tuti yang ramping dan mendekati tubuh semok kakak iparku. Aku lumat bibirnya dan aku gantikan jarinya yang mengobel serambi lempitnya dengan jariku.
“Ehmm emm” begitu erang kakak iparku saat terkejut aku menusuk-nusuk jariku ke serambi lempitnya dengan keras.
Tak lama dia melepas lumatanku dan mengerang hebat “Jooo… aku keluar” sambil merangkul ku yang ada di depannya.
Kemudian ia berbaring menunggu perlakuanku selanjutnya. Kak Yanti aku miringkan menghadap kak Tuti, ku angkat satu kakinya dan aku tusukkan rudalku dari belakang ke liang senggamanya. “Ahhkkk jooo, enakkk” racau kakak ku saat menusuknya dengan kecepatan tinggi.
Puas memamerkan sodokanku di hadapan kak Tuti, ku telungkupkan tubuh kakak iparku lalu kumasukkan kembali rudalku agar ia kembali membuat kakak iparku ini belingsatan. Dan benar saja tak lama setelah aku kayuh serambi lempitnya dengan semangat, dia mengerang “Jooo, ampunnn enakkk” dan dibarengi dengan tangannya menarik bed cover kuat-kuat.
Kak Tuti yang daritadi menonton setelah orgasmenya di kamar mandi mulai protes, “Yanti, gantian dong. Joo, serambi lempit aku mau ditusuk lagi nih” rengek kak Tuti sembari mengelus serambi lempitnya sendiri.
“Bejo siap kok kak” balasku sambil beralih ke tubuhnya.
Aku mulai kembali perbuatan nikmat ini bersama Kak Tuti, kali ini aku jilati dulu serambi lempit yang bersedia menungguku sembari aku menggarap kakak iparku.
Dia merengek meminta genjotan “joo, kakak udah ga tahan.. genjot lagii Joo.. please…”
Aku yang tak tega melihat wajah sendu yang kehausan rudal pun segera beringsut. Aku miringkan tubuh kak Tuti menghadap kakak iparku. Aku samakan dengan gaya yang aku lakukan ke kakak iparku. Ku hujamkan dengan speed yang menggila sampai kak Tuti kelojotan menerimanya.
“Jooo.. ohh.. enak… ohh… Yant, liat nih adikmu suka menyetubuhiin aku.. ahhh.. Joo…” desahnya sambil memprovokasi kakak iparku.
Aku hanya mendesah dan tetap menghantamnya.
Tiba2 aliran air di rudalku seakan tak terbendung.. aku percepat lagi sampai kak Tuti seperti melolong.. “ouhhhh” mulutnya ternganga menahan gempuran rudalku dalam serambi lempitnya. Dan tak lama “kak aku mau keluar..” kataku memburu. “Kakak juga Joo.. enakkk.. ayooo..” balas kak Tuti. Dan Croooot crooot Seerrrrr…
Kak Yanti yang menatap kami seakan masih ingin dipuaskan bangkit sambil berkata “udah sore jo”.
Aku yang masih memeluk kak Tuti dari belakang pun terdiam “kampret, udah kambuh tuh sengaknya” batinku mengumpat.
“Kakak ku sayang, kita mandi dulu yuk” ajak ku berusaha ramah pada kakak iparku. Sayangnya dia sudah kembali ke aslinya dan menjawab “mata kamu liat tuh udah jam berapa” cerocosnya sambil berpakaian.
“Hadehh itu mulut pengen gua entot sampe sobek lama2” batinku yg agak marah.
Aku segera berpakaian dan menyusul kakakku keluar. Tak lupa aku berpamitan kepada kak Tuti. “Kak aku balik ya, maaf kalo pelayananku ga seperti harapan kakak”.
“Jo bentar” dia bangun dan mengambil sesuatu dalam laci riasnya.
Amplop coklat, kembali aku teringat amplop yang tadi pagi diberi oleh kak Yanti. Kak Tuti menuliskan nomor hape dan pin bb nya lalu menyerahkannya padaku. “Buat kamu Jo” sambil senyum dan merangkulku lalu melumat bibirku. “Aku bakal kangen sama genjotanmu Jo” sambungnya.
Setelah perpisahan dengan kak Tuti, aku pun keluar kamar. Kudapati kak Yanti sedang duduk, muka ditekuk menatap layar hape. Yeah.. di mobil moga ga kena cerocos.
Saat di mobil
“Enak mana Jo?” tanya kak Yanti
“Apanya kak?” aku tanya balik
“serambi lempitnya lah, sok polos!” Balas kak Yanti
“Enak punya kakak, sempit, berasa banget di rudal Bejo. Sepongan juga enak kakak yang nyepong” jawabku santai.
Aku lirik ke kak yanti, dia tersenyum sambil menyetir. “kenikmatans banget! Gak biasanya. Apa bakal sembuh penyakit sengaknya ya?” Tanyaku dalam hati.
“Dasar laki, nggombal doang bisanya!” Balas kak yanti padaku.
“Ya ampun, ini orang maunya apa sih?” Dalam hati mulai bingung.
“Eh Jo, bentar ya!” Perintah kak Yanti setelah mobil memasuki kawasan sebuah hotel.
Kak Yanti merapihkan dandanannya lalu keluar meninggalkan aku di parkiran, aku bertanya-tanya “apa mungkin serius aku malam ini nginap hotel?”
Tak lama berselang, Kak Yanti datang dan segera masuk mobil.
“Nih Jo, aku paling nyusul jam 8an” ucapnya sambil menyerahkan kunci kamar yang ada nomor kamar.
Tak ada obrolan berarti setelah dari hotel, hanya Kak Yanti bercerita tentang Kak Tuti yang ternyata adalah seorang janda kaya anak 2, semua perempuan.
Punya hubungan spesial dengan teman main anak Kak Yanti yang besar makanya kabur saat kak Yanti memergoki mereka sedang main. “Berarti cowok tadi seumuran keponakanku yang besar” gumamku dalam hati.
Setiba masuk jalan komplek, kak Yanti berpesan “nanti kamu pura2 berangkat jam 6, kakak juga nanti mau ijin pergi juga. Jam 8 kakak nanti sampai hotel. Jangan sampai abang kamu curiga. Ngerti?”
“Iya kak, lagian hotelnya gak jauh dari tempat mangkal bus” jawabku enteng.
Sampai rumah, aku masuk dan mau laporan kalau sudah dapat tiket tapi rumah kosong, pintu terkunci. Lalu aku buka dengan kunci cadangan yang memang jatahku kalau aku pulang ke tempat abangku. Ternyata benar, rumah kosong. “Mungkin abang lagi ngawas usahanya” pikirku.
Kakak iparku masuk dan heran kok suaminya belom pulang. Aku berbaring di depan tivi ruang tengah. Kemudian kak Yanti yang keluar dari kamarnya menghampiriku dan duduk di sofa dekat aku baring.
“Jo dulu waktu kamu menyetubuhiin kakak waktu mabok, sampai berapa kali kamu keluar?” Tanya kak Yanti.
“Hehe 2x kak, dari jam12an sampai jam 3an” jawabku sambil cengengesan.
“Wah.. pantes serambi lempit kakak berasa ngilu banget waktu itu” balasnya.
“Maaf ya kak, kalo Bejo nyakitin kakak waktu itu” kataku sambil mengecup bibirnya. “Mumpung baik, waktunya bikin dia tersanjung” pikirku.
“Gak apa Jo, lagian sekarang kakak juga seneng bisa menyetubuhi sama kamu. Kamu bisa bikin kakak enak. Ngomong-ngomong nanti malem kamu bisa ngerjain kakak sampai subuh lagi loh” kata kak Yanti sambil mengecupku balik.
Lalu kami lakukan french kiss sambil ku sodok serambi lempitnya pakai jariku yang diam2 menyusup ke rok pendek harian yang biasa dia pakai.
“Ehmmm ehhhmm Jo, udah nanti malam aja. Kakak milik kamu kok, jangan sekarang ya sayangg..” protes kakak ku yang merasa tak aman.
Dan benar saja seketika terdengar abangku yang pulang, kakak iparku lalu berlari menyambutnya.
“Eh Jo, dapat tiket buat tar sore?” Tanya abangku saat melihatku di ruang tengah.
“Dapat bang, jam 6 harus disana” jawabku.
“Oke deh, nanti abang antar” kata abangku sambil berlalu ke kamarnya diikuti kakak iparku.
Terdengar obrolan mereka di kamar, sepertinya kakak iparku ijin untuk ikut temannya ke luar kota dan pulang besok sore. Lalu seketika kamar itu kembali tenang tapi samar2 terdengar suara desahan. “menyetubuhi tuh, pasti karena mau ditinggal ke luar kota!” Pikirku sambil bangkit dan pergi ke rumah sebelah.
Jam 17.30 aku bersiap diantar abang ku ke tempat pemberhentian bus. Kulihat kakak iparku juga sudah dandan, “mungkin mau sekalian perginya” pikirku. Ngocoks.com
Kami pun berangkat, seperti biasa siraman rohani terdengar dari abang dan kakak ku sebelum aku ke kota dimana aku kuliah. Gak ada yang spesial, semua sama temanya.
Sesampainya di agen bus, aku yang hendak turun namun abangku bilang, katanya gak bisa nungguin karena harus antar kakakku ke tempat teman2nya. Aku iyakan saja.
Aku pura2 menunggu bus ku di depan agen sambil menunggu mobil abangku taj terlihat. Setelah dirasa aman, aku berjalan menuju hotel yang tak jauh dari agen tersebut.
Sesampainya di kamar hotel, aku berpikir “kok jadi kayak gigolo gini yah? Niatnya padahal mau balas sikap kakak ipar. Ahh sudahlah, yang penting sikapnya kalo lagi berdua ga separah dulu”.
Lalu aku sempatkan buka 2 amplop berwarna coklat yang diberi kak Yanti dan kak Tuti. Dan ternyata isinya UANG! “Shit, ini sih emang mereka anggap aku gigolo! Ahh terserah deh..” pikirku setelah melihat uang segepok dengan pecahan 100 dan 50ribuan.
Aku juga tak lupa memasukkan kontak kak Tuti ke dalam bbm ku. Langsung di accept dan langsung ada ping dari kak tuti. “Fast respon amat ini serambi lempit umum” batinku yang keheranan.
Kami pun berchating ria via bbm, hanya membahas ttg kekagumannya kepadaku yg sadis kalau sudah diatas ranjang bertolak dengan sikapku biasanya yang sering dianggap culun dan pemalas.
Tak terasa sudah lumayan malam, acara chat asik bersama kak Tuti yang menekenikmatan kesendirianku di kamar hotel ini. Tiba2 pintu kamar diketuk, setelah aku buka ternyata kak Yanti yang clingukan mengamati situasi kanan kiri. Dia pun masuk dan langsung mengunci pintu.
Aku yang sedang duduk senyum2 sendiri melihat gerak gerik kak yanti yang seperti maling takut ketahuan.
“Ga usah cengar cengir, kakak takut ketemu orang yang ngenalin kakak” ungkapnya.
“Aku ngenalin kakak lho” balasku masih dengan cengar cengir.
“Kamu sih dikasih serambi lempit juga diem” balasnya sambil melempar tas nya ke sofa dan menhampiriku.
Bersambung… Aku yang sedang duduk senyum2 sendiri melihat gerak gerik kak yanti yang seperti maling takut ketahuan.
“Ga usah cengar cengir, kakak takut ketemu orang yang ngenalin kakak” ungkapnya.
“Aku ngenalin kakak lho” balasku masih dengan cengar cengir.
“Kamu sih dikasih serambi lempit juga diem” balasnya sambil melempar tas nya ke sofa dan menhampiriku duduk di tepi ranjang hotel.
Kak Yanti yang baru duduk disampingku tak aku hiraukan, aku malah berdiri melepas semua yang aku kenakan dan kemudian berbaring di sampingnya yang duduk.
“Joo, ngapain kamu kok malah tiduran? Bukannya nelanjangin kakak juga!” Kata kak Yanti yang melihat aneh sikapku ini.
Aku diam, dengan rudal yg belum berdiri aku diam terbaring dan menatap mata kak Yanti dengan tatapan serius.
“Aku mau dilayani dulu!” teriakku dalam hati.
Seolah paham apa yang aku mau, kak Yanti ikutan berbaring lantas mendaratkan ciumannya di bibirku. Kami saling melumat, memainkan lidah kami tapi tiba2 kak yanti bicara. “Jo, kamu udah gak minat sama tubuh kakak lagi ya? Mau kakak panggilin Tuti? Jo, please perkosa kakak lagi” ungkapnya sambil berbaring diatas dadaku.
“Bejo mau kok. Bejo akan lakuin semuanya buat kakak” jawabku sambil mengelus rambut kepalanya.
Ia pun bangkit hendak melepas dress yang ia pakai, tapi sebelumnya ia kupeluk. Lalu kudaratkan kecupan2 dia wajahnya yang lembut. Aku bantu dia buka dress yang ia kenakan. Kini ia tinggal mengenakan CD dan BHnya, kutarik dalam pelukanku lagi dan kulumat bibirnya kembali. “Ehmmm emmm” desahnya saat tanganku ikut beraksi meremasi bukit2 yang menggantung.
Tak mau buang waktu, aku tanggalkan BHnya dan menyembulah kedua kantung favoritku. Aksi saling melumat kuhentikan, aku beralih ke bawah.. yah ke benda kenyal yang menggantung indah. Meski tak kencang tapi masih enak dipandang.
Ku jilat dari belahan, pangkal kemudian puting kanan dan beralih ke pangkal lagi dan ke kirinya. “Ohhh” desahnya saat jilatanku mencapai puting dan langsung aku sedot kuat.
Aku hentikan sejenak aktifitas ini, aku berusaha menanggalkan CDnya. Tak butuh bersusah karena kakakku ini juga membantu. Ku lanjut hisapan2ku di kedua putingnya, tangan kananku mengangkat kaki kirinya dengan maksud agar bertumpu pada ranjang yang aku duduki. Jemari kananku tak tinggal diam setelah gerbang dibuka.
“Joo.. ahhh… kakak keluarrr…” ceracau kakak iparku saat ku tingkatkan intensitas seranganku.
Kak Yanti merangkulku yang duduk di ranjang, kaki kirinya bertumpu di sebelah kananku. Wajahnya yg sendu dan terengah-engah menatapku seakan meminta lebih.
Aku posisikan kak Yanti duduk dipangkuanku, dan dengan pintarnya dia memasukkan rudalku ke sarang yang sudah ingin obok2.
“Ehhhmm.. kakak enak Joo..” desah kakak yg kemudian menggigit bibir bawahnya.
Aku yang sebenarnya belum puas pemanasan malas menggerakkan pinggulku, tapi entah sudah nafsu banget atau bagaimana kakak iparku mulai menaik-turunkan pinggulnya sambil sesekali bergoyang layaknya biduan diatas pentas.
“Goyangan kakak paling juara” kubisikan kalimat itu pelan.
“Spesial buat kamu Jo” balasnya sambil tersenyum dan kemudian melumat bibirku.
Aku yang masih ingin bermain dengan bukit kembar yg sekarang ikut bergoyang lantas memilin-milin puncaknya.
Sambil bergoyang bak biduan, aksi saling melumat bibir, puting yang dipilin2 adiknya yang menerima pasrah goyangan kakak iparnya, Kak Yanti akhirnya menuju puncak. “Ehhmmm akkkkhhh Bejooo..” erangnya sambil menenggelamkan rudalku dalam-dalam dan memelukku.
Aku biarkan sejenak ia menikmati sensasinya. Setelah kedutan2 dalam serambi lempitnya melemah, kak Yanti bangkit dari pangkuan ku dan telungkup di ranjang.
“Joo, kamu gak mau nerusin?” kata Kak Yanti sambil masih terengah-engah.
“Sebenernya Bejo agak lemes kak, tadi lupa belum makan” balasku yang sebenernya masih ingin menikmati goyangan kak Yanti.
“Nanti kakak carikan makan deh, sabar ya sayangg” balasnya sambil terpejam.
Aku yang sebenarnya tak merasa lapar pun merapat ke tubuh telungkup kakak iparku. Aku yang masih berharap aksi WOT kakak iparku, berencana menyodoknya serambi lempitnya dari belakang.
Aku tunggingkan sedikit pantatnya dengan aku ganjal bantal. Aku masukkan pelan. “Ehmmm Jo, katanya lemes. Ohhh..” desah kakakku yang senang kalau aku masih ingin lanjut. Kupacu genjotan ku dengan kecepatan liar, aku mencari kepuasan sendiri.. “Ohh Joo.. Joo..” ceracau kak Yanti sambil menarik2 bed cover.
Aku balik kakak ku, aku kembali mainkan dengan convensional.. aku pacu kembali dengan ritme yang sama liarnya dengan sebelumnya. Aku tak hiraukan kata yang keluar dari mulut kakakku.
Melihat dada yang ikut bergoyang, aku hentikan kemudian pelankan genjotan. Aku telungkup, bibirku berusaha meraih puting yang seakan meminta dikenyot. Dengan ritme pelan, aku rasakan rudalku sedang dimandikan oleh serambi lempit. Aku baru menyadari kakak sudah keluar lagi.
Aku yang masih menikmati buah dadanya menghentikan genjotanku, lalu pinggul kakakku aku miringkan sedikit dan kunaikan kaki kanannya ke pundakku. Aku hujamkan lagi namun kali ini dengan ritme santai, kakak ipar yang menggeliat dan “ahhh bejoo ohh sayanh” tak aku hiraukan. Buahdada yang ikut bergoyang, ingin rasanya aku hisap2 lagi.
Merasa kumpulan yang terbendung di rudalnya seakan mau menjebol, aku hujamkan kembali dengan kecepatan sadis. “Ahhkk jooo, kakak udah ga kuat.. jooo kakak.. yeahhhh…” rengekan kakakku terhenti saat hentakan kerasku mengantarkan kami ke orgasme bersama.
“Hah hah hah” nafas kami seperti berlomba menepi dari ganasnya ombak birahi.
“Jo bagi minum” kata kakakku saat melihatku menengak air dari botol.
Aku serahkan setengah, ia minum habis.
“Kak.. ga ada minum lagi” aku melapor.
“Kamu beli dulu ya, uangnya di tas kakak” balasnya sambil masih terengah-engah.
Aku pun ambil beberapa uang di tas kakak iparku, berpakaian, cuci muka lalu keluar.
Saat di minimarket, aku seperti melihat seseorang yang aku kenal. Ia pun melihatku tersenyum. Ternyata teman bbm ku yang juga alumnus kampus. Aku hampiri dan sekedar say hello.
Singkat kata kita bertemu dan dia memperkenalkan anggota keluarganya, seorang gadis kenikmatans yang sebenernya udah aku kenal. “What? Anaknya udah gede, malah ternyata anaknya ini adik tingkatku”. Kami ga lama ngobrol, sambil aku masih gak percaya kalau mereka ibu dan anak kandung.
Kembali ke kamar, ternyata kakak ku sedang bermain dengan hapenya dan kali ini dia sudah tidak telanjang lagi.
“Kakak mau pergi?” Tanya ku singkat
“Gak lah” jawabnya yang tak kalah singkat
“itu tumben udah pakai bajunya?” tanyaku penasaran
“Temen kakak mau kesini, tadi kakak udah pesenin martabak kenikmatans rasa coklat buat kamu, kamu kok lama? Beli air doang” balasnya
“Tadi ketemu temen” jawabku
“Ohh, Nanti temen kakak ikut yah” katanya
“Ikut ke tempat ku? Emang dia tinggal disana?” Balasku kepo
Kakakku diam tiduran miring sambil main hape, lalu aku peluk dia dari belakang.
“Pakai baju tapi gak dipake dalemannya” kataku yang mulai meraba2 tubuh kakak ku.
“Tunggu temen kakak ya” cegahnya yang sadar tanganku ingin mengobel serambi lempitnya
Aku pun tak beringsut dan mengambil hapeku dan “yeahhh” kak Tuti memenuhi notifku. Tak berapa lama kak Yanti membuka kunci pintu kamar.
“Temennya mau datang kah?” batinku bertanya
Benar saja, tak lama berselang ada seorang yang masuk. Saat meliatnya mengunci pintu “kayaknya kenal” batinku. Saat teman kakak iparku berbalik setelah mengunci pintu, kami berdua terkaget.
“Bejo” “Kak Desi?” Ucap kaget kami hampir bersamaan.
“Kalian udah saling kenal?” ucap kak Yanti melihat kecanggungan diantara kami.
Kami mengobrol, dari situ aku baru tau.
Kak Desi ini umurnya tak lebih 10th diatasku meski kliatan kayak seumuran.
Juga kak Desi adalah istri relasi abangku dalam menjalankan usaha, ia tinggal di kota daerah aku kuliah.
Awal perkenalanku dengan kak Desi adalah di grup kampus, ia yang bertanya mengenai pendaftaran untuk anak sulungnya yang bernama Dina, tapi di grup itu tak ada yg merespon. Dan kemudian aku merespon yang berakhir dengan saling tukar kontak.
“Lihat Des, Bejo sampai bengong tuh liatin kecantikan kamu” kata kakakku yang membuyarkan lamunan
“Haha, kak Yanti ada saja. Bejo mah pasti sukanya sama Dina atau Chika” balasnya.
Chika adalah anak kedua kak Desi yang masih SMP.
“Kakak kok masih muda anaknya udah kuliah?” tanya ku yang masih penasaran
“Kan nikah muda” balasnya sambil senyum
“Kalo dihitung2 kakak melahirkan Dina umur 14th dong?” tanyaku lagi
“Kira2 begitulah” balasnya dengan senyum, namun tatapannya kosong seperti ada kepedihan.
“Itu Jo, dimakan martabaknya. Biar nggenjotnya tambah semangat. Spesial buat kamu dari bidadari yang kamu liatin sampe ngiler loh” timpal kakak ku saat suasana kembali canggung
“Kak Yanti bisa aja, masa udah tua gini dibilang bidadari” sahut kak desi yang tersipu
Aku makan martabak favoritku, “eh, nggenjot? Kok kata2 kak Yanti jorok gitu padahal ada kak desi, apa jangan2 disuruh nemenin kak desi juga kayak kejadian dengan kak Tuti?” batinku yang gak habis pikir dengan kakak iparku.
Kak Yanti mulai mendekati kak Desi, ia memeluk kak Desi dari samping seperti membisikan sesuatu. Aku yang sedang makan martabak ya bodo amat. Haha penting kenyang, maklum anak kost
Setelah dipeluk kak Yanti, kak Desi mendekatiku lalu duduk di sofa bersamaku. Tiba2 ia mencium pipiku “kakak ikut main ya Jo” katanya yang disusul memeluk tangan kiriku.
Aku yang makan seolah cuek, padahal bahagia banget dalam hati. Dulu aku deketin karena emang suka, ternyata setor serambi lempitnya sendiri. “Inikah yang dinamakan sudah jatuh tertimpa ibu muda?” Pikirku bahagia.
Selesai membersihkan tanganku yg belepotan coklat, kak Desi belum mendapat jawaban. Ia masih memeluk tangan kiriku. Sedang kakak iparku mulai membuka bajunya, aku mulai merespon tingkah ibu muda yang ada disebelah kiriku.
Aku mencium keningnya, dia makin erat memeluk tangan kiriku. “Empuk!” girangku sadar betapa kenyalnya dada kak Desi.
Aku mulai menciumi wajah kenikmatans kak Desi, ia menatapku sayu dan melepas tanganku. Aku lumat bibir tipisnya, sambil aku buka kancing kemejanya. Aku alihkan ciumanku ke lehernya, aku baringkan kak desi di sofa, “Ohhh jooo” erang kak desi saat aku buat beberapa tanda kekuasaanku di lehernya.
Kubuka kemejanya, kemudian BHnya pun ikut aku tanggalkan. Langsung saja aku terkam buah dadanya yang seukurang milik kak Yanti namun sekencang milik kak Tuti. “Spesial bener nih, gak cuma martabak kenikmatansnya” hatiku gembira saat aku meremas kedua bukit sekal milik kak desi.
Aku pun mulai memainkan lidahku disana, dan “Jooo…” lenguhan panjang disertai dekapan kak desi mengherankanku.
“Masa sih udah keluar? Cepet amat?” hatiku bertanya.
Tangan ku mulai melepas jeans panjang yang kak desi kenakan, ia pun membantu.
Tertampanglah lembah dengan populasi pohon yang jarang saat aku juga berhasil menanggalkan CDnya.
“Ohhh jooo…” rancau kak desi saat lidahku menyibak belahan serambi lempitnya.
“Gilak! Beneran udah keluar!” heranku dalam hati.
Kini semakin sering terdengar desahan dari bibir tipis kak Desi
“teruss joo… ohh joo… terusss…” desahan kak desi saat jari ku ikut bermain dengan liangnya.
Tak lama berselang, kak Desi menjambak rambutku dan “ohhh jooo… kakak udahhhh” teriak kak Desi mencapai kenikmatan keduanya melalui sedotan pada clit dan hujaman jariku di liang senggamanya.
“Cepet bener aku aja belom lepas baju” sungutku dalam hati.
Aku beralih memandang kak Yanti yang daritadi menonton kami sambil tersenyum.
Aku mendekatinya, “kak isepin yah” mintaku.
Tak ada kata menjawab permintaanku, ia segera turun dari ranjang dan berjongkok didepanku yg duduk di tepi ranjang hotel.
“Kakak paling jago soal ngisep” pujiku saat kak Yanti mulai menyedot rudalku.
Jilatan dari helm sampai biji, ciuman di lubang kencingku, kehangatan mulut kak yanti, hisapan kuatnya.. “kakak paling tahu kesukaan Bejo” sambungku memuji kak Yanti.
Tapi tiba2 kak yanti menghentikan kegiatannya “Joo, pengen digenjot” rengek kak Yanti manja.
Aku lirik kak Desi yang masih terbaring di sofa dan menonton kami, lalu ku tarik badan kak Yanti agar ke atas ranjang. Ia aku miringkan menghadap ke arah Kak Desi, seperti aku pamerkan aksiku ini.. kumasukkan pelan rudalku menerobos liang senggama kakak iparku.
Ku kayuh serambi lempit itu dengan semangat, sambil melihat kak Desi.
“Ahhh Joo.. ahhh enaaaakkk” hantaman ku di serambi lempit kak Yanti mengakibatkan erangan keras.
Ku lihat kak Desi bangkit lalu mendekat seakan menginginkannya juga, kukayuh makin laju lagi.
Aku terkaget saat kak Desi malah beralih mendekat ke payudara kak Yanti dan lalu melahapnya seperti kehausan.
“Ohhh kalian… ingin membunuhku… kah?” Erangan kak yanti membuatku makin bersemangat.
Tak lama sejak kak Desi ikut, kak Yanti mendekap kepala kak Desi yg masih menetek. “Kubunuh kaliannnn” teriak kak Yanti yang dibarengi orgasmenya.
Akupun hentikan sodokanku pada serambi lempitnya. Kubiarkan sebentar lalu ku cabut rudalku. Aku berdiri menghadap mereka yang masih saling peluk. Senjataku yang basah menghiasi penampilanku. Tiba2 kak Desi bangkit menyongsong rudalku yang masih basah ulah serambi lempit kakak iparku.
Ia mengocoknya, lalu segera ia memasukan ke mulut mungilnya lantas menyedot2nya.
“Akhhh.. Desiii.. akhhh.. ternyata gak kalah dengan Kak Yanti” erangku kaget merasakan kepiawaian kak Desi.
Aku yang takut keluar karena aksi kak Desi mencabut pusakaku dari emutan mautnya.
Aku posisikan kak Desi agar menungging di pinggir ranjang. Perlahan kubimbing adik nakal ke taman bermain milik kak Desi, “ahhh Jooo…” erangnya saat kupaksakan agar mentok.
“Peret banget!” kegembiraanku dihati.
“Enak kak.. sempit serambi lempit kakak, aku bisa ketagihan nih.. Kak Yanti.. Kakak dapat saingan nih” ucapku saat menikmati sensasi himpitan serambi lempit kak Desi.
Kak Yanti hanya tersenyum, sambil memposisikan serambi lempitnya agar dimainkan kak Desi.
Ku mulai sodok pelan.
“Ehmm emhh” desah kak Desi yang sedang bekerja di serambi lempit kak Yanti.
Aku yang juga pengagum payudara kak Desi yang besar dan sekal itu tak ku biarkan hanya menggantung, aku perah dada sekal itu sambil menghantam serambi lempitnya dengan ritme sedang.
“Ohhh Jooo…” lenguh panjang terdengar saat hujaman di serambi lempitnya aku percepat.
Dan “akhhh Bejoooo” erang kak Desi saat mencapai puncaknya.
Aku yang belum puas dengan serambi lempit kak Desi membopongnya ke sofa panjang dan memposisikan miring menghadap kak Yanti di ranjang. Aku pun mengambil tempat di belakang kak Desi sambil memasukkan rudalku ke liangnya kembali.
Saat aku mencari posisi agar nyaman, kak Desi berkata “pegangan Jo.. nanti jatuh” sambil membimbing tanganku ke payudaranya yg nganggur.
“Ini sih memprovokasi kak Yanti” pikirku.
Ku mulai kayuh dengan tempo pelan sedang cepat secara bergantian, yang membuat kak Desi “akh okkhh Joo” tiap aku hujam kuat-kuat.
Hal ini membuat kak Yanti bangkit dan duduk di tepi ranjang di depan kami sambil mengobel sendiri serambi lempitnya.
“Joo… kakak mau lagi” goda kak Yanti sambil menggigit bibir bawahnya.
Melihat yang sepertinya kak Yanti menginginkanku kembali, aku mengayuh serambi lempit kak Desi sekuat mungkin agar ia lekas sampai.
Dan benar ternyata, usahaku tak sia2. Kak Desi melenguh panjang akibat bimbingan nafsunya. “Ohhhkkkhh Joo… ampuunnn” lenguhan panjang yang bersamaan dengan orgasme hebat kak Desi.
Aku yang sebenarnya juga ingin menyudahi babak ini berusaha menenangkan diri sambil menikmati denyut orgasme kak Desi di rudalku.
Setelah agak tenang, aku menghampiri kak Yanti yang setia menungguku sambil memainkan sendiri serambi lempit montoknya.
Aku ingin sekali di sepong sebentar olehnya sebelum kembali bermain-main pun berdiri di hadapan kak Yanti, “Kak..” baru kata itu keluar dariku, ia sudah turun dari ranjang dan jongkok di depan perkakasku.
Ia mulai mengulum dan menyedot2 sisa orgasme kak Desi.
“Ohh kak, dah kak.. aku ga kuat, kakak hebat” ucapku sambil mencabut rudalku dari empotannya.
Aku duduk di tepi ranjang, ia seakan tahu posisi favoritku dengannya. Yah apa lagi kalau bukan ia yang aktif bergoyang bak biduan itu.
Ia masukkan rudalku kembali ke serambi lempit kakakku yang belum sempat kering. “bless”
“Joo, kakak mulai ya” ucapnya sambil mengecup bibirku.
Tak sempat aku balas, ia sudah menaik-turunkan pinggulnya memompa pelan sambil merangkulku.
“Joo.. puaskan kakak sebelum kamu balik” bisiknya sambil tetap menaik-turunkan pinggulnya.
“Pasti Kak..” desahku sambil mencengkram pantat kak Yanti yang sedang naik turun.
Ia tahu saat aku mencengkramnya, ia ganti gerakan naik turunnya dengan bergoyang.
“Ohh Kak, aku sayang kakakkk” kataku sambil masih berpegang pada pantatnya.
Ia mulai bergerak liar, “ayooo Jooo… barenggg” pintanya saat menggoyang dan menaik-turunkan pinggulnya secara tak beraturan.
“Akhhh Jooo…” “Kakak…” erang kami sambil saling mendekap menandakan pencapaian puncak kami.
Kami masih saling berpelukan. Kemudian kak Desi mendekat, lalu ku baringkan kak Yanti disampingku.
Kak Desi langsung menyosor rudalku yang masih menyisakan kedut.
Linu dan geli kurasa saat kak Desi menghisao habis cairan hasil kerja ku dan Kak Yanti.
“Makasih ya Joo, besok disana aku main tempat kamu ya” ucap kak Desi sambil mengecup bibirku.
Kak Desi kembali berpakaian, aku masih terdiam memandang kemolekan tubuhnya.
“Cantik, montok, masih kencang, baik pula” batinku memuji kak Desi.
Aku mendekatinya, kupeluk dan kukecup keningnya. “Kakak mau kemana?” tanyaku bagai orang tolol
“Balik ke kamar, aku kan sama anak2” jawabnya sambil membalas pelukanku.
Kak Desi pun mengucapkan salam perpisahan lalu pergi meninggalkan kami berdua.
Tak terasa telah lewat tengah malam, tapi aku yang selesai berjuang bersama 2 ibu seksi ini belum merasa mengantuk.
Kulihat kak Yanti yang masih terbaring menatap penuh senyum bahagia.
“Andai kakak iparku seramah ini setiap saat, aku ga akan jauh2 kuliah di kota itu” pikirku sambil mendekati kak Yanti yang terbaring lemah.
Aku ambilkan minum untuknya, kami minum dari botol yang sama.
Saat aku meletakan botol mineral di meja dekat sofa, ia memelukku dari belakang dan berucap “makasih ya Jo.. kakak seneng malam ini”.
Aku balik badan dan memeluknya penuh kasih sayang, mencium keningnya dan mengajaknya bersantai di sofa dengan keadaan masih telanjang.
“Kak Bejo mau tanya, tapi kakak jangan tersinggung ya” kataku sambil mengelus rambutnya.
“Tanya aja Jo” jawab kak Yanti yang sedang menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Kakak kenapa sih kayaknya marah2 terus? Bejo juga sering kena marah kakak” tanyaku yang sebenarnya takut membuat kakak iparku tersinggung.
“Kakak kan emang gini jo, kakak marah2 tanda peduli sama kamu jo. Jangan diambil hati ya Jo” katanya sambil membelai-belai burungku yang setengah berdiri.
“Kalo dibelai gitu, nanti dia bangun loh kak” kataku merespon aktifitas kak Yanti
“Biarin, nanti kakak goyang dia biar mabok sampai muntah2” balasnya
Lama kelamaan si otong bangun juga karena merasa tertantang.
“Ihh beneran bangun” sambung kak Yanti sambil mengocok rudal kesayangannya
“Tanggung jawab loh Kak” kataku meledek
Ia tak menjawab, malah memasukkan rudalku ke mulutnya.
“Ahh kak.. kakak ku yang seksi.. kamu paling jagoo” erangku saat milikku disedot2 mulutnya.
Saat kakakku menyadari rudalku telah bangun 100%, ia seperti bangga. Tersenyum lalu mengecup bibirku.
Anehnya kali ini ia buru2 masukkan rudalku ke dalam liang senggamanya
“Jo, kakak mau layani kamu.. waktunya kamu yang dapat pelayanan dari kakak” katanya.
Ia goyang naik turun, aku tak kunjung takluk. Kini ia malah yang mencapai orgasmenya.
“Mungkin kakak pikir akan semudah itu” batinku sambil mengecupnya.
Kak Yanti yang konsisten dengan omongannya turun dari pangkuanku, ia kembali memberikan blowjob padaku.
Sesekali ia menatap keatas melihat aku yang sedang terengah-engah menikmati pekerjaannya.
Tak kunjung ada tanda aku akan keluar, ai posisikan rudalku pada belahan dadanya yang besar itu.
“Wow.. titfuck!” seruku dalam hati sambil meringis menikmati jepitan dada kakak iparku ini.
Mungkin karena capek dengan posisi itu, kak Yanti kembali naik ke pangkuanku. Aku kira bakal ia masukkan kembali rudalku ternyata malah “kakak istirahat dulu yah” katanya.
Aku biarkan dia duduk di sampingku, tapi sayang.. aku yang sudah terlanjur simpati pada perjuangannya juga ingin memberikan sesuatu padanya.
Lalu aku berjongkok di depannya, ku buka lebar pahanya. Terpampanglah serambi lempit tembem yang gundul, “waktunya bekerja” pikirku.
Mulai aku jilati dari bawah, antara serambi lempit dan anus sampai ke clitorisnya. Kak Yanti seakan bergetar merespon perlakuanku.
Aku balik lagi kebawah, saat jilatanku sampai lubang serambi lempitnya.. aku tusuk2an lidahku ke liang tesebut. Yang membuat kak Yanti sampai menjambak rambutku.
“Jooo.. udahhh jo… nanti kakak gak kaut.. ngelayanin kamu.. ohhhkhh” erangnya saat aku tusuk2an lidahku ke sana.
Kembali aku naikkan jilatanku ke klitorisnya, jilat hisap gigit kecil, jari ku menggantikan lidahku di liang serambi lempit kakak iparku ini.
Hal ini membuat kakakku kembali mendapat orgasmenya.
“Jooo… udahhh… enakkk.. ahhkkkhh jooo… kimakkkk…” teriaknya saat orgasme datang menjemputnya.
Aku yang masih di selangkangannya tak bisa bergerak karena dihimpit paha dan rambutku dijambaknya.
Saat mulai relax, aku kembali ke posisiku di samping kak Yanti.
“Brengsek kamu Jo.. bisa mati lemes aku tiap malem” kata kakak ku yang merasa puas karena pelayananku.
Aku yang masih belum apa2 masih menunggu aksi lanjutan kakakku ini.
Ia kembali naik di pangkuanku dan buru2 memasukkan rudalku “bentar Jo, kakak ambil nafas dulu” katanya sambil terengah-engah.
Aku yang berharap terpuaskan kali ini tak tinggal diam, aku mainkan pagudara besar yang menggantung di depanku. Aku sedot kuat dengan tiba2.
“Akhhh Joo..” erang kakakku sambil mulai menggoyangkan pinggulnya.
Saat itu juga ia bergerak liar, goyang genjot goyang genjot… sampai ia mendapatkan orgasmenya lagi.
“Akhhh anjingg.. Jooo..” katanya sambil mendekapku kuat2.
Aku yang belum terpuaskan mulai mengangkat sedikit paha kak Yanti dan mulai menghujamkan rudalku berulang-ulang dari bawah. Kuhantam serambi lempitnya sampai mengalirkan air nafsu kakak iparku. “Cprakt cprot” bunyi kedua selangkangan kami yang bertemu.
Kak yanti yang baru mendapat orgasmenya mengerang-erang kembali
“Ahkkhh ohkkhhh Jooo.. ampunn… jooo.. enakkkk..” hanya itu yang terdengar dari kakakku yang masih mendekapku erat-erat.
Aku yang agak lelah berhenti dan membawa tubuh molek kakakku menuju ranjang.
Aku baringkan kakak iparku ini di tepi ranjang, aku mulai kembali menggenjotnya dengan speed menggila mengejar puncakku.
“Joo.. ampunn.. jo.. kakak sobek” ceracau kakak iparku yang tak kuhiraukan.
Kak Yanti masih menggeliat tak karuan menerima seranganku sampai akhirnya dia pun kembali mencapai titik puncak kembali.
“Joo… serambi lempit kakak perih.. ampun Joo..” begitu rengek kakakku terdengar saat aku berhenti agar dia menikmati orgasmenya.
Anehnya tak banyak cairan lagi di serambi lempitnya, seakan lembab tapi tak sebasah sebelumnya.
Aku pun melihatnya sambil menjilati liangnya agar tetap basah.
“Mungkin kah dia sudah gak mampu lagi?” pikirku sempat bingung karenanya.
Tapi kebingunganku hilang saat kurasa serambi lempit tembem itu kembali basah, aku yang tadi sudah hampir mencapai puncak kembali ingin menjelajahi serambi lempit kakak iparku ini.
Aku kembali posisikan rudalku di depan liangnya.
“Joo, kakak rasanya udah ga sanggup joo.. kakak lemes banget” ucapnya dengan wajah yang memelas.
“Glukosa sumber tenagaku dari martabak kenikmatans nih” batinku
“Kak, maaf yah.. Bejo udah hampir kok” jawabku sambil kembali memasukkan rudalku.
Ku ayunkan punggulku pelan sambil menikmati himpitan serambi lempit kakakku yang lebih nikmat dari milik Kak Tuti tadi siang. Ngocoks.com
“Sayang.. ohhh ahhh” kak Yanti kembali mendesah.
Ku tingkatkan sedikit temponya, kakakku masih sanggup menerima permainanku.
Saat ku naikkan kembali ke ritme paling tinggi, kakak ku menganga seperti serigala yang melolong
“Ohhh Jooo.. Ohhh…”
Tak sia2kan kesempatan, terus kukayuh sampai akhirnya jebol kenikmatanku menyirami liang kakak iparku.
“Kakkk.. ahhhkkhhh” erangku sambil mendekap tubuh kakakku yang sudah lemah.
Kakak iparku juga ikut mendekapku kuat2, denyutan ku berhenti tapi akj merasa ada denyutan dari kakak iparku.
“Mungkinkah kak Yanti orgasme panjang?” Batinku
Aku bangkit dengan maksud ingin bangkit dari tubuhnya, tapi dicegahnya.
“Jangan dulu Jo.. kakak mau tidur dipelukan kamu” katanya sambil mengecup pipiku.
Saat dekapannya lemah, aku pun bangkit. Kulihat ternyata kak Yanti tertidur.
Saat itu sudah pagi. Aku yang lelah pun berusaha tidur di sebelahnya sebelum nanti sore pulang ke kota dimana aku kuliah.
Sore kurang lebih jam 2 aku dibangunkan kakakku, yah kali ini tak pakai kaki atau bentakan.
Dia menggoyangkan tubuhku yang lengket penuh peluh akibat semangat juang pertempuran semalam.
“Joo.. bangun.. tuh udah soree.. bangun.. kamu nih gak berubah.. dasar pemalas!”
“What?? Aku kira udah berubah”
Aku bangkit dan duduk di ranjang.
“Joo, kayaknya kakak sakit nih” sambil memegang serambi lempitnya.
Aku yang penasaran beringsut melihat serambi lempitnya dengan mengangkangkan pahanya.
“Aduh joo, kakak sakit malah mau dikerjain lagi” ucap kakakku kaget melihat tingkahku
“serambi lempit kakak merah” balasku
“Duh pegel tuh disitu Joo..” kakak iparku mengeluh
Aku mensejajarkan badanku diatas kak Yanti, ia merangkulku kan seakan mengerti kalau aku berniat mencium bibirnya. Bibir kami pun beradu, aksi kami diakhiri dengan mandi tanpa entot lagi karena serambi lempit kak Yanti masih pegal katanya.
Sorenya aku berangkat ke kota dimana aku kuliah.
Masih ada 1 setengah baya dan 1 daun muda.
Mau lanjut, takut waktu tak terkejar.
Mau Sekian? Terserah pembaca saja.
Maaf jika tulisan acak2an, maklum belum pernah bikin skripsi jadi pasti banyak salah dalam pemilihan kata serta tata cara penulisan.
Salam
Bersambung… Dalam perjalanan ke kota dimana aku kuliah, tak ada yang aku kenal. Padahal aku berharap ada Kak Desi atau siapa pun yang menekenikmatanku. Duduk di kursi bus yang cukup nyaman, AC yg terlalu dingin mengingatkanku tentang kamar hotel berAC dimana aku menginap ditekenikmatan kak Yanti. Aku masih terbayang mengenai Kak Yanti yang serambi lempitnya kering, apakah dia akan menopause?
“Ping!” Kontak dengan nama yang aku kenal pikirku. “Kak Tuti? ada apa? Bukannya dia tahunya aku hari ini udah balik?” Aku pun membalas, dan kami mengobrol via bbm. Katanya dia kangen denganku. Akupun memanasinya “pindah ke daerahku aja kak ” balasku bergurau.
“Minggu depan deh aku ke tempatmu sekalian silahturahmi” balasnya.
“Wah seriusan kak?” Balasku lagi
“Iya, kakak beneran kangen sama kamu. Emang kamu gak kangen? Atau kamu lebih suka main sama Yanti? Awas loh kakak laporin ke abang kamu” balasnya yang menurutku taik banget.
“Ihh kok gitu kak, aku juga kangen kakak kok. Nih buktinya lagi mau balas chat kakak. Lagian kak Yanti galak kak, aku gak suka” balasku cari alasan.
“Kalo kangen dengan kakak, kamu akhir minggu balik kesini lagi aja.. tapi pulangnya ke tempat kakak gak usah ke tempat Yanti” balasnya yang sepertinya sudah bernafsu.
“Kakak cemburu ya kalo aku main sama Kak Yanti?”
“Iya, aku sebenernya gak suka sama dia. Dia semaunya sendiri. Tapi beruntung juga bisa dikenalin sama kamu ” balas kak Tuti yang berusaha memuji
“Oke deh kak, aku mau pergi dulu ya. Akhir minggu aku tunggu loh. Tapi kakak seminggu ini puasa, jangan main sama yang lain biar aku aja yang obati kangennya kakak” balasku
“Kalo yang terakhir aku ga janji deh Jo, suka ga tahan aku jo kalo liat berondong hahaa” balasnya
Aku ga balas lagi.. “mental serambi lempit umum” batinku mencibir
Tak lama kemudian ada pesan lagi namun kali ini dari kak Yanti. “Sampai mana kamu?”
“Gak tau daerah dan belum juga singgah, kenapa kak?” Jawabku agak kesal karena sikapnya belum berubah
“Gak, cuma kakak khawatir aja takut kamu kenapa2 dijalan” balasnya lagi
“Khawatir atau kangen digenjot?” Balasku mulai ngeres
“Apaan sih.. ini aja masih berapa pegel gara2 kamu” jawabnya mengeluh
“Dibawa istirahat aja kak, jaga kesehatan biar kalo pulang bisa kugenjot lagi ” balasku menanggapi
“Dasar otak ngeres. Eh tadi abangmu udah sempet sih genjot kakak. Haha” balasnya memancing
“Enak mana kak?”
“Enak mana ya? Kamu kasar, pengen aku cekek kamu tapi enak. Haha. Disana nanti jangan kebanyakan main. Hati2 sama Desi. Suaminya itu kenalan abangmu”
“Padahal aku dah seneng loh dapet pengganti kakak selagi jauh sama kakak, abis sama2 enak sih ”
“Aku jadi pengen lagi digenjot kamu Jo, yang dari bawah mantab joo. Nyesel aku tadi gak main lagi padahal masih ada waktu” sahut kak Yanti
“Sabar kak, disitu ada abang tuh.. jangan dianggurin” kataku
“Abangmu cepet keluar. Gak pernah bisa sampe 2x.” jawab kak yanti yang sepertinya mulai sange
“Kak udah dulu ya, nanti kalau kakak kangen ke tempatku aja. Alasan apa kek kayak kemarin ” balasku yang ingin mengakhiri chat
Sebenernya aku malas chat sama Kak Yanti dan Kak Tuti, apalagi Kak Tuti si serambi lempit umum. Kalau soal Kak Yanti karena takut ketahuan abangku.
Akupun mencoba menghubungi kak Desi, sudah lama kami kenal tapi hanya via online. Karena dia alumnus kampus dan dulunya aku kira adiknya jadi maba di kampus tapi ternyata anaknya. Saat ku cari kontaknya “eh kok bukan Dina tapi cewek ABG tapi kenikmatans! dan ini wajahnya lebih mirip kak Desi, apa mungkin ini si Chika anaknya yang kedua ya?
Aku pun memulai chat
“Malam cantik”
“Mlm” jawabnya. “Woiii… singkat amat yak. Satu kata disingkat dalam 3 huruf. Wow” batinku sambil bermuka kecut.
“Maaf kak, aku nyapa cewek yang di DP kakak itu Chika ya?” Aku berusaha memperpanjang umur chat.
“Oh. Iya itu Chika. kenikmatans kan? Mirip Bundanya sih kata orang” balasnya
“Woiii PD amat ini emak2. Chika pokoknya Chika ” balasku ke kak Desi
“Alay kau Jo!” Balas kak Desi
“Biar kliatan kekinian dan direstui jadi menantu kakak” jawabku mulai ngelunjak
“Bentar aku tanyain Chika” balas kak Desi
Begitulah aku dan kak Desi, tak pernah bahas soal hubungan kami yang pernah melakukan sesuatu. Kami saling bercanda bahkan kadang saling olok “dasar jomblo, dasar orang kesepian, ataupun dasar emak2 kurang kerjaan” begitu olok2an gaya kami saat chat via bbm.
Bahkan kadang saat memeriksa hapenya, si suami pun tak curiga karena kami hanya membahas soal kuliah, Chika dan saling olok. Malah katanya suaminya kadang ikut ketawa saat baca chat kami.
Sampai hari kamis siang kak desi mengganti DPnya dengan fotonya dan Chika. Aku langsung komentar “sayangku Chika ”
“Dasar Jomblo!” Olok kak Desi
“Nanti malam jumat Jo, kamu kemana Jo? Ngepet kah?” Sambungnya tak lama
“Enak aja ngepet, aku biasa lah Bunda di kost. Ini aja lagi nunggu anak2 sekolah bubar. Lumayan cuci mata” balasku asal
Tak lama ada seorang wanita memakai matic, helm hitam kaca tertutup berhenti di depan kostku dan memarkirkannya di halaman kost bagian samping. Saat dibuka helmnya “Kak Desi?” gumamku.
Yah memang kak desi pernah tanya aku tinggal di daerah mana kostnya, tapi aku ga pernah minta dia datang.
“Bunda, cari siapa nih? Pantes ga balas BM” tanyaku.
Dia mendekat “cari kamu lah, dasar Jomblo!” jawabnya sambil ngeledek
Singkatnya dia ku aja ke kamarku yang memang lantai 2 ujung. Hooh dekat WC
Aku pun masuk duluan dan menyilahkan kak Desi duduk. Tapi dia malah masuk menutup pintu dan menguncinya.
“Ikhh kak kok dikunci?” tanyaku yang begonya kumat.
Dia tak menjawab, malah ikut duduk di dekatku di atas kasur tanpa ranjang.
“Kakak lagi kenapa? Ada masalah?” tanyaku sambil memandang wajahnya yang terlihat banyak beban.
“Gak kok, kakak cuma capek dirumah” jawabnya sambil menyandarkan tubuhnya padaku.
Aku pun merangkulnya, kukecup keningnya “kalo ada masalah, aku siap kok bantu, itupun kalau kakak mau terbuka denganku” ucapku sok gentle.
“Masalah kerjaan aja kok” jawabnya.
Dan akhirnya kami ngobrol dari soal kerjaan/usaha suaminya, keluarganya, bahkan masa lalunya. Dimana dia dihamili tetangganya saat SMP (umur 13/14th), tetangganya itu tak lain adalah suaminya sekarang. Ia adalah istri kedua.
Aku bingung harus gimana, lalu aku mulai ngaco. Iya ngaco.
“Tadi aku kira kakak kesini cari calon suami buat Chika” aku mulai ngaco.
“Emang kamu beneran tertarik sama Chika?” sahut kak Desi
“Bisa punya mertua kayak kakak pasti aku bahagia” balasku yang sudah terkontaminasi fantasi cerita panas.
“Untung besar dong dapat anak sama ibunya” katanya sambil memeluk lenganku.
“Bisa kayak gini terus ya?” mulai aku rujuk agar mengarah sesuai konteks.
“Dasar cowok!” katanya sambil mendorongku agar terlentang.
Kak Desi lalu menindihku, melumat bibirku sambil berusaha melepas celana basketku. Aku relakan celana itu ia buang, bahkan bonus CDku.
Senjata andalanku sudah setengah berdiri, ia urut dengan terampil sosisku itu sampai menantang. Tak buang waktu ia langsung masukkan rudalku ke mulutnya yang mungil.
“Ahhh kakkk..” erangku blingsatan, namun aku tersadar.. aku di kamar kost.
Aku hentikan dulu aksi kak Desi, kuputar musik dulu agar tersamar suara kami.
Aku kembali mendekati kak Desi, kami kembali saling cium, lumat tarik menarik lidah. “Ehmmm emhh” desahnya.
“untung tersamar musik punk yang ku putar pikirku
Aku mau tak mau ketinggalan, dia yang sudah membuka celanaku harus aku balas.
Sambil tetap memagut birahi, aku buka kemeja longgar yang mampu menyamarkan keseksiannya. Alhasil, terpampanglah bukit kembar super milik kak Desi.
Aku yang merasa kasihan kepada kedua bukit kembar yang tercekik BH, akhirnya menanggalkan BH itu juga. Terbebaslah kedua payudara sekal milik kak Desi.
Aku yang berhasil membebaskannya tak menyia-nyiakan kebebasan kedua benda kenyal itu. Bibirku berusaha meraih putingnya selagi telapak tangan mengamankan bongkahan lainnya. Lidahku mulai menari2 mengitari, menggoda puttingnya dan tanganku tak henti meremasi yang lain.
“Ehmm ahhkkhhk” hanya itu yang terdengar dari kak Desi.
Seakan paham kalau aku capek membungkuk, dia lantas berbaring dan menarik kepalaku agar tetap mengerjai dada sekal miliknya. Ku hajar bergantian sampai aku meninggalkan bekas merah di dadanya. Aku tersadar kalau aku baru melepas kemejanya. Celananya jeansnya masih utuh.
Kubuka kaos singletku, lalu berusaha kubuka celananya dan saat menarik celana jeans ketatnya.. kak desi memberiku kemudahan dengan menaikkan pinggulnya. Lalu buru2 kubuka juga celana dalamnya
“sebelum dia berubah pikiran” pikirku bernafsu
Aku mulai mengerjainya, ku kecup dan ku jilat perut nya yang mulus naik sampai ke dadanya. Bermain sebentar disana, lalu naik lagi ke lehernya yang bersih, aku tak lupa tinggalkan beberapa bekas sebagai bukti kekuasaan disana. Haha
Lalu ku beralih kukecup pipi kirinya dan berakhir melumat bibirnya.
“Ekmmhh emhhk” masih tersamar lagu2 beraliran punk
Aksi saling melumat bibir cukup lama, sampai tak sengaja tangan kak desi menyenggol rudalku yang sudah max level.
Kami kaget, kak desi tiba2 membebaskan diri dari kekuasaanku, aku kira dia mau sudahan
“Kakak bersihkan dulu ya” katanya sambil tersenyum dan meraih rudalku.
Aku anggukkan kepala tanda setuju.
Aku dengan posisi duduk, dia menungging menghadap rudalku lalu memainkannya.
“Kak.. ahhhk” erangku saat kurasakan hisapan pada helm rudalku.
Aku yang merasa di mainkan tak mau kalah, ku raih payudaranya dan aku pilin2 putingnya.
Aku yang takut kalah dengan aksinya lalu meminta kak Desi menyudahi kulumannya.
Kami kembali berciuman lalu ciumanku turun perlahan ke leher, dada, perut. Kak Desi yang masih duduk pun paham, lalu berbaring. Aku mengambil posisi untuk membersihkan sarang untuk burungku.
Aku mulai lagi dengan mengecup perutnya, melayangkan jilatan pada pusar kak Desi yang membuatnya menggelinjang “geliii jooo ehmmm”
Aku turun lagi membimbing lidahku ke arah tujuannya, ku belah garis serambi lempitnya memakai lidahku. Lalu ku bimbing menyamping ke pangkal pahanya kembali lagi ke serambi lempitnya dan ke pangkal paha satunya lagi.
Ku cari clitnya lagi yang tadi sempat terkena sapuan dengan lidahku. “Udah nonjol” batinku.
Kumainkan lidahku disana, ku cucuk2an lidahku ke clitorisnya, ku hisap2 clitnya “ahhhhkkk Bejooo” erang kak Desi sambil menggelinjang.
Aku alihkan lidahku menguak bibir serambi lempitnya, aku congkel2 lubang itu dengan lidahku.
“Jooo, enakkk ahhh” erang kak desi sambil menghimpit kepalaku.
“Banjir” batinku saat merasakan lidahku kian basah disana.
Aku bangkit lalu mengecup pipinya, kak desi masih terengah-engah.
Langsung saja ku arahkan rudalku ke serambi lempit kak desi yang masih menikmati orgasmenya.
“Licin tapi sempit” batinku.
“Kak, serambi lempit kakak paling enak” kubisikkan ke kak desi sambil aku tusuk2 pelan.
“Ahhkkhh enakk” hanya itu jawabannya.
Aku berusaha mengecupnya tapi malah jadi kami saling melumat bibir.
Kumasukkan juga lidahku, kususuri rongga2 mulutnya. Ku percepat tempo sodokanku.
“Ehmmm emmmkkhhhk” erangnya tertahan lumatanku.
Aku yang ingin merasakan goyangan kak Desi, kuhentikan sodokanku namun masih dengan kami yang saling melumat bibir. Seakan paham dengan apa yang jadi kemauanku, ia menggoyang pinggulnya ke kanan kiri.
“Kakak lebih hebat dari Kak Yanti” bisikku.
Ia memelukku erat sambil tetap menggoyangkan pinggulnya.
Agar lebih fokus, aku angkat kak Desi tanpa melepas rudalku yang tengah bersarang di serambi lempitnya.
Aku pangku kak desi agar aku bisa menikati goyangannya.
Kak Desi yang sepertinya sedang mengejar puncak menggoyang dengan liar. Kanan kiri atas bawah, meski gerakannya kaku tapi rasanya yahud.
“Enakkk kakkkk” desahku menikmati goyangannya
“Esshh ahhh eshhh ahhk” dengan desahan dia jawab
Aku yang melihat payudara kak desi yang ikut bergoyang jadi gemas ingin memainkannya. Aku raih benda kenyal bergoyang yang seirama dengan peemainannya itu, aku gempur putingnya kanan kiri secara bergantian dengan lidah dan jemariku.
Ternyata itu membuahkan hasil, kak desi lalu menghajar rudalku yang berdiri dengan makin ganasnya. Dengan hentakan terakhir keras ia melenguh panjang dan memelukku erat.
“Ehmmm mhhh ahhk” lenguhan kak Desi bersamaan dengan denyutan2 kuat di serambi lempitnya.
Aku berbaring, ia meringkuk di atasku dengan rudal masih bersarang di dalamnya.
Aku yang masih ingin lanjut memberi waktu sejenak pada kak Desi untuk beristirahat. Saat kurasa kak Desi sedikit menggoyangkan pinggulnya kembali, ku angkat pinggulnya sedikit lalu kuhujam serambi lempitnya dari bawah.
Aku ingat, kak Yanti suka seperti ini.. semoga Kak Desi juga menyukainya.
Dan benar saja, kak Desi seperti berjongkok sambil berpegang pada lenganku. Ia menghadap atas sambil mengaga. “Apakah ia juga suka?” Pikirku. Ngocoks.com
Aku teeuskan gaya ini yang sepertinya mendapat respon positif dari kak Desi.
Terbukti dari tadi dia terus mengerang menerima hentakanku dengan tempo cepat dari bawahnya.
“Joo.. joo.. joo.. ohhhkkk.. ohkkk.. jooo” erang panjang kak Desi tak ku pedulikan. Kuhajar terus karena aku juga hampir mencapai hasilku. Tapi sayang tubuh kak Desi ambruk menimpaku. Aku yang terkaget dan rudalku terlepas dengan terpaksa terhenti kegiatan ini.
Aku biarkan ia istirahat, telungkup di atas tubuhku.
“Teruskan Jo..” pinta kak desi karena aku hanya mendiamkan dia beberapa saat.
Aku bangkit, aku telungkupkan dia dikasur tanpa ranjang di kamar kost ku. Aku ganjal pinggulnya menggunakan kedua bantalku. Aku sedot dulu agar terasa tak terlalu basah
“Jooo.. genjot aja, kakak udah ga kuat” rengeknya meminta
Selesai aku bersihkan serambi lempitnya dari cairan orgasmenya dengan bibir dan lidahku, aku arahkan lagi rudalku membelah serambi lempitnya.
“Blesss” tak terlalu licin pikirku.
Ku pacu kembali rudalku menusuk serambi lempitnya
“cpplok cplok cplokk” suara hujamanku menghantam pantatnya yang membuatnya bergetar.
“Terusss jooo… terusss” erangan kak desi sampai terdengar melebihi kerasnya musik yang mengalun.
Tubuh kak Desi terasa lemah.
“Kak… ohhhh” erangku saat ku hantam kuat dan crootttt croottt..
Kak Desi tak bergeming, saat rudal ku cabut dan kulihat lelehan putih membasahi kasurku yang tak bersprei.
“Kak” kupanggil kak Desi
“Kak Desi ternyata tertidur” ucapku lirih.
Hari sudah sore, aku yang selesai mengerjakan tugas kuliah pun makin panik menyadari kak Desi belum terbangun. “Kak kak kak” sambil kugoyang badannya.
Akhirnya dia terbangun dengan lemasnya.
“Kakak ketiduran ya?” tanya kak Desi padaku yang nampak kebingungan.
“Iya kak..” sambil ku kecup keningnya lalu kuambilkan minum. Air putih
Setelah kak Desi meminum air yang kuberikan, ia memakai kembali pakaiannya. Aku bantu kak Desi memakai baju, dia masih terlihat lemas.
Kubantu ia pakai jeansnya, kulihat gundukan di sekangkangannya. “Andai aku jadi suaminya, bisa kunikmati tiap hari benda itu” batinku.
“Kakak istirahat dulu aja, kakak kliatan masih lemes” kataku sambil mengancingkan kemejanya.
“Gak apa Jo, lagian dah sore” ucapnya sambil memandangku dengan wajah sendunya.
Aku memeluknya, membelai rambutnya.
“Kak, kapan2 mampir lagi yah” kataku sambil tetap memeluknya.
“Iya Jo, tapi ga tiap hari yah” jawabnya sambil tersenyum dan melepas pelukanku.
Kak Desi pun pulang dengan tubuh yang masih lemah.
Bersambung… Aku yang seorang mahasiswa di rantau tak hanya mengandalkan uang kiriman abangku. Aku juga bekerja pada seseorang tapi tidak terikat, hanya dipanggil jika dibutuhkan. Beliau seorang politikus sekaligus bertani, beliau memiliki tanah luas yang dikelola anak buahnya. Beliau memiliki seorang istri yang masih muda, 28th sementara beliau sendiri sudah 46th kalau tidak salah.
Aku yang bekerja kepada beliau hanya sebagai pekerja kasar, seperti bongkar gudang, tebas rumput, bahkan pernah jadi mata2 beliau untuk mengawasi lawan politiknya.
Malam itu (entah hari apa saya lupa) saya sedang asik chat dengan Kak Tuti. Dimana Kak Tuti kubuat seperti diharapkan kedatangannya tapi Kak Tuti tak berani datang karena saya bilang “di daerah ini sering razia kost dan penginapan”. Haha.. memang benar begitu kok, bukannya maksud aku menakuti Kak Tuti agar tak jadi datang.
Tiba-tiba ada telpon masuk di android milikku “wih boss.. duit nih” sorakku senang dalam hati sambil nyengir kuda.
Ku angkat “Selamat malam Boss.. tumben nih?”
“Jo.. kamu dimana? Ada tugas tapi sekarang, bisa?” Tanya si Boss.
“Oke boss, siap. Stand by saya sih”. Jawabku yakin.
“Kamu cari Ibu, tadi dia keluar katanya mau ketemu temennya. Tapi kudengar dia bicara sama cowok via telpon. Kamu cari tahu sama siapa dia pergi. Kabari kalo sudah dapat infonya” kata boss memberi instruksi
“Wehh soal keluarga, repot nih.. mana istri boss baik banget lagi” batinku
“Si-siap Pak.. Ibu pakai Fortune putih kah?” Jawabku agak ragu
“Iya baru pergi, hati2 Jo.. main bersih” wejangan si boss.
“Alamak e.. ada2 saja tugasnya. Yang enakan dikit ngapa boss. Makanya punya bini muda diiket di kamar biar gak lari.
Kalo temennya orang kuasa kan berabe juga aku” ocehku setelah telpon dimatikan.
Segera kuambil topi dan jaket jeans lusuh yang entah dari kapan belum dicuci.
Aku pun siap muter2 kota menjalankan tugas.
“Hitung2 cuci mata deh liat cabe” batinku menghibur diri
“Nah tuh mobilnya” saat aku sampai di daerah pusat kota. Tak jauh dari situ ada 2 penginapan. Aku lihat dari kejauhan. Tak ada gerak gerik di dalam mobil. Aku standby di warung kopi seberang penginapan yang agak mendingan kualitasnya. “Moga gak kelamaan, besok kuliah pagi nih” runtukku dalam hati.
Hampir 2 jam aku menunggu tak ada pergerakkan. Aku lihat mobil di kejauhan masih terparkir.
“Lama amat” aku pun pergi dari warkop itu berjalan ke arah hotel satunya. Saat aku sedang berjalan tiba2 istri bos keluar dari penginapan seorang diri. Dan bodohnya lagi dia melihatku!
“Shitt.. oke pura2 ga lihat, cuek tenang” aku kembali berjalan seolah ingin belanja ke indomerit tak jauh dari parkir mobil istri bos ku itu.
Aku masuk indomerit, kubeli rokok. Saat keluar, aku dikagetkan istri bos yang sudah menunggu di balik mobilnya. Kulihat ia jalan menghampiriku. Aku nyalakan rokok dengan masih tetap pura2 tak melihat.
“Ngapain disini Jo?” tegurnya.
“Beli rokok bu” jawabku. Memang umur kita tak jauh, dan dia juga pernah minta aku panggil kakak saja seperti anak buah suaminya yang lain.. tapi aku tetap kekeh memanggilnya ibu agar aku tahu batasan.
“Aku liat tadi kamu dari warkop itu, emang disana ga jual rokok?” desaknya
“Ada sih tapi rokok ini ga ada disana” dalihku berusaha mencari alasan
“Ohh.. gitu” jawabnya masih tak percaya
“Iya bu” balasku singkat sambil menunduk. Yah bawaan kalau dengan yang lebih tua atau dituakan ya gini. Beda sikapku dengan yang sepantaran.
“Gak usah begoin aku Joo, aku tau kamu disuruh bapak buat ngikutin aku” ucapnya yang membuatku panik
“Ehh.. enggak kok bu, saya cuma lagi santai aja. Ini juga udah mau balik. Besok kuliah pagi soalnya” balasku sambil beralasan.
“Aku kasih tau Jo, lawanmu punya kuasa. Lebih baik kamu gak usah ngelapor apa yang kamu lihat” ancamnya yang mulai membuatku kecil
Aku terdiam bingung mau berdalih apa lagi.
“Besok sore aku ke tempatmu Jo. inget jangan gak usah lapor. Lawanmu orang besar” ancamnya lagi.
Dia pun ke pergi.
“Mati aku” gumamku sambil menahan emosi karena kebodohanku sendiri.
Karena ketakutan dari ancaman, akhirnya aku turuti kemauan istri bosku.
Saat tiba di tempat dimana aku parkir motor, aku bbm ke bosku. “Pak, ibu sudah balik. Saya awasi kedua penginapan dekat ibu parkir mobil, tapi ibu tak keluar dari sana. Ibu berjalan sendiri dari arah pusat jajanan kota. Maaf misi gagal”
Aku pun yang masih kesal pulang ke kost, sampai kamar kulihat bbm “gak apa Jo, yang penting tidak keluar dari penginapan” balas bos ku yang sepertinya lega dengan laporanku.
“Haduuh bos, istrimu si Dyah itu lonte! Maaf bos” kataku ngomong sendiri sambil terduduk di kasur.
Aku yang tak habis pikir dengan Bu Dyah masih agak merinding teringat ancamannya. “Apa dia serius ya?” pikirku khawatir.
Aku pun tidur dengan berjuta pikiran dengan kemungkinan yang ada. Mengenai kelakuan Bu Dyah yang selama ini kuhormati, keluarga Bosku yang terancam gagal lagi, bahkan ancaman Bu Dyah.
Keesokan hari tak ada yang berarti, pagi kuliah dan pulang langsung fitness. Nothing special.
Saat aku pulang, kost sudah mulai brisik dengan aktifitas para alay yang sedang ngumpul di teras. Aku yang capek langsung masuk kamar dan bersiap mandi.
Setelah mandi aku gabung dengan para anak labil yang sedang berisik di depan.
Kami biasa menunggu gelap seperti ini, tak ada yang komentar dengan aku yang belum lama ini memasukan Kak Desi ke kamar. Kita “tahu sama tahu”.
Adzan maghrib seakan membubarkan para remaja labil ini.
Aku yang masih betah di teras tak ikut bubar. Aku tenggelam dalam lamunan sampai seseorang yang sangat kukenal dengan maticnya masuk ke halaman.
“Beneran ke sini” batinku, merinding teringat ancamannya.
Aku yang paham akan membicarakan hal yang rahasia, mengajak Bu Dyah ke kamarku. Saat berjalan ke kamarku yang paling ujung, aku tahu para alay pasti ada yang melihat tapi mereka tidak pernah saling singgung mengenai kegiatan “pribadi” masing2.
Aku persilahkan Bu Dyah, ku tutup dan kukunci pintu. Aku duduk bersila di depannya. Dia mulai bicara
“Kayaknya kamu ga lapor” ucapnya
Aku diam tertunduk di depan Bu Dyah yang mengenakan jeans pendek selutut dan sweater coklat.
“Baguslah. Kamu udah dewasa, kamu pasti tau soal kebutuhan ITU. Meski badan kamu besar, tapi kamu ga akan mampu melawan. Dia orang besar” sambungnya
“Kalau boleh tau siapa bu?” tanyaku penasaran.
Bu Dyah diam sejenak dan terlihat menatapku, seolah dia belum yakin denganku yang akan merahasiakannya.
“Pangkatnya lebih tinggi dari Bapak” jawabnya.
Ia keluarkan rokok LA mild merah dan menyalakannya. “Kamu jaga rahasia ini Jo, jangan sampai kamu diburu orang itu karena mencemarkan namanya” kata Bu Dyah sambil mundur bersandar di tembok.
“Iya Bu” sahutku yang merasa terancam
“Ngomong2 kamarmu berantakan juga Jo” katanya, kemudian membuang abu rokok sembarangan di atas lantai.
Aku masih terdiam.
“Badan kamu bagus Jo, muka juga gak jelek2 amat. Jadi simpenan aja, istri pejabat banyak yang gatel loh. Nanti kamu bisa tinggal di tempat yang agak mendingan” kata Bu Dyah dengan santainya.
“Maaf Bu, saya gak tertarik kerja begituan” jawabku takut membuatnya tersinggung.
“Jangan2 kamu suka sesama jenis ya?” ditawarin enak dan duit banyak gak mau.
“Saya normal bu” aku membela diri
“Masak sih? Kamu pernah mikir buat merkosa aku gak Jo?” pertanyaan aneh pun terlontar
“Gak pernah Bu, saya sangat menghormati Ibu” balasku yang tidak habis pikir dengan Bu Dyah
Lalu Bu Dyah meleoas sweaternya, kemudian kaosnya.. menyisakan BH dengan warna cup ungu dan tali hitam yang ia kenakan.
Ia tersenyum melihatku yang kaget atas tingkahnya.
Namun aku tak berani bertindak, lain halnya jika dia adalah Kak Desi.
“Berdiri Jo” pinta Bu Dyah
Aku turuti permintaannya
Lalu dia mendekat dan menarik celana kolorku sampai pergelangan kaki dan menarik CDku pula.
“Kamu pasti homo ya Jo? Ada cewek begini masih gak berdiri. Apa aku yang kurang cantik?” Cerocosnya yang membuatku naik darah.
Aku yang berusaha menahan diri pun menjawab “saya normal Bu, hanya saja saya terlalu menghormati Ibu. Ibu cantik kok, buktinya ada ibu masih ada yang deketin sampai semalam kencan” kebodohanku terlepas
“Hati2 kalo ngomong Jo!” ujarnya yang merasa direndahkan sambil melempar rokoknya sembarangan
“Maaf Bu” balasku
Ia kemudian malah menggoda rudalku yang belum sampai setengah tegang. Diurutnya rudalku sampai hampir full power.
Dikocoknya rudalku, lalu tiba2 ia masukkan ke mulutnya lalu mengeluarkannya kembali. Bibir tebalnya yang sensual mengecup lubang di kepala rudalku yang kini sudah tegang sempurna.
Kembali ia masukkan rudalku ke dalam mulutnya. “Ahhh Buu” erangku saat sedotan pertama darinya kurasakan.
Ia hanya masukkan kepala rudalku, kemudian ia sedot-sedot kuat sambil mengocok bagian rudal yang tak ia masukkan. “Ohhhkkhh Buuu” kembali aku mengerang menikmati ulah Bu Dyah.
Ia melakukannya sambil mendongak melihatku.
Kurang lebih 10menit kami bermain, atau mungkin lebih tepatnya aku dimainkan.. lantas dia mengakhiri aksinya.
Ia memungut dan kaos dan sweternya sambil berkata “pakai celanamu”.
“Hah? Segitu? Anjing!” umpatku dalam hati sambil merapihkan celana kolor dan CDku.
“Kalo kamu bisa bekerja sama, aku bakal sering kasih bonus” katanya sambil berlalu pergi meninggalkanku di kamar.
Aku pusing, bukan pusing karena tak dipuaskan melainkan pusing karena harus bagaimana lagi aku menutupi kebobrokan Bu Dyah di depan suaminya.
Aku tak ingin memikirkan hal itu terlalu mendalam. “Aku punya kehidupan sendiri” pikirku
Aku pun mengecek BBM, tak ada pesan selain pesan Kak Tuti si serambi lempit gatel yang malas kujawab.
Ku lihat Kak Desi mengganti DP, “woohh si Chika sama kakaknya” batinku yang mulai berpikir mesum mengenai kak Desi.
Seperti biasa aku chat dia, “Chikaa Love u ”
“Mimpi mblo?” jawab Kak Desi seperti biasa dengan olokannya
“Kali aja dikasih jadi istriku kak, namanya juga usaha” balasku
“Chika tadi baca, katanya kamu lebay. Hahahaa Om2 lebay” kak Desi kembali menjawab
“Masa sih Chika deket kakak sekarang? Emuuuaaacchhh sampaikan ciumanku buat Chika ya” balasnya memasuki mode alay
“Kalo kamu serius, kamu kesini besok.. nih chika lagi sakit.” Kak desi membalas bersama kabar anaknya yang sakit
Aku pun membalas “aduh sakit yaa.. calon istriku mau dibawakan apa?”
“Haduh Joo.. belum juga ketemu udah main claim calon istri. Bangun mblo!” balas kak Desi dengan tak ketinggalan olokannya.
“Yah kak, namanya juga usaha. Jomblo lama kayak aku pasti setia nantinya loh” balasku lagi
Ia tak membalas, aku yang memang sudah tau dimana Kak Desi tinggal berniat menengok anaknya yang masih SMP itu.
Iya, Chika ini masih SMP. Tapi kliatan kenikmatans banget, aku sih bukannya mau pdkt sama Chika.. emang aku niatnya deketin keluarga Kak Desi aja biar gak ada kecurigaan.
Esoknya aktifitas seperti biasa, kuliah. Sepulang kuliah aku gak latihan karena berniat ke rumah Kak Desi. Aku bersiap, membeli beberapa buah dari uang pemberian waktu ditempat abangku (amplop coklat).
Kurang lebih jam 2 siang aku tiba di rumah Kak Desi. Kak Desi sendiri yang membukakan pintu.
“Seriusan kamu Jo kesini?” Kak desi kaget karena kedatanganku
“Pasti lah kak, kan calon istri sakit masa gak nengok” ucapku sambil nyengir kuda.
“Hadeeh.. kamu Jo.. ternyata serius ya” balas kak desi sambil mengajakku masuk.
Rumahnya sepi, mungkin suaminya pergi dan si Dina anak kak desi yang besar belum pulang.
“Kok sepi kak?” tanyaku sambil mengamati sekeliling.
“Suami kakak kerja pulang petang terus, kalo Dina baru aja brangkat ngampus” jawab kak desi sambik membawakanku minum.
Aku hanya manggut2.
“Chika sakit apa kak?” tanyaku lagi
“Biasa demam” jawabnya singkat
“Demam kok dibiasain?” tanyaku sambil belagak bego.
“Susah amat ngomong sama kamu! Maksud kakak tuh demam doang, namanya juga masa pertumbuhan. Apalagi kemarin dia main ke waterboom sampe sore” balas kak desi
“Aku nengokin Chika boleh kak?” kataku sambil pasang muka serius.
“Ayo deh, dia lagi main hape tadi.. sambil kenalan juga” ajak kak desi
Kami jalan menuju kamar Chika.
Aku memang belum pernah bertemu dengannya, selama ini aku hanya lihat dia di foto.
“Chikaa.. ada yang mau ketemu nih..” kata kak desi sambil membuka pintu.
“Suruh masuk aja Bund..” jawab chika
Saat ku lihat dia sedang duduk bersandar di ranjangnya, “kenikmatansnya melebihi emaknya” itu yang kupikirkan.
“Siapa tuh Bund?” tanya Chika yang tak mengenaliku.
“Itu loh yang semalam nitip ciuman buat kamu” kata kak Desi mengingatkan
“Ohhh.. om alay” katanya sambil tertawa kecil
“Hai kenikmatans.. kok om alay? Haduuh.. sama calon suami sendiri kok gitu” kataku sambil duduk di kursi dekat kaki Chika.
“kenikmatans juga, sayang masih anak2” batinku.
“Ternyata om serius nengokin Chika ya.. apa jangan2 Om beneran suka sama Chika?” katanya sambil tersenyum dan fokus menatapku
*sekedar info, umurku 24! Jangan bayangkan Bejo kayak Om2 senang yg kayak di tv2.
“Kalau Om serius emang Chika mau?” tanyaku sambil membalas tatapannya
“Gak ahh.. om udah tua!” jawabnya sambil tertawa
“Hahahaaa.. sabar mblo!” kata Kak Desi sambil menepuk pundakku.
Kami pun sama2 tertawa lepas..
Serasa sudah kenal lama, kami mengobrol dengan enjoynya meski ditinggal Kak Desi ke belakang.
“Eh bunda kemana tadi kok belum balik?” tanyaku yang kehabisan topik pembicaraan
“Mungkin nyiapkan makan Om, udah hampir jam 3, Chika biasanya makan jam segini” terangnya
“Ohh.. eh om cari bunda dulu ya, biar bunda nyiapin makan buat Chika” ucapku
“Iya om” jawabnya sambil tersenyum sangat kenikmatans
Aku pun keluar kamar Chika, kudengar ada yang melakukan kegiatan diarah belakang. Aku menghampiri sumber suara, ternyata Kak Desi yang sedang menyiapkan makan. “Disini makannya emang sore kah kak?”
“Ehh Jo.. iya Jo.. udah kebiasaan” jawabnya yang terkaget dengan kehadiranku
Ku dekati Kak Desi yang tengah mengelap piring yang hendak dipakai. Kupeluk dia dari belakang.
“Jo.. jangan disini, ada Chika!” hardiknya sambil menghentikan pekerjaannya
“Pengen cium aja kok kak.. sekali aja” rengekku dengan muka memelas setelah membalik badannya.
Aku ditarik ke arah yang tak terjangkau pandangan dari arah kamar Chika, lalu Kak Desi memelukku. “Sekali aja ya. Jangan sekali2 minta lagi atau kita akhiri aja” ucapnya serius
Aku respon dengan kecupan di bibir dan dilanjutkan dengan ciuman. Ia pun membalas mencium bibirku dan kita saling melumat. Tak hanya saking melumat, kami juga mainkan lidah kami saat itu. Tangan kak Desi yang tadi merangkulku kini mendorongku dan menghentikan kegiatan kami lantaran aku mencoba meraba payudaranya.
“Jangan keterusan” ucapnya singkat sambil kembali meneruskan mempersiapkan meja makan.
Aku kembali ke kamar Chika,
“kenikmatanss.. makanan udah siap tuh..” kataku pada Chika yg masih bersandar dan memainkan hapenya.
Ia tersenyum saat aku mengatakan bahwa makan siang sudah siap, lalu ia turun dari ranjangnya siap menuju ruang makan yang berada di belakang.
“Kuat gak? Atau mau Om gemdong?” kataku sambil menggoda.
“Kuat lah Om, cuma pusing doang masa ga kuat jalan. Tapi kalo Om maksa, aku mau kok digendong” katanya sambil nyengir kuda memamerkan gigi2nya.
“Ya udah Om maksa deh” aku pun kearahnya dan memposisikan badanku setengah jongkok agar ia naik di punggungku.
Ia pun naik, di punggungku. Kami mungkin terlihat seperti Ayah dan Anak jika seperti ini. Tapi aku tak peduli.
Aku pun membawa Chika ke arah meja makan.
“Ikhh romantisnya.. istrinya sakit suaminya gendong ke meja makan” ucap Kak Desi melihat tingkah kami.
“Serasi ya Bund? Heheee” sahut Chika
“Kalo cocok, langsung aku lamar bulan depan Kak” ucapku menanggapi komentar Kak Desi
“Enak aja.. ngarep amat mblo!” olok Kak Desi.
Kami tertawa sambil aku menurukan Chika dekat kursi.
“Aku heran Bund, Om Bejo baik.. kok gak punya pacar yah?” kata chika setelah duduk di kursinya
“Mungkin mau nunggu kamu Chikk” balas Kak Desi
“Ihh romantisnyaa” sahut Chika dengan gaya centil khas ABG
“Aku sih kalo udah sayang, jangankan nunggu.. suruh nikahin sekarang juga mau” kataku sambil duduk.
Kak Desi tersenyum sambil geleng kepala mendengar jawaban konyolku.
“Eh Jo, emang udah Kakak ajak makan? Main duduk aja” kata kak desi membuyarkanku yang sedang tersipu.
“Ehh” reflekku saat dengar ucapan Kak Desi sambil garuk2 kepala yang tak gatal
Kak Desi dan Chika pun tertawa.
“Udah jangan salting Jo, gak mungkin lah calon menantu sendiri gak diajak makan bareng” katanya sambil melirik Chika
“Ihh Bunda nihh..” sahut Chika yang ternyata tersipu malu mendengar pernyataan Bundanya.
“Udah yuk makan, Bejo makan yang banyak.. mumpung gratis!” ucap Kak Desi yang setengah meledek
“Iya lah Kak.. namanya juga anak kost! Eh apa aku ikut panggil Bunda ya?” kataku dengan pede gila
Suasana makan yang ramai, asik dan konyol kami bertiga pun terlewati.
“Om gendong lagi” rengek manja Chika yang membuat Kak Desi heran
“Ciee kayaknya bakal ada gosip baru nih..” kata kak desi menyindir putrinya
“Apa sih Bunda, jangan iri yah sama pengantin baru!” balas Chika
Kak Desi tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya.
Aku pun kembali menggendong Chika kembali ke kamarnya.
Aku turunkan Chika di dekat ranjangnya, diapun duduk di tepian
“Om sini Chika bisikin deh” ucapnya
Aku pun memajukan kepalaku mendekatinya.
Ia malah merangkulku dan “Cupp” mengecup bibirku.
Aku kaget, tersenyum dan balas mengecupnya.
Ia tersipu, “itu buat Om yang udah baik mau gendong Chika”
Aku diam menatapnya sambil tersenyum.
“Baru juga ketemu sekali, udah main kecup aja. Bahaya bener ABG jaman sekarang. Apa cuma karena dia gak dapat perhatian lebih dari Ayahnya ya?” bingung dalam hati.
Suasana canggung menyelimuti kami berdua.
“Om, minta nomor dan pin nya yah” ucapnya membelah kecanggungan.
“Nih.. tapi dikasih nama sayang aja yah” balasku
“Ihh Om nih.. ganjen masa modusin anak kecil” sahut Chika
“Tapi Om gak anggap kamu anak kecil loh. Om anggap Chika sebagai wanita yang harus mendapat kasih sayang lebih” ucapku sok dewasa
Chika terdiam, wajahnya kosong seakan memang dia kurang diperhatikan seseorang yang ia sayang.
“Chika belum pernah pacaran, mungkinkah dia memang sesuai perkiraanku.. kurang perhatian dari Ayahnya yang mungkin sangat ia kagumi” dalam hati aku menerka-nerka.
Singkatnya aku pamit pulang karena hari sudah sore.
“Kak Desi, Chika.. aku pamit ya” kataku yang berniat pamit pulang
“Oh yaudah Jo, kirain mau nunggu” sahut Kak Desi
“Nunggu apa Kak?” tanya ku penasaran
“Nunggu diusir!” olok Kak Desi yang diikuti tawa kami bertiga.
“Yaudah kak lah, aku pamit beneran nih” ucapku lagi
“Hati2 Jo, makasih udah jenguk Chika” katanya sambil menjabat tanganku
Aku pun kearah Chika untuk bersalaman “Om balik ya, kalo Chika kangen boleh kok telpon Om nanti” ucapku sambil tanganku dicium Chika.
“Ihh Om kepedean, siapa juga yang bakal kangen” balasnya setelah mencium tanganku
Ku elus rambutnya “sama calon suami sendiri masa gak kangen” sambungku lagi
Aku pun keluar dari kamar Chika diantar Kak Desi. Baru keluar dari kamarnya dan dirasa aman, aku remas bongkahan pantatnya dari samping.
Ia menepis tanganku lebih tepatnya memukul.
Sampai lah kami di teras rumah Kak Desi, tiba2 kak desi angkat bicara
“Jangan macem2 Jo, aku gak mau ambil resiko” katanya setelah kondisi aman untuk bicara
“Maaf Kak, aku ga tahan dekat Kakak”
“Eh tadi aku pikir kamu serius sama Chika” kata Kak Desi yang berusaha mengalihkan topik
“Kalo aku direstui, aku ya bakal serius” balasku sambil memakai helm.
“Hati2 Jo” ucapnya saat aku mulai melangkah ke motor
Kak Desi menatapku sambil tersenyum namun matanya seakan kosong seperti tatapan Chika tadi.
Aku pun pulang ke kost.
“Sepi amat, tumben.. kemana para alayers yah” gumamku setibanya di kost.
Aku pun berjalan menuju kamar, terdengar jenis suara tak asing dari beberapa kamar tetanggaku. “Pantas sepi, lagi pada happy sih” batinku mendengar desahan dari kamar para tetangga. “Kok bisa barengan gitu” pikirku.
Kost yang aku tempati ini adalah kost putra dimana bisa terbilang bebas karena tidak campur dengan pemiliknya.
Lantai atas ada 8 kamar yang isinya 1 pekerjaanya sebagai debt colector, 5 pelajar SMA dan aku yang mahasiswa.
Sedangkan lantai bawah hanya ada 4 kamar yang penghuninya aku tak begitu kenal, karena jarang keluar si penghuninya.
Aku masuk ke kamarku dan ganti baju kebesaran ku. Yah singlet dan celana pendek. Kubuka pintu kamar agar lebih adem suasananya. Susu coklat, rokok kupeesiapkan. Aku di tepi kasur dan main game kecil di andro ku. Jam 5 sore aku bangkit dan mandi. Setelah mandi, aku main game lagi. Sungguh tidak penting kan?
Haha.. Sebenernya ada rencana ke fitness center tapi malas karena biasanya ramai kalau sore dan banyak tante ganjen yang bikin main tidak fokus. Bagiku keberadaan tante ganjen di fitness center bukan hal yang menguntungkan, malah merugikan, bikin salah fokus! Bukannya angkat beban malah bisa ngiler liat tingkah dan body mereka.
Kadang aku mikir, kenapa mereka gak ikut kelas aerobik aja? Atau emang mau cari peler disana? Entahlah.. hanya Tuhan yang tahu. Ngocoks.com
Maaf curcol.
Aku yang sedang asik buka2 sosmed di androku kaget tiba2 ada yang masuk dan mengunci pintu kamarku.
Sepatu olahraga, legging, sweater hoodie, ransel adides itu yang ia pakai.
Aku seketika duduk di tepi kasur. Menunggu ia yang sedang meletakkan tas dan melepas sepatunya.
“Gak keluar Jo?”
“Gak Bu, masih sore” jawabku yang memang sebenernya jarang nongkrong.
Bu Dyah ikut duduk di tepian kasur sambil menyalakan rokoknya.
“Pulang senam Bu?” tanyaku
Aku yang sebenarnya penasaran ada hal apa dia kesini tak berani menanyakan. “Kayaknya aku udah setuju buat tutup mulut. Ngapain lagi sih?” pikirku.
“Ga jadi senam, lagi males.” jawabnya sambil menyeruput susu coklatku. “Woii aku yang punya aja belum nyicip!” batinku.
Aku ikut nyalakan rokok, sambil mengamati gameku.
“Jo.. kamu beneran gak lapor ke bapak kan?” ungkitnya masalah yang sudah lalu
“Ndak Bu, sesuai permintaan Ibu” jawabku mencoba meyakinkan.
Ia membuka sweater hoodienya. Tersajilah tubuh Bu Dyah dengan kostum senamnya, Legging hitam dan tanktop abu-abu.
Terasa ada yang menggeliat di bawahku, oh itu si otong yang melakukan perenggangan setelah bangun tidur.
Aku berusaha santai, kututup gameku. Tapi tiba2 ada pesan dari Chika “Omku sayang ” lalu “maaf om, dibajak Bunda”. Ahh mereka sedang bercanda disana. Aku yang berusaha cuek pada Bu Dyah malah membalas pesan Chika, “aku udah mau salto loh baca BM kamu”.
Klingg.. pesan dari Chika lagi “ihh Om ngarep bener sama Chika, Chika masih kecil loh Om. Emang Om gak malu kalau misal kita beneran jadian?” panjang bener.. pikirku.
“Masa iya aku malu jadian sama cewek sekenikmatans kamu” kubalas pesannya
“Om tuh sukanya godain terus” balasnya lagi.
Baru kubaca chatnya, tiba2 Bu Dyah memepetku. “Siapa Jo? Cewekmu?” tanyanya kepo.
“Temen Bu” jawabku singkat
“Temen menyetubuhi?”
Aku kaget mendengar ucapnya yang terakhir, apalagi ia menyandarkan tubuhnya ke badanku.
Bersambung… Aku tutup hapeku, tak jadi membalas pesan. Bu Dyah dengan santainya bersandar di badanku padahal kalo cuma mau nyandar, tembok juga bisa.
Bu Dyah masih asik menghisap rokoknya, kuteguk susu coklat sisa yang diminum Bu Dyah.
“Jo.. apa aku jadi kliatan tuaan ya? Sejak aku melahirkan, bapak jadi kurang perhatiannya” kata Bu Dyah yg asik menikmati lintingan tembakau.
Sekedar info. Sejak beberapa bulan lalu setelah anaknya yang sekarang sudah berusia lebih dari 2th tidak minum ASInya, anak mereka di asuh oleh keluarga suami Bu Dyah. Alasannya karena didikan keluarga Bos ku itu sangat bagus dan mereka putuskan harus memulainya sejak dini. Bu Dyah sebagai ibunya akan mengunjungi anaknya seminggu sekali.
“Stres jauh dari anak dan kurang perhatian suami, mungkin ini yang membuat dia liar di luar rumah.” pikirku.
“Ibu itu masih sangat menarik kok, seksi malah” hiburku
“Setan mana jo yang ngajarin ngomong gitu? Mentang2 berdua dikamar, jadi mulai kurang ajar” ucapnya yang agak membuatku kaget
Kupikir ia marah, tapi ternyata masih santai bersandar di badanku.
Posisi kami aku duduk di kasur, Bu Dyah bersandar di punggung menghadap arah belakangku, kakinya di tembok.
“Saya jujur loh bu, ngomong apa adanya.” ucapku sambil berusaha memutar badanku 90 derajat ke arah kiri, memposisikan badan Bu Dyah agar terlentang sambil kepalanya berbantal paha kiriku.
“Mana ada, kamu aja kemarin ga nafsu liat dadaku” ucapnya sambil memandang lekat wajahku ke atas.
Ku kumpulkan keberanian, kupegang payudaranya dengan tangan kiriku dan berkata “Kalau bukan istri Bapak, pasti sudah saya telanjangin Ibu”
“Dasar cemen!” ucapnya menanggapiku
“Salah pemilihan kata Bu!” batinku yang memanas saat kudengar omongannya
Segera aku bangkit, kulepas kaos singlet dan celana kolor serta CDku.
Bu Dyah yang terbaring nampak bingung dengan perubahan sikapku.
Otong yang sepemikiran denganku sudah setengah bangun.
Segera aku bimbing ke arah mulut busuk yang tadi bilang aku “cemen”. Bu Dyah nampak masih bingung namun entah karena naluri atau apa, ia membuka jalan agar aku memasukkan rudalku ke mulutnya.
Slepp.. Bu Dyah yang masih dengan tatapan heran mulai menghisap-hisap rudalku dalam mulutnya yang membuat rudalku terbangkitkan sepenuhnya.
Aku membebaskan rudalku dari kulumannya. Kubimbing Bu Dyah untuk duduk, setelah ia duduk langsung ku sosor dan lumat bibirnya. Bibir tebal Bu Dyah ku hisap2 terutama bibir bawahnya.
Kubuka tanktopnya, ia memudahkan usahaku dengan mengangkat lengannya.
Lehernya yang jenjang seakan berteriak “jamah aku!,” ku jilat dan ku hisap kuat bagian itu sampai berbekas. “Jooo.. ehnnnghh.. jangan ninggalin bekas..” erangnya saat kuhisap kuat.
Aku tak pedulikan apa yang bu dyah katakan, malah aku tambah kembali cupanganku.
“Hah hah hah.. joo..” nafasnya memburu saat kuhentikan cumbuanku pada lehernya yang putih bersih mulus itu.
Kubuka pengait BHnya, sebenarnya aku tak begitu suka dengan bentuk isi BHnya tapi tetap saja karena ini jalan yang sudah kupilih jadi harus tuntas.
Payudara yg menggantung miliknya sudah terbebas, besar memang tapi agak kendor mirip pepaya.
Kubaringkan Bu Dyah dengan posisi searah kasur, kembali ku lumat bibirnya.
“Ehmmhh ekhhmm” erangnya tertahan saat tanganku ikut bekerja memilin putingnya yang sudah kaku.
Kubangkit dan nyalakan musik lagi, kali ini aliran metal yang terklik playlistnya.
Kuhampiri lagi Bu Dyah, kini pandangan Bu Dyah seperti ketakutan melihat keagresifanku.
Kumulai lagi aksiku, kuciumi wajahnya mendekat ke telinganya dan kugigit2 kecil daun telinganya. Satu tanganku tak berhenti memilin bergantian puting coklat milik Bu Dyah. Kami kembali berciuman, saling hisap bibir bahkan lidah.
Aku berpindah ke dadanya, ku telusuri payudaranya yang besar mulai dari belahan lalu ke bawahnya bergantian kiri kanan. Kedua tanganku mencengkram dan meremas buah dada besar miliknya.
“Ahhh Jooo… ampuuunn…” rengek Bu Dyah saat aku mulai bermain di puncak payudaranya. Kuhisap kuat lalu kumainkan lidahku agar menari bersama putingnya, bergantian kiri kanan. Wajah ketakutannya karena keagresifanku kini berganti dengan wajah pasrah.
Aku yang lupa bahwa Bu Dyah masih mengenakan leggingnya, segera aku loloskan sisa pakaian yang melekat pada tubuhnya.
Kini bu dyah telah 100% telanjang pasrah dengan perlakuanku.
Kulipat dan kubuka pahanya, kuambil posisi diatasnya dengan rudal yang menempel pada serambi lempitnya
“Masukin Joo.. aku dah ga tahan.. please” rengeknya yang tak kupedulikan.
Kulumat kembali bibir tebal yang tadi mengucap kata kunci kemarahanku, kuhisap bibir itu dengan bernafsu dan tak ketinggalan kususuri juga langit2 mulut bu dyah, kutarik tarik lidahnya dengan lidahku. “Ehehhmmm emhh” erangnya yang seakan memintakan memasukkan rudalku. Kurasakan juga pinggulnya bergoyang2 menggesekkan serambi lempitnya pada rudalnya yang masih power full.
Kini kuingin menuju ke bawah sana yang sedang asik bergoyang. Saat kulepas lumatanku, kuperhatikan goyangannya..
“Pro banget” pikirku.
Aku turunkan lagi badanku, ku raih kembali payudaranya yang sudah sangat basah karena liurku dan keringatnya dengan tanganku yang siap memilin puncak itu.
Kudarat kan kecupan dan beralih mencumbu sekitar telinga kirinya. Intensitas gesekan terasa meninggi, “ehmmmhhh” terdengar lenguh panjang dari Bu Dyah saat ku hisap daun telinganya. Bersamaan itu kurasakan pinggulnya terangkat mendesak rudalku yang tadi dia gesek2.
“Permainan baru dimulai Bu” bisikku padanya.
Aku turun ke perutnya, kulihat bekas jahitan di sana. “Bekas operasi?” tanyaku dalam hati.
Kumulai bahasi sekitar pusarnya dengan lidahku, kujilati bagian pusarnya juga. “Jooo… geliiii…” desah Bu Dyah
Kumulai turun ke daerah lembah keramatnya, bulu-bulu yang terlihat terawat jadi basah karena ulahku.
Posisi Bu Dyah yang masih mengangkang memudahkanku beraksi, kubelah garis serambi lempitnya. “Banjir bandang! Hahaa” tawaku dalam hati karena bangga.
Aku bimbing lidahku naik turun menyapu sisa orgasmenya.
Tiba-tiba “dog dog dog” pintu kamarku diketuk.
Kesal rasanya kegiatanku terganggu. Tapi apa boleh buat, ku lepar sweater Bu Dyah yang ditangkap dan dipakai menutupi ketelanjangannya.
Kubuka pintu sedikit, “ada apa bro?” tanyaku pada tetanggaku yang bekerja sebagai debt colector. “nanti ada razia kost” jawabnya sambil melirik ke arah Bu Dyah.
“Jam biasa?”
“Iya, kira2 jam 9 mereka mulai berangkat sweping.”
“Oke thanks” sambil kuberi dia 1bungkus rokok yang memang aku stok untuk konsumsi sendiri.
Aku pun menutup pintu, dan balik badan hendak meneruskan urusanku. Tapi kulihat bu dyah sedang memunguti pakaiannya yang berserakan di samping kasur.
“Mau kemana?” tanyaku dengan mimik wajah yg marah.
“Mau ada razia kan? Lagian udah setengah 8, pulang senam kemaleman ga enak sama bapak” ucapnya sambil ekspresi takut melihatku marah
“Mana ku peduli!” Kataku setengah membentak
Ia terdiam menatapku penuh kemarahan. Kuhampiri Bu Dyah yang sedang memegangi pakaiannya yang sudah ia pungut. Kupegang rambutnya acak-acakan meski masih terikat, lalu kuarahkan rudalku ke depan mulutnya. Ia yang takut melihatku tak seperti biasanya langsung melahap dan melayani kemauanku. Aku yang masih marah akibat perkataannya sebelum semua dimulai, menyodok2kan rudalku ke mulutnya bahkan sesekali aku berusaha masukkan sampai mentok mesti tak bisa.
Ia yang mendapatkan perlakuan kasar terlihat air mata keluar dari sudut matanya. Aku yang iba melihatnya menghemtikan hujaman2ku.
Kucabut rudalku, “maafin aku Joo..” katanya sambil terengah-engah.
“Mainkan seperti kemarin bu” kataku sambil menempelkan rudalku pada pipinya.
Ia pun mulai, rudalku dimasukkan, disedot kuat dan ia keluarkan lagi. Ia masukkan lagi sebatas helmnya, menyedotinya kuat-kuat sambil mengocok batang yang ia tak masukkan.
“Ahh Buu.. kalau begini.. saya gak akan kasar lagi” kataku yang seakan reda emosinya
Bu Dyah yang mendengar eranganku kini jadi tak menunjukkan mimik takut lagi, bahkan mulai menikmati permainan.
Ia masih sibuk di bawah sana, mengocok hisap helm dan sesekali juga menghisap bijiku.
Kulihat jam sudah hampir pukul 8malam. Aku pun berniat harus berhasil membuat Bu Dyah terkapar karena nikmat.
Aku tarik berdiri Bu Dyah, posisikan ia bersandar di tembok ku angkat dan kupegangi satu kakinya. Bu Dyah yang paham membimbing rudalku mencicip cita rasa serambi lempitnya. “Blesss”
Kumentokkan rudalku “masih sempit, sebanding dengan Kak Yanti” pikirku membandingkan.
Kulihat Bu Dyah malah menghadap samping, memejamkan mata tapi membuka mulutnya lebar. Sepertinya dia belum terbiasa dengan ukuran milikku.
Tapi aku yang merasa dibatasi waktu mulai mengayunkan pinggul. Kurasa Bu Dyah juga ikut bergoyang. Ia membenamkan wajahnya di bahuku sambil menahan erangannya.
“Jooo.. pelannn.. jooo.. ohhhkkkhhh…” erangnya saat kunaikkan ritme ayunan pinggulku.
Aku tak peduli, tetap kukayuh dengan speed yang sama. Ia kelojotan menerima hujaman2 di serambi lempitnya.
Kunaikkan lagi speed ku, “ohhh jooo…” lenguhan Bu Dyah yang disertai dekapan kuat menghentikan gerakanku.
Kucabut dan kubimbing Bu Dyah agar duduk diatas pangkuanku, aku ingin mencoba goyangannya yang terlihat pro tadi saat menggesek rudalku.
Ia mengerti keinginanku, segera ia masukkan rudalku dan mulai menggoyang.
“Ohh Buu… goyangan luar biasa.. aku sukaa buuu..” erangku mengomentari goyangannya yang luar biasa
“Joo.. ohh.. rudal kamu bisa bikin aku ketagihan akhhh… ohhh.. jooo…” suara dari Bu Dyah yang terlihat menikmati pergumulan kami.
Tak lama berselang, ia jadi hilang kendali menggoyang memompa dengan liar. Aku yang menebak bahwa ia ingin segera mendapat reward atas usahanya, membantunya dengan meremas-remas benda menggantung di dadanya.
Ternyata tindakanku berhasil membantunya membuahkan hasil saat remasanku ku rumah dengan memilin putingnya yang mengacung.
“Joo… anjingg.. enakkk… joo..” erang panjang Bu Dyah yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya yang seakan ingin melahap rudalku. Denyutan demi denyutan pada serambi lempit Bu Dyah sangat kunikmati, himpitan serambi lempit dan denyutannya saat orgasme benar2 memabukkanku.
Saat terasa reda, aku tak mau berlama-lama karena masih sadar kalau waktu kami terbatas.
Ku sanggah pinggulnya, saat hendak ku hentakkan pinggulku agar rudalku kembali menyusup ia angkat bicara “emang kamu belum jo?” tanyanya dengan wajah puas.
“Belum bu” ku jawab seperlunya
Ia tak menanggapi ku dengan omongan tapi ia mengangguk, yang kuartikan sebagai tanda restu agar aku juga mendapat puas atas dirinya.
Kuhujamkan batangku mulai dari tempo pelan, sedang dan tinggi. Ia menunduk sambil membuka mulutnya, “ohhhh ehh” suara erangnya tiap hentakanku menabrak serambi lempitnya.
Ia kemudian pasrah telungkup diatasku sambil tetap menerima pompaanku.
“Ohhhhhh” lenguhan panjang kembali terdengar.. aku tak peduli.. tetap ku pompa bu Dyah dengan kasar.
Kurasakan ia mencengkram deltoid ku sambil terus mengerang-erang.
Aku yang merasa sakit bagian bahu karena cengkraman bu dyah menghenyikan tusukanku.
Kulihat sudah hampir jam 9. Ku balikkan badan kami, kini Bu Dyah dibawahku bahkan kakinya melingkar di pinggangku seolah tak ingin aku pergi.
Aku mulai kembali memompanya dengan keinginan segera menyudahi perbuatan kami.
Hujaman demi hujamanku di respon Bu Dyah dengan desah dan erangan yang mungkin terdengar di luar karena erangam Bu Dyah makin keras seolah di berteriak.
Kini bu dyah yang tadinya hanya kakinya yang melingkar di pinggangku, sekarang Bu Dyah juga mendekapku. Semakin erat dada kami beradu.
Aku yang sudah hampir sampai, makin semangat pula aku aku hujani serambi lempitnya dengan tusukan kasar rudalku.
“Ahhhhh… Buuuuu…” erangku saat kuhentakkan kuat agar rudalku benar2 tenggelam dalam serambi lempitnya.
“Ehngggjhh..“lenguhan Bu Dyah namun seperti tertahan saat rudalku menyemburkan isinya di dalam serambi lempit legit Bu Dyah.
Aku lihat jam, “masih kurang 10menitan” pikirku.
Ku coba ajak Bu Dyah mengobrol, aku duduk sambil menyalakan rokok.
“Bu serambi lempit ibu sangat nikmat, bahkan lebih enak dari punya anak SMA” pujiku yang berusaha membuka obrolan.
Ia pun ikut duduk kemudian ia bersandar di bahuku.
“serambi lempitku rasanya kayak ada yg mengganjal jo, kayak perawan aja nih” katanya
“Ibu masih mau berani sebut aku cemen?” aku berusaha menyudutkan
“Gak lah.. aku aja sampe hampir gila karena kamu tadi. Kamu jantan Jo” jawabnya sambil memeluk lengan kananku.
“Jantan mana sama selingkuhan ibu?” tanyaku mulai menyelidik
“Kamu lah Jo.. tau gak waktu kita ketemu malam itu, aku dikerjain berdua. Tapi mereka berdua ga ada apa2nya kalo dibanding dikerjain kamu”
“Wah main bertiga ya.. emang siapa aja yang pernah ngerjain ibu?” tanyaku lagi.
Akhirnya Bu Dyah mengakui melakukan perselingkuhan, bahkan ia menyebutkan siapa2 saja yang pernah menjamahnya. 1 nama yang membuatku kaget, dia orang yang dekat dengan Bos dan sering ditugasi Bos melakukan pekerjaan kotor yaitu ajudannya sendiri!
Jam 9lebih Bu Dyah pun pulang dengan keadaan yang tak karuan, badan lemah, badan basah penuh peluh dan liurku, cupangan yang aku tinggalkan pasti akan diketahui Bos. Tapi tak apa pikirku selama Bu Dyah suka hasil kerjaku, ia tak akan membuka mulut.
Rencanaku mengorek keterangan pun berhasil. Misi terlaksana!
Jam 9.30 polisi dan satpol pp melakukan sweeping, seperti biasa sasarannya adalah narkoba, minuman, dan seks bebas.
Kost kita yang selalu mendapat bocoran selalu lolos.
Tak lama berselang, hapeku berbunyi “Boss”. “Wah jangan2 istrinya buka mulut?? Bangsat! Anjing!” Aku mengumpat sendiri di dalam kamar belum berani mengangkat telepon.
Panggilan tak kujawab.
Boss menelepon lagi…
Kali ini kuberanikan diri mengangkatnya,
“Hallo”
“Ke warkop depan polsek, kutungu” kata boss yang langsung menutup telepon
Aku panik setengah mati. Bingung harus berbuat apa. Rasanya ingin kabur saja, lagi pula aku ada biaya di amplop coklat.
“Aku lelaki, harus tanggung jawab!” Sisi baik dalam hati seakan berbisik
Aku akhirnya nekad berangkat menemui Bos.
Warkop sepi tempat kami bertemu sudah terlihat, aku kembali mantabkan hati untuk menemuinya. Kuparkir motor disamping motor Bos, kulangkahkan kaki masuk menemuinya.
Aku duduk di kursi didepan Bos, beliau mulai bicara.
“Istriku habis kencan dengan seorang pria” katanya membuka perbincangan, kulihat wajahnya yang nampak geram. Mentalku kecil kembali di depannya.
“Boss dapat info darimana? Apakah bisa dipercaya?” kataku menyelidik
“Keparat itu meninggalkan tanda di tubuh Dyah” semakin geram wajah Bos
“Lalu bagaimana selanjutnya Pak?” tanyaku agak ketar-ketir
“Kamu ikuti kemana saja saat pergi” perintahnya
Hatiku PLONG! Aku tak ketahuan, Bu Dyah juga tak buka mulut.
“Baik pak nanti saya akan cari bantuan yang bisa dipercaya” jawabku menerima perintah
“Kalau butuh dana dulu kamu bisa telpon atau temui saya di kantor, saya tidak bawa uang cash sekarang”
“Baik pak” yang sudah tak was2 lagi.
“Saya undur diri dulu, saya akan laksanakan semaksimal mungkin”
Aku pun pergi meninggalkan Bos, aku pulang ke kost dengan hati yang tenang.
“Saya sudah dapat bantuan Pak, saya hanya akan mengawasi target saat malam. Kalau target curiga atau melihat kami saat menjalankan misi, kami akan bergantian” tengah malam ku kirim pesan itu ke Bos untuk meyakinkan saya sudah mulai bergerak.
Aku yang sebenarnya tak melakukan apapun dalam kasus ini pun sorak hore!
Kali ini aku bisa tenang. Tugas yang sebenarnya sudah beres, tinggal menunggu hasil saat kubuka kartu yang sudah kudapat.
Keesokannya aku pun beraktifitas seperti biasa, kuliah fitness pulang ke kost.
Jam 4 sore aku tiba di kost, alayers sedang berkumpul.. aku yang kondisi lelah pun hanya bersay-hello lalu naik ke atas, mandi dan ngumpul bareng para alayers.
Tak ada yang spesial hari itu, hanya chat dengan Kak Desi dan Chika. Kak Tuti yang sebelumnya sering chat walau gak guna karena hanya mengeluhkan kegatelannya pun akhir2 ini tak hubungi aku lagi, mungkin dah dapat rudal baru.
“Sayang dimana? Kok gak ada kabar 2hari ini? ” tulisan Chika di BBM saat kubaca setelah pulang kuliah. “Bukannya Chika belom pernah pacaran ya?” batinku bingung. Aku pun mengomentari tulisannya “Ciee.. yang ternyata punya pacar ”.
“Ikhh apaan sih” balasnya
“Lohh.. kok jutek?” pikirku
“Oh iya Om kemaren lupa gak balas BM kamu ya? Maaf yah.. mulai pikun nih.. Om kira udah Om balas, jadi Om juga nunggu balasan kamu ” balasku yang ingin menghidupkan suasana.
“Hahaha.. serius Om? Kirain kenapa gak balas, ternyata faktor U. Hahaaa..” balasnya
“Nyesel aku bilang pikun anak sama bundanya suka ngeledek”
“Ihh tua2 ngambekk.. jelek ihh..”
“Tuanya bisa di ilangin gak? Diganti sayang mungkin?”
“Eh Om dimana bisa minta tolong ndak?”
“Aku siap menjalankan permintaan tuan putri ”
“Jemput disekolah ya ” mintanya
“Oke.. wait a seccond *padahal 15menit ” balasku sambil segera bersiap.
Pkl 2:13 p. m aku menunggu sampai di seberang gerbang sekolahnya lalu aku langsung kabari Chika. Ia keluar berlari dengan lincahnya, “gayanya natural banget, tanpa ada dusta jadi selimutnya” gumamku lirih.
“Yuk Om” ajaknya sambil naik jok motorku.
“Kemana?” tanyaku
“Terserah yang penting jangan ke rumah, males ada ayah” jawabnya
“Loh ada ayah kok males? Eh mau makan dulu gak?” tanyaku lagi
“Chikka udah makan, ke kost Om Bejo aja yuk” katanya
“Oke lah kalau beggitu” kataku menirukan logat tegal
Kami pun sampai di kost, ku ajak Chika ke kamar ku dan ku kunci. Ku kunci pintu bukan karena aku mau perkosa dia, bukan. Aku cuma gak mau tiba2 Bu Dyah datang nyelonong.
Kami pun ngobrol sambil sambil buka snack dan softdrink yang kami beli di indomerit.
“Kamu kenapa Chikk kok ga mau pulang?” tanyaku
“Males ketemu Ayah” katanya
“Ya kenapa bisa males? Ayah kamu loh”
“Ayah sebenernya baik, tapi sekarang berubah sejak sering pulang ke rumah Mama” jelasnya
Mama disini adalah istri pertama yang katanya sampai sekarang gak rela diduakan.
Karena Chika keliatan sedih jadi aku berusaha mengganti topik.
“Eh katanya kamu belom punya pacar, tadi kamu update buat siapa?” tanyaku yang kepo
Chika diam, tersenyum lalu “buat Om”.
“Mau ngolok Om lagi yah? Ketebak” kataku
“Serius loh Om..” jelasnya
“Gak percaya” ucapku enteng.
Cupp.. dikecupnya pipiku.
“Apa tuh?” tanyaku sambil memegang pipi yang tadi dikecupnya
“Biar Om percaya” katanya santai sambil merebahkan diri.
Aku pun ikut berbaring di sampingnya.
“Ahh.. ciuman dipipi sih nyamuk juga bisa!” tantangku
“Mau lebih? Ijin dulu sama bunda” katanya
Aku yang berbaring lalu terduduk, “Kak Desi, aku sayang Chika, boleh ya aku cium bibirnya” “boleh” sambil aku menirukan suara perempuan.
“Ikhh Om Bejo gilaaaa” katanya dengan suara agak keras saat aku langsung mendekatkan bibirku.
Ku kecup bibir mungil gadis itu, Chika terpejam.. ku kecup lagi,, sekarang aku lumat bibirnya dan aku hisap-hisap bibirnya.
“Ihh om nyuri ciuman pertamaku” sambil menutup mukanya dengan bantal setelah aku melepas ciumanku.
“Kok kamu gak nolak?” tanyaku
“Aku kan penasaran gimana rasanya.. hahaaa” jawabnya sambil mengintip dari balik bantal.
Chika pun ikut duduk, sungguh pengalaman pertamaku aku disuguhi anak gadis kenikmatans dan polos seperti dia.
“Temen2 kamu sering cerita enaknya pacaran ya?” tanyaku
“Iya om, kadang aku juga jadi pengen” jawabnya
“Mereka pernah cerita apa aja? Kalo pacaran ngapain aja?” selidikku agak kepo
“Gitulah om, ciuman, raba2, bahkan ada yang pernah gitu” jawabnya dengan malu-malu
“Gitu apa sih?” tanyaku lagi
“Itu lohh.. ihh Om.. itu ML” ucapnya.
Chika memerah mukanya, mungkin dia malu mengucapkannya.
“Wow” hanya itu kata yang keluar dari mulutku.
“Om pernah ML?” tanyanya penasaran
Aku diam, menghela nafas.
“Pernah” jawabku singkat
“Gimana rasanya Om? Kata temenku ada yang enak, ada juga yang katanya sakit”
“Kalo cewek pertama sakit, malah bisa sampai 3 atau 4 kali masih sakit. Tapi lama2 enak, tergantung sih”
Aku angkat dia yang duduk di depanku agar duduk dipangkuanku. Ia kaget dengan perlakuanku. Tapi setelah kupeluk, ia terasa tenang.
“Kalo soal gitu, gak boleh coba2 yah. Kalo mau ngelakuin, kamu harus yakin. Dengan siapa kamu ngelakuin juga harus kamu pikir2 deh” nasehatku pada Chika yang sebenernya juga gak bener sih.
“Iya Om” ucapnya sambil memegangi tanganku yang memeluknya.
“Om baik ya.. coba kalo orang lain, pasti Chika udah diperkosa” sambungnya
“Kok?”
“Iya, Chika juga udah tau Om sebenernya soal begituan. Chika juga sering dibilang kuper karena belom pernah ngapa2in” sambungnya lagi
“Anak SMP sekarang ganas amat ya masih kelas 1 padahal.. sewaktu aku SMP perasaan masih jaman main tamiya” batinku
Aku mati kutu, gak bisa ngomong apa2 lagi.
“Om” panggilnya karena aku diam terus
“Ya Chikka?”
“Om serius gak waktu bilang sayang ke Chikka?” pertanyaan yang sulit dijawab
“Sayang lah, kalo ga sayang mana mau Om jemput kamu” pemilihan jawaban yang salah
“Chika juga sayang Om Bejo, kita pacaran yah”
Aku melongo mendengar ucapan gadis kecil ini.
“Jadi kalo bunda ngeledek Om Bejo, jawab aja kalo Om Bejo pacar Chika” sambungnya.
“Kita kan baru 2x ketemu Chik, kamu yakin? Lagian kamu masih sekolah” sahutku yang masih terheran karena ulah Chika Ngocoks.com
“Ndak apa, sekali kenal udah cukup bikin aku yakin dengan Om Bejo kok”
Aku gak bisa ngomong apa-apa.
“Udah sore nih, anterin Chika pulang ya sayang”
Aku yang masih kehabisan kata2 masih terdiam.
Cupp.. kecupan Chika membangunkanku dari lamunan.
“Chika, Om masih ga percaya kamu ngomong begitu” ucapku
Ia malah menciumku, melumat bibirku menirukan apa yang aku lakukan sebelumnya. Aku yang tadinya pasif jadi membalas aksinya. Kulumat juga bibirnya bahkan kini kumasukkan lidahku, ia terkaget tapi kembali terpejam menikmati perlakuanku.
“Chika yakin mau jadi pacar Om Bejo?” tanyaku yang masih tak percaya
“Iya sayang” kembali ia mengecup bibir ku.
“Yaudah nanti Om bilang terus terang sama Bunda ya” kutatap wajahnya
“Siapa takut.. bunda pasti ijinin, Om kan baik” balasnya yang belum tau diriku sebenarnya
“Yuk.. katanya mau pulang” ajakku
Aku pun mengantar Chika pulang.
Chika turun dari motorku setelah aku berhenti di halaman rumahnya.
“Om tunggu di teras yah, aku ganti baju dulu” pintanya
“Oke” jawabku singkat
Tak lama setelah Chika masuk, Kak Desi keluar dan duduk di kursi sampingku.
“Kalian dari mana Jo?” tanya Kak Desi yang matanya sembab
“Abis jalan di pusat jajanan Kak, Kakak kenapa? Kok kayak abis nangis?” tanyaku balik
“Gak apa2 Jo”
“Suami kakak dirumah?” tanyaku memastikan, karena tak ada sosok seorang Ayah keluar daritadi.
“Tadi pergi lagi?”
“Iya”
Chika pun keluar
“Om, ayo masuk” kata Chika
“Eh, iya Jo masuk” sambung kak Desi
“Eh Dina kemana? 2x kesini kok gak pernah ada?” tanyaku
“Biasa Jo, dina lagi jalan sama cowoknya. Balik paling maghrib” jawab Kak Desi
“Bunda abis nangis lagi? Kenapa Bund?” tanya Chika yang baru sadar kalau mata Bundanya sembab
“Biasa Chikk” jawab kak Desi
Mereka pun nampak lesu.
Aku bingung harus bagaimana, mencari ide untuk mencairkan suasana
“Kak, nanti abis maghrib aku jemput ya. Ada yang aku omongin. Soal Chika” kataku sambil melihat Chika.
“Aku ikut ya Om?” pinta Chika yang merasa terancam
“Gak boleh, kamu sama kak Dina di rumah” ucapku
“Ada apa Jo? Soal Chika? Tumben kenapa gak disini aja? Biasanya lewat BM” sahut kak desi.
“Penting Kak” kataku
“Oke kalau penting” kata Kak Desi sambil melihat Chika
“Kalau begitu aku pamit dulu Kak, maaf ya Chika” kataku sambil membelai kepalanya.
Bersambung… Aku pulang dari rumah Chika, sesampai di kost kutenangkan pikiran. Aku tak hiraukan para remaja labil yang asik di teras. Malah aku heran mereka masih santai, padahal biasanya malam jumat adalah malam aman dari bahaya razia.
Aku berbaring sambil memikirkan Chika yang kurasa tertekan sampai berbuat seperti itu tadi siang. Aku teringat bibirnya yang mungil melumat bibirku. Aku malah membayangkan jika dia adalah Bundanya. Aku sange dan lapar. Yah sesederhana itulah hidupku, sange lapar, fitness pun bukan bertujuan mencari tante atau bahkan para maho yang berkeliaran di tempat fitness..
Aku pun bersiap2, karena janji akan menjemput Kak Desi petang nanti. Saat itu pikirannya tidak ada unsur mesum, tapi sekarang beda karena tadi mengingat kelakuan Chika di kamarku sebelumnya.
“Kak, inget nanti aku jemput” aku memastikan via BM.
“Gak usah jemput jo, aku aja yang jemput kamu. Aku juga udah bilang ke Dina kalau aku nanti keluar. Eh Jo, kamu di kampus gak terlalu kenal Dina?” tanya Kak Desi
“Gak terlalu kak, cuma kalo ketemu saling sapa aja. Gak pernah ngumpul bareng, dia pun kalau di kampus bareng cowoknya terus” jawabku
“Ohh.. dia ga terlalu tahu soal kamu, dia tanya ke Chika malah Chika lari masuk kamar dan ngunci pintunya” terang kak Desi
“Tolong suruh Dina deketin Chika ya Kak, perlakukan Chika seperti sahabat sendiri” aku meminta
“Ada apa sih sebenernya Jo?” tanyanya lagi
“Itu yang nanti kita mau bahas kak” jawabku. “Oke aku tunggu kak” sambungku
Aku pun pergi membeli beberapa makanan dan minuman, dan kembali ke kost. Saat aku naik ke lantai 2, aku lihat seorang wanita cantik memakai jeans panjang dan kaos lengan panjangnya.
“Cepet banget kak?” tanyaku sambil mendekat.
“Katamu penting” jawabnya yang terlihat risih dengan suasana kost.
Pantas saja, 2 alayers di kamarnya masing2 bersama pacarnya, sisanya dibawah bersama satu cabe yang juga pernah aku cicipi.
Aku persilahkan Kak Desi masuk, aku kunci pintu lalu melepas jaketku dan tinggal kaos singlet dan celana pendekku yang menempel.
“Chika gimana responnya tahu aku ajak kakak keluar?” tanyaku sambil membuka plastik belanjaan dan memberikan air minum ke Kak Desi.
“Kliatan gak rela, malah pas Dina deketin katanya nangis. Emang kamu apain dia tadi Jo? Sebagai orang tua Chika, Kakak gak rela kamu apa-apain dia” jawab kak desi dengan nada meninggi
“Kalo Chika yang minta gimana?” sahutku
“Serius Jo!” Kak Desi agak membentak
“Gak Kak, Oke serius tapi kakak harus terbuka” kataku pada Kak Desi
Kak Desi masih menunggu apa yang mau aku bicarakan sebenarnya.
“Gimana hubungan kakak dengan Ayah Chika?” tanyaku
Kak Desi agak terkejut tapi ia menunjukkan wajah sedih.
Ia menghela nafas “sebenernya kami udah ga harmonis sejak lama, walaupun kakak istri muda tapi dia lebih suka bersama istri pertamanya”
“Dia juga jadi gampang marah, bahkan pernah memukul kakak di depan anak2” ceritanya sambil menitikan air mata.
Aku yang tak tega mendekatinya dan memeluknya dari samping.
Ia menangis, aku biarkan dia, hanya kecupan dan belaian di rambutnya yang aku lakukan.
Setelah tangisnya reda, aku kembali bertanya.
“Lalu sikapnya ke anak2 gimana kak?”
“Lebih cuek, jarang di rumah. Seminggu sekali dia pulang. Sejak dia memukul kakak di depan anak2, anak2 juga jadi malas bertemu”
“Pantas Chika seperti ingin mendapat perhatian lebih. Dina pun sepertinya jarang dirumah karena itu. Anak2 masih butuh perhatian” kataku yang masih mendekap Kak Desi di dadaku.
“Lalu kenapa Chika sikapnya aneh setelah pergi sama kamu?” Kak Desi mulai menyelidik.
Aku mulai mikir keras bagaimana agar kak desi memandang dan menilai objektif.
“Kak aku ga ingin Chika tersesat. Chika mendekati aku karena di matanya aku bisa memberi apa yang ia butuhkan. Kasih sayang yang tak lengkap dari kedua orang tuanya.” aku mulai mengeluarkan pikiranku
“Maaf ngerepotin kamu Jo” ucap Kak Desi
“Kak, sebelumnya minta maaf. Kakak juga jangan marah dulu” aku mulai khawatir
“Hmm” menanggapi permintaanku
“Soal sex, Chika sudah punya bekal. Bukan aku yang mengajari”. Kak Desi kaget dan melepas dekapanku
“Aku juga belum melakukan apa2” sambungku sebelum dia bicara
“Lalu maksudmu apa Jo?” tanyanya sambil mengerutkan dahi
“Pergaulan Chika sudah luas, dia juga sudah tau soal begituan tapi dia belum pernah melakukannya. Begitu tadi dia cerita” aku mulai menggambarkan tentang Chika yang sebenarnya
Kak Desi masih mengerutkan dahi sambil menatapku tajam
“Bahkan tadi dia ngajak aku pacaran. Kakak paham kan apa yang aku omongin?” kataku sambil merebahkan diri di kasur dan memandang langit2 kamar
“Jadi kamu mau ngomong kalau dia butuh kamu? Dan kamu bakal menyetubuhiin dia? Gitu?” ucap kak desi yang meninggi
Aku bangkit lalu toyor keningnya sambil geleng2. Kak Desi keheranan setelah kutoyor kepalanya.
“Maksudku akan sangat gampang buat seseorang masuk ke kehidupannya, dan bisa saja seseorang itu merusak Chika. Tadi siang, dia sisini. Di kamar ini dia memelukku, menciumku.. kalau bukan aku pasti abis” kataku dengan muka serius ala penagih hutang
“Kalo gitu aku pulang dulu Jo..” katanya sambil beranjak dari duduknya
“Kak..” kutahan dengan menarik tangannya
“Kakak belum paham keadaan Chika kah? Pakai emosi seperti sekarang akan membuat Chika makin buruk. Malah bisa nular ke Dina.” cegahku
Ia pun terdiam dan masih berdiri.
Aku pun memeluknya lagi.
“Aku sayang kalian kak, meski kita belum kenal lama tapi aku peduli dengan kakak” ucapku
Kak Desi pun membalas pelukanku, ia kembali menangis.
“Aku sayang kalian kak, kakak harus tenang menghadapi masalah ini” kataku mencoba sok ceramah tapi sepertinya gak ngefek.
Ku lepas pelukanku. Kulirik jam dinding, “baru setengah 7” batinku.
Aku ambil hapeku, kulihat ada pesan dari Chika
“Om, jangan laporin ke bunda yahh… pleaseee”
Kubalas pesannya “Om dan Bunda cari solusi buat kamu. Kamu tenang aja. Kalau bisa Om juga akan minta ijin buat jadi pacar kamu”
“Pokoknya kalau bunda marahin chika berarti itu salah Om!” pesanku dibalas langsung
“Gak akan kok.. Om usahain, karena bunda juga sayang Chika ”
Ia tak membalas lagi.
Kulihat kini kak desi duduk dikasurku sambil bersandar di tembok.
Aku ambil minuman dan mengambilkan untuknya juga. Aku duduk di sampingnya.
“Omongin kak, jangan di pikir sendiri. Kita bicarakan semua, masalah kakak akan mempengaruhi anak2 juga walaupun tak secara langsung” ucapku
“Kakak cuma gak habis pikir, kenapa bisa chika jadi gitu” balasnya
“Aku juga kak” aku pun menciumnya.
“Jangan sekarang Jo, kakak lagi gak mood” kata kak Desi
“Aku sebenernya ngajak kakak kesini gak cuma mau ngomongin soal keluarga kakak”
“Kakak tau jo, kakak udah paham tabiatmu. Kamu yang kayak gitu jadi gak yakin aku kalau kamu tadi gak apa2in Chika” kecurigaan Kak desi mulai tumbuh
“Aku emang gini kak, tapi jangan samain aku sama bandot! Aku juga punya nurani. Mana mungkin aku perkosa Chika yang hanya butuh kasih sayang seorang ayah!” ucapku serius.
“Maaf Jo, bukan maksud kakak merendahkan kamu”
Aku kembali menciumnya, kali ini dia membalas. Aku yang bernafsu seperti kesetanan melumat liar bibirnya dan menghisap2 lidahnya.
“Ehhmm Joo..” erangnya
Kulepaskan pagutanku.
Ku pandang matanya dalam-dalam.
“Aku tahu gak hanya anak2 yang kehilangan kasih sayang Ayah. Kakak juga kehilangan sosok suami yang pernah menyayangi kakak dengan tulus” ucapku.
Ia malah menangis.
Dok.. dok.. dokk.. dokkk.. pintu kamarku digedor, tak ada suara panggilan.
“Apa jangan2 razia? Masa sih? Belum ada jam 7” pikirku
Aku pun bangkit meninggalkan kak desi yang menangis di atas kasurku.
“Chika?” aku terkaget makhluk mungil yang tinggingnya tak lebih dari bahuku sudah ada di depan pintu.
Ia masuk dan melihat bundanya menangis di atas kasurku.
“Bunda.. maafin Chika” ucap Chika kemudian memeluk Bundanya.
“Chika sayang bunda.. chika gak akan nyakitin bunda” sambung Chika
“Bunda juga minta maaf karena kurang perhatian ke Chika.. kamu mau pacaran sama Om Bejo? Bunda ijinin kok” kata Kak Desi sambil memeluk anaknya.
“Bunda serius?” Chika memastikan dengan memandang lekat bundanya setelah melepas pelukan mereka.
“Iya.. tapi kamu janji.. gak boleh ngerepotin Om Bejo ya..” ucap kak Desi sambil melirikku.
Aku terdiam tapi mulutku ternganga mendengar percakapan mereka.
“Aku jadi objek! bukan subjek!” pikirku
“Udahh.. kayak sinetron lama2” potongku ke Chika dan Kak Desi
“Sirik aja kamu Jo, bilang aja mau ikut pelukan” sahut Kak Desi
Kami tertawa bersama setelahnya
“Jo, aku pulang dulu yah.. Chika ikut bunda atau masih mau sama Om Bejo?” Kak Desi pamit
“Disini dulu Bund, nanti dianter Om Bejo.. Iya kan Om?” jawab Chika
“Oke.. bunda pulang dulu ya. Titip anak kakak ya Jo” kata Kak Desi sambil berjalan keluar kamar.
Aku hanya acungkan jempolku tanda setuju.
Chika mengikuti bundanya hanya sampai pintu dan mengunci pintu setelah bundanya menuruni tangga.
“Tadi Om ngomongin apa aja? Kok bunda sampai nangis?” tanya chika sambil mendekat dan kemudian duduk dipangkuanku
Aku pandang anak itu, kecantikan alami dibalut kaos, sweater tipis dan rok lipit selutut menambah kecantikannya yang khas ABG.
“Ngomongin kalian, kamu kakak dan bunda bahkan ayah kamu” jawabku yang tersadar anu ku masih bangun
Chika mungkin belum sadar, ia biasa saja.
“Waduh semoga Chika gak sadar kalo itu si otong” batinku
“Om tadi ijin juga ke bunda kalo mau giniin Chika?” tanya Chika yang kini membuatku bingung
“Maksud Chika apa? Pacaran? Kalo pacaran Om cerita kalau Chika ngajakin pacaran, Bunda tadi ijinin kan?” jawabku yang belum paham
“Bukan pacaran, tapi giniin Chika?” kata Chika sambil menekan rudalku dari luar jeans pendek ku.
Aku terdiam, aku sendiri belum percaya mengenai respon Chika tadi.
“Chika juga pengen nyoba Om” katanya lagi
“Ehh.. gak boleh! Kamu belum boleh coba-coba soal begituan..” kuhentikan jemari Chika yang menekan-nekan rudalku dari luar
“Kalo gitu Chika yakin deh.. gak pake coba-coba” kata chika sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Ihh.. Chika kok jadi bandel” ucapku
“Om, bentar ya.. chika ke kamar mandi dulu” ia berdiri dari pangkuanku
Chika keluar kamar dan kemudian ke kamar mandi.
Aku menyalakan rokokku dan berharap rudalku tenang kembali.
“Om pangku lagi dong..” dengan gaya manja Chika
“Tapi om lagi ngrokok,” yang posisiku saat itu sedang tidak memungkinkan jika Chika asal duduk, karen satu kaki ku angkat.
“Gak papa..” ucapnya
Akupun meluruskan kedua kakiku sambil bersandar di tembok kamar. Chika pun kembali duduk dipangkuanku.
“Ihh.. punya om masih berdiri” chika sambil menggoyang-goyangkan badannya.
“Udah tau berdiri malah didudukin” balasku
“Enak om, ada yg ngganjel. Boleh Chika buka gak om?” pintanya padaku
“Gak boleh..” ucapku cuek
“Kalo gitu Chika maksa” ucapnya sambil membuka resleting dan kancing celana pendekku.
“Ihh kok Chika nakal sih?” komentarku
“Nakal sama Om gak masalah, tadi siang Om juga nakalin Chika” katanya yang sudah berhasil membuka resleting dan kancing celanaku.
“Chika Om antar pulang aja ya?” kataku yang takut khilaf
“Ihh Chika diusir.. Om gak sayang Chika lagi ya?” ia sudah tak lagi memandangku, malah memandangi boxer ku.
Aku saat itu tak memakai CD, hanya boxer yang ada kancingnya dibalik celana pendekku. Itu kulakukan agar praktis saat melepas sebelum menggauli Kak Desi.
“Om sayang sama Chika kok, makanya Om gak mau macem2 sama Chika” ucapku saat ia menekan rudalku dari balik boxer
“Ahh.. itu sih alasan Om aja, buktinya Chika ga dikasih apa yg Chika mau” dan “klik” kancing boxer pun lepas.. ia mengeluarkan naga yang telah terbangun dari sangkarnya
“Chika!” aku membentaknya
“Chika gak mau kehilangan Om Bejo” tiba2 ia memelukku.
Kumatikan rokok ku lalu kubelai rambutnya.
“Om ga mungkin ninggalin Chika, Om sayang Chika kok” ucapku sambil membelai lembut kepalanya
“Om serius kan?” ucap Chika sambil mendekatkan wajahnya
Aku kecup bibirnya. Ia tersenyum.
Dia pun meraih rudal ku yang ada dibawahnya.
“Udah dong Chika, nanti kalo Om khilaf gimana.. Om ga mau nyakitin Chika” ucapku yang hanya dibalas senyumnya
Tak ku duga, ia menggesekan rudalku ke PAHAnya.
“Chika!” bentakku pelan yang agak tertahan karena takut terdengar tetangga kamar
“Cuma gesek-gesek kok Om” katanya sambil tersenyum
Aku tatap tajam wajahnya..
“Om jangan marah ya..” kembali ia tersenyum
Ia menunduk setelah bicara, kukira dia takut karena kutatap dengan wajah marahku
Namun.. ia menghentak dan Blesss… ia mendongakkan wajahnya sambil matanya terbelalak.
“Chika kenapa dimasukkan?” Aku tak percaya dengan apa yang ia lakukan.
Bagaimana caranya? Bagaimana bisa semudah itu? Meski dia mengangkang, bukankah dia masih perawan? Darimana dia belajar melakukannya? Bukankah dia memakai celana dalam? Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mendorongnya agar itu terlepas? Aku dihujani banyak pertanyaan di kepalaku.
“Sakit Om” ucapnya membuyarkan semua pertanyaan di kepalaku.
Kulihat ia meringis, mata sayu mengeluarkan airmata.
Kembali kebingungan menyelimutiku, apa yang harus kulakukan?
“Chika milik Om Bejo, jangan tinggalin Chika ya Om” kata Chika sambil memelukku dengan rudalku masih bersarang di serambi lempitnya.
Aku pun balas pelukannya, ia menangis di dalam dekapanku. Entah apa yang membuatnya menangis mimik marahku, takut kehilanganku, atau rasa sakit dari serambi lempitnya. Aku pun tak tahu. Ia pun melepas pelukannya, begitu juga aku yang masih shock atas perlakuannya itu.
Ia kembali terpejam dan mengangkat tubuhnya, melepas rudalku dari serambi lempitnya dan duduk di sebelahku sambil menyibakan roknya.
“Sakit Om” katanya lagi sambil meringis
Kuusap air matanya, ku kecup keningnya.
“Chika gak boleh begitu, sampai waktunya Chika siap ya..” ucapku yang masih ngaceng berat.
Kulihat rudalku seperti diwarnai dengan tinta merah.
“Kok berdarah Om?” tanya Chika sambil menunjukkan serambi lempit polosnya yang berdarah.
Akhirnya kujelaskan detailnya.
Ku ambil tisu dan kubersihkan rudalku dan kusarangkan kembali kedalam celana. Ku bersihkan serambi lempit Chika juga menggunakan tisu.
“Chika kenapa kamu lakukan itu?” tanyaku
“Kata temenku, gituan bikin orang yang kita sayang jadi makin sayang ke kita” jawabnya dengan polos
Plak… ku tepuk keningku sendiri mendengar ajaran sesat yang ia terima.
“Chika salah ya Om?” ucapnya karena melihatku aneh
“Iya salah.. salah besar.. pacaran bukan berarti harus ML Chika.. emang sih itu kebutuhan tapi gak gitu juga” kataku mencoba menasehati
Chika kini memeluk lenganku, ia sepertinya paham dengan maksud ucapanku.
“Chika ini sekolahnya pintar tapi polos bener sihh..” pikirku
“Masih sakit sayang?” tanyaku.
“Masih.. berasa ada yg ngganjel” jawabnya
Kupandang wajahnya, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan kami berciuman.
Kulumat bibirnya, ia pun membalas. “Sudah pandai ternyata” pikirku yang sedang INGIN
Ku julurkan lidahku menyusup masuk mencari lidahnya dan menarik-nariknya. Ia pasrah mendapat perlakuanku, ia kalungkan tangannya di leherku pertanda menikmatinya. Kuhisap-hisap dan kulumat secara bergantian.
Chika menyudahi aksiku, ia menarik wajahnya sambil terengah-engah.
“Om” hanya itu kata yang keluar dari mulut mungilnya.
Aku melepas sweater tipisnya, dan kuangkat kaosnya.. ia menaikkan tangannya dan terlepaslah kaos yang menutupinya.
Kembali kupagut bibirnya, kali ini tanganku tak hanya diam. Kuraba BH kecil nya, kubuka pengaitnya. Kulepas pagutanku di bibirnya, ia melepas BH yang ia kenakan. Kemudian kini ia yang menciumiku, dari pipi lalu beralih ke bibirku. Ia lumat bibirku, aku mengimbangi aksinya. Kini Chika telah belajar, ia seperti orang yang sudah pro dalam berciuman.
“Ehhmmhh..” ia mendesah saat menikmati bibirku.
Tanganku kembali bertindak menjelajahi tubuhnya, dari punggung ke bahu lalu ke depan.. dada mungil Chika.
Aku berusaha remas tapi tak bisa, terlalu kecil maka ku pijat2 gundukan kecil itu.
Desahan tertahan makin sering kudengar.
“Ehhmmhh Ommhh” aksinya terhenti saat aku mulai memainkan putingnya.
“Geliii omhh ehhmmhh..” ia meracau dan menggeliat
Ku hentikan sejenak aksiku, kubaringkan ia di kasur dan kumulai lagi aksi bejad ku pada si gadis polos.
“Ahhhkkhh ommhh” mulai ia mengerang kembali saat kudaratkan lidahku di putingnya
Kusibakkan rok pendeknya, kuraba sisi dalam pahanya sampai mendarat di atas serambi lempitnya.
Ia memeluk kepalaku di dadanya saat jariku menjamah belahan serambi lempitnya.
“Geliii ommmhhh” rengeknya
Aku hisap-hisap dan ku jelajahi dada mungil Chika, ia masih memeluk kepalaku bahkan menjambak rambutku.
Aku coba masukkan jariku di serambi lempitnya, ia menggeliat lagi.. tapi tak ada keluhan berarti.
Basah serambi lempitnya melumuri jariku..
“Ommhhh.. ahhkhh” ia mengerang sambil menjambak rambutku, makin basah kurasakan pada jariku di dalamnya.
“Hentikan Jo..” hatiku sendiri berteriak
Kuhentikan perbuatanku, kulihat wajah kenikmatans Chika. Ia terengah-engah seperti burung dara setelah adu balap.
“Gimana sayang? Masih sakit?” tanyaku
Sambil terengah-engah ia menjawab, “udah mendingan Om”
Aku memeluknya, sampai ia tertidur.
Aku tinggal ia ke belakang, bersantai di balkon dekat kamar mandi. Kunyalakan rokokku, ada tetanggaku mendekat sambil senyam-senyum tai.. iya tai.. senyum lalu nyelonong ambil rokok tanpa ditawari, minum dari botol teh yang ku beli tadi sore.
“Sukses bro?” tanyanya
“Masih kuliah” jawabku sok polos
“Ahh becanda kau bang, itu tadi tante2. Tante keluar dapet cabe” balasnya
“Bilang tu anak cabe aku tampol kau.. dia cewek resmiku bro.. kita harus pesen dari bocah karena takut keduluan orang macam kau yang tiap malam bawa pulang cabe” kataku
“Sialan.. gak tiap malam juga bang.. kadang libur kalo ada razia..” jawabnya.
Kami tertawa sambil menikmati rokok.
“Malam ini ada razia gak?” tanyaku.
“Aman..” jawabnya singkat
“Kok gak bawa cabe?” tanyaku lagi
“Kata siapa.. noh dibawah ada 2” kata dia sambil mengeluarkan 4 batang rokok dari bungkus.
“Minta bang, duit abis. Harga cabe naek” sambungnya sambil nyelonong.
“Aman ya.. gimana kalo Chika nginep ya? Kira2 kak desi ijinin gak ya?” pikirku yang mulai tertarik menikmati Chika.
Kumulai BM kak Desi,
“Kak, Chika suruh pulang jam berapa?” tanyaku
“Maksimal jam 9 Joo.. lebih dari itu kamu aku sunat sampai mentok!” jawabnya
“Oke Bunda.. ” balasku
“Sunat sampai mentok? Aduh gimana kalau ketahuan dia udah gak perawan ya? Mati aku bisa dikebiri nih..” batinku khawatir.
Aku pun masuk kamar bermaksud membangunkan Chika.
“Chikaa.. bangunnn.. Chikk..” kupanggil dan kugoyang-goyang badannya.
Ia pun terbangun, “Om..” hanya itu responnya.
“Sayang pulang yuk..” ajakku
“Nginep sini aja boleh Om?” tanya Chika
“Bunda udah nyuruh pulang” jawabku
“Bunda gak ngertiin pengantin baru ihh” ucapnya sambil bangun dan memungut pakaiannya.
Ia kenakan pakaiannya, aku yang penasaran kemana celana dalamnya akhirnya tahu kalau celana dalamnya ia kantongi di saku sweater.
Ia ambil tas slempangnya dan kembali duduk di pangkuanku. Ia pun mengecup bibirku
“Emuuachh.. Chika sayang Om Bejo” katanya
“Masih ngigau? Sana cuci muka..” balasku
“Jahat amat Om..” sahutnya sambil berlalu ke kamar mandi.
Aku pun bersiap mengantar Chika pulang, hampir jam 9. Takut Kak Desi marah. Tapi aku berniat membelikan martabak untuknya.
Kami berboncengan membelah malam, ke arah pusat jajanan. Saat melewati penginapan, aku lihat mobil yang aku kenal ada di sekitar. “Udah mulai ternyata” batinku.
Aku pun mengantar Chika pulang dengan sehat walafiat hanya kurang 1 saja yaitu perawannya yang jebol tanpa kunikmati. Iya aku tak menikmatinya karena aku dilanda bingung dan panik.
Aku pun kembali ke kost dan bermaksud menelepon bos.
“Halo selamat malam Pak” sapaku
“Malam, gimana? Targetmu keluar malam ini. Sudah tau info rekannya?” tanya boss
“Saya sudah punya beberapa nama, jumlahnya mencengangkan boss. Sepertinya penyakitnya sudah kronis. Maaf sebelumnya, sepertinya rekan target hanya memanfaatkan penyakitnya” jawabku
“Aku ga peduli Jo.. besok kita ketemu siang, jam 1 di tempat biasa” balas si Boss
“Baik pak, tapi bapak sendirian. Jangan bawa siapa2. Walaupun ajudan bapak” kataku
“Oke Jo.. besok aku tunggu” katanya lagi
Telpon pun ditutup.
Esoknya, hari jumat aku kuliah 1 MK. Tak ada yang spesial hanya saat bertemu Dina, ia seperti makin ramah padaku. Mungkin karena dia tau aku sekarang pacar adiknya. Lucu memang, aku yang sudah bangkotan berpacaran dengan adiknya yang masih belia.
Jumat siang, saatnya aku melapor hasil kerjaku ke Bossku. Kubawa catatan nama rekan targetku, dan pakaian gym karena aku akan sekalian latihan. Tak lupa aku kirim pesan ke Chika kalau aku tidak bisa jemput dia sore nanti sepulang dia kegiatan pramuka. Aku bilang padanya kalau bertemu besok saja sekalian malam mingguan.
Aku pun memacu sepeda motorku ke warkop sekitar kantor bos. Mobil dinasnya belum terparkir di sana. Aku pun masuk dan pesan minum selagi menunggu Bos.
Tak lama berselang beliau datang sendiri tanpa ajudannya. “Bagus lah” pikirku.
“Mana daftar namanya Jo?” tanyanya setelah duduk
“Ini Boss, nama2 yang sudah saya kumpulkan. Mereka pernah jadi rekannya.” kataku sambil menyerahkan secarik kertas yang aku persiapkan.
“Kamu yakin ini?” ucapnya yang nampak sangat marah saat membaca tulisan tanganku.
“Yakin Pak. Tapi itu belum semua, semalam saya belum mendapatkan nama. Mungkin 2 atau 3 hari lagi” jawabku mantab.
“Sudah Jo, aku akan langsung usir dia sepulang kerja.” kata bos
“Pak.. saya semalam ketahuan membuntuti. Sepertinya saya bisa terancam karena mereka berkuasa. Bisa bapak rahasiakan bagaimana bapak cari info? Atau setidaknya merahasiakan saya sebagai pencari info.” kataku memohon.
“Itu mudah Jo, dia tau saya punya orang banyak. Meskipun entah berapa yang bisa dipercaya. Kamu tenang saja. Aku bisa rahasiakan, tapi maaf untuk perlindungan.. aku ga bisa kasih Jo, mereka lebih berpengaruh” ungkapnya.
“Saya bisa atasi asal bapak rahasiakan info ini berasal dari saya, selamam saya mengaku sebagai pelanggan. Saya juga bawa teman wanita untuk berjaga2 kalau kepergok” kataku sambil bersandar santai.
“Oke beres Jo, ini buat kamu. Kalau kurang telpon saja” ucapnya sambil menyodorkan amplop coklat yang buru2 aku masukkan tas berisi pakaian gym.
“Terima kasih pak, ngomong2 soal target.. beliau memang sering menggoda, semalam saja ia bilang agar tidak usah sewa kamar, lebih baik ikut kita saja” kataku yang membuat beliau kaget.
“Kamu terima?” reflek Bos bertanya.
“Gak lah pak, meski di goda begitu saya masih kontrol. Masa iya saya main sama istri Bos.. beda lagi kalau jandanya Bos..” kataku sambil meringis
“Besok kamu sudah bebas Jo, mau kamu apakan juga silahkan.. awas Jo.. jangan sampai kena masalah sama orang2 ini (yang di daftar selingkuhan Bu Dyah) mereka bahaya” aku lega udah dapat ijin darinya.
“Menang banyak nih” batinku.
“Saya tunggu kabar target disingkirkan pak.. hehe” kataku
“Kayaknya udah ga sabar kamu Jo” katanya menanggapi
“Saya penasaran Pak, gimana rasanya apa sebegitu hebatnya sampai begitu gilanya dia” kataku lagi
“Dia hebat Jo, saya aja ga kuat kalo udah dapat goyangannya. Aduh… sayang sebenernya lepasin tapi jijik juga kalo di pelihara. Orang macam dia bahaya Jo, kamu beneran hati2 Jo” nasehatnya
“Siap Pak” ucapku sambil memeragakan posisi hormat
“Yasudah saya duluan Jo. Jangan sampai berurusan dengan mereka terlalu dalam Jo, bahaya” ucapnya lagi sambil berlalu.
Aku yang bahagia setengah mati mendapat restunya pun senyum2 sendiri sampai diperhatikan orang warkop.
Aku yang selesai laporan pun pergi dari tempat itu dan menuju tempat fitness.
Jam 4sore aku pulang, berbarengan dengan bubaran anak Pramuka. “Oh mumpung mereka bubar, sekalian jemput ahh” batinku yang masih berbunga.
“Chika sayang, kamu udah pulang belum? Mau jemput ndak? Om pulang gym nih” pesanku delivered.
“Eh katanya ga bisa jemput Sayang? Yaudah jemput Chika yah.. tadinya Chika mau bareng temen, tapi gak jadi deh kalo dijemput Om Bejoku ” balasnya.
“Aku udah di depan sekolah” segera kubalas pesannya
“Udah kliatan kok tuh sayangku yang anunya keras.. haha.. ” balasnya lagi
“Berani bener dia chat gitu, kalo ketahuan kan bisa abis aku kena omelan emaknya” batinku.
Ia pun senyum sambil berlari menghampiriku, lalu naik ke boncengan dengan semangat.
“Kamu tuh ya.. chat gitu.. kalo ketahuan emang gak malu?” tanya ku.
“Iya nanti aku hapus” jawabnya.
Kami pun langsung ke rumah Chika tanpa mampir lagi. Santai ku kendarai motorku yang memang jarang melaju kencang.
Kita pun sampai ke rumahnya, “jangan lupa BM tadi dihapus ya.. jangan sampai ketahuan” kataku pada Chika yang turun dari motorku
“Iya.. eh mampir dulu gak Om?” tanya Chika
Tiba-tiba “Ciee.. pasangan paling romantis tahun ini jatuh kepada…”
“Apaan sih Kak..” ucap Chika memotong candaan Dina.
Meski tak sekenikmatans Chika, Dina ini punya body sangat bagus.. dadanya hampir sebesar milik Bundanya.
“Ehh.. kakak ipar..” kataku menyapa sambil cengengesan
“Aduh bang.. udah yakin nih sama Chika? Gak milih kakaknya aja?” kata Dina yang berkacak pinggang menampilkan bodynya sambil melirik Chika.
“Gak deh.. adeknya bisa nangis guling2 nanti” jawabku
“Udah Om. Jangan layanin nenek lampir itu..” katanya sambil menjulurkan tangan ingin bersalaman dan mencium tanganku
“Ampun deh.. dasar pengantin baru!” komentar Dina yang melihat Chika mencium tanganku
“Pamit dulu ya semua..” aku pun berlalu buru-buru karena lelahku sudah di puncak.
“Oalah Din.. kalo cuma Body sih masih milih Bundamu” gumamku diatas motor.
Aku pun pulang ke kost dan beristirahat. Jam 5 aku mandi, tak ada yang spesial. Para alay pun masih di depan, mereka belum keluar mencari yang pedas-pedas. Aku pun keluar membawa rokok dan sebotol mineral. Para alay yang kelaparan akan rokok lalu menrampas habis rokok yang aku bawa. “Untung stok banyak” pikirku.
“Bro.. belum hunting?” tanyaku.
“Masih nunggu kabar, kalo ga aman ngapain bawa pulang.. rugi ngejajanin” jawabnya
Memang kami tak pernah menanyakan lebih tentang masalah seperti itu, paling hanya sekedar bahan membuka omongan.
“Kalo ada kabar, cepetan update ya.. kabarin semua yang disini. Jangan sampai kayak waktu itu, buru2 aku mainnya” kataku
“Halah.. itu sih karena berita ngadat bro, kabar turun jam 7 kalo ga salah kemarin tuh” jawabnya
“Bro.. bukannya itu barang mu?” kata salah seorang alay padaku
“Eh.. kok bawa tas segala.. maghrib gini mau pindahan?” kata yang lain.
“Wah masalah ni” kataku pelan
“Kita ga ikutan yah..” kata mereka sembari bubar yang memang waktu udah maghrib
“Jo..” katanya sambil duduk
“Kok ibu bawa tas gitu? Mau kemana?” tanya ku
“Ibu diusir Jo, kamu laporin ibu ke bapak ya?” katanya sambil sesenggukan menangis
“Gak lah bu, mana mungkin.. saya kan udah ambil bayarannya dari ibu” jawabku
“Ahh.. udahlah.. lagian udah kejadian.. aku nginep sini ya Joo.. semalam aja” ucapnya sambil menghapus air matanya.
“Waduh, nginep ya.. aman gak ya? Eh gimana kalau aku antar ke rumah orang tua ibu?” tanyaku sambil menawari bantuan
“Bego.. aku malu.. ketahuan selingkuh malah pulang.. iya kalau masih dianggap anak sama mereka. Hikss.. aku nyesel Jo.. aku kira bapak bakal maklumin karena nafsuku gede” katanya kembali menangis.
Aku ambil tasnya “ke kamar aja dulu Bu” ajakku
“Mainkan sekenario dulu deh” pikirku mulai memutar otak
Aku masuk kamar di ikuti Bu Dyah, ia langsung tengkurap membenamkan wajahnya di bantal.
“Bu aku carikan kontrakan atau kost dulu yah, biar aman” kataku sambil berpakaian agak rapih.
Aku tinggal Bu Dyah di kamar, ku pacu motorku sampai ke rumah Bos.
Kutemui dia yang sedang di balai belakang setelah bertanya ke pembantunya.
“Maaf Pak, boleh saya bicara sebentar?” Kataku sambil membungkuk
“Oh kamu Jo.. ada apa? Kalo soal target udah angkat kaki dia” ucapnya sambil senyum sinis.
“Iya Pak saya tahu, malah ke kost saya dan bilang kalau saya yang melaporkan. Saya takut pak kalau saya dikejar orang2 itu” kataku yang membuat Bos menoleh padaku.
“Aku sudah rahasiakan padahal Jo.. sumpah deh aku ga sebut namamu. Dia dimana sekarang Jo? Masih di kostmu?” tanya Bos balik
“Iya pak target di kost, waktu datang tadi nangis dan bilang semua pasti karena saya. Makanya saya lari kesini Pak” jawabku
“Percaya Jo, kamu ga aku sebut-sebut kok. Bagus kan kalau di kostmu. Pakai daster gitu, bisa langsung pakai” ucap Bos sambil menggerak-gerakan alisnya.
“Ahh Pak. Mana saya kepikiran tadi.. taku duluan yang ada pak.. yasudah pak saya cuma memastikan kalau nama saya tidak disebutkan, saya permisi Pak” aku pun berbalik hendak mencari kost untuk Bu Dyah.
“Bentar Jo.. beli terong jo, biar kamu gak kalah sama dia.. haha..” katanya sambil tertawa diikuti tawaku juga
“Pantas.. pakai terong, coba bisa lama pasti ga akan selingkuh” kataku dalam hati.
Aku pun mencari kost/kontrakan yang murah bebas serta kondusif. Sebenarnya mudah carinya, karena aku banyak tau soal tempat tinggal yang tipe gitu. Apalagi untuk cewek, kost cewek salon karaoke sampai yang esek2 juga aku tau, karena dulu sempat hampir tinggal tinggal di daerah itu. Tiba-tiba aku teringat satu tempat kontrakan, yang punya kenal denganku.
Aku pun pacu motorku ke sana, kenalan ku ini pria paruhbaya yang pandai ngomong. Ramah sih, kalo udah nongkrong ada aja yang dibahas tapi 1 penyakitnya.. takut bini..
Aku pun kembali ke kost untuk minta KTP Bu Dyah dan ambil uang untuk bayar kontrakan.
Saat aku sampai kamar, aku terkesima melihat bu dyah. Tadi sore aku belum sadar jika ia hanya memakai daster tipis dengan dalaman yang terawang. Aku remas pantatnya, “ohh.. Jo..” erangnya saat sadar aku yang meremas.
“Dapat kontrakannya Jo?” tanya Bu Dyah sambil duduk
“Belum Bu, saya pinjam KTP ya Bu..” jawabku sambil memerah dadanya.
“Ougghh… KTP di dompet dalam tas itu” katanya sambil menunjuk tas slempangnya.
Kuambil KTPnya, kudekati Bu Dyah lagi.
“Kunci pintu dari dalam ya Bu” perintahku sembari memcium pipinya
“Iya tadi aku lupa Jo” balasnya
Aku pun keluar dan bergegas ke tempat kenalanku.
Aku pun sampai ke tempat kenalanku dan menanyakan kontrakannya, kontrakannya ini ada 4 petak. Dimana 3 diantaranya sudah diisi oleh wanita malam, orang kumpul kebo dan 2 wanita pekerja salon yang tinggal 1 kontrakan.
“Kalo ditempati pasangan kumpul kebo 1 lagi gimana Cil?” tanyaku pada si Kancil, Kancil adalah panggilannya.
“Ohh ya kalo gitu biaya naik” jawabnya enteng.
“Ku kira mau sama binimu Jo, ternyata doyan juga kumpul kebo.. hehe” sambungnya.
“Aku kan bujang Cil, ngumpul sama kebo montok sih aku demen Cil..” balasku
“Kerja dimana dia Jo? Lah binimu gimana?” tanya dia
“Aku bujang Cil… ini ktp yg mau ngontrak sini, kalo aku kesini jangan grebek Cil.. kalo orang lain grebek aja ga papa.. seneng malah aku..” kataku padanya
“Mana ada yang percaya kamu bujang Joo.. besok aja ktpnya, minta kopinya aja 2 lembar.. santai saja sama aku Jo.. sukur2 aku juga dikasih jatah Jo..” balasnya.
“Udah berani ngadepin bini mu Cil?” tanyaku menyindir
“Pukimak kau.. jangan bawa2 nenek lampir itu Jo.. merinding bawaannya” balasnya
Kami pun tertawa saat kancil bilang nenek lampir.
“Ini duitnya ya, nanti aku kayaknya nyobain kasur pemberianmu ini Cil” kataku sambil menggelar kasur bekas pemberian kancil sebagai hadiah karena aku yang menyewa.
Kami pun beranjak dari kontrakan kancil, aku antar dia pulang ke rumahnya yang hanya berjarak 200mtr-an dari situ.
Aku pun bertemu istrinya, kami hanya bertegur sapa sebentar. Istrinya ini sebenarnya cantik, tapi bodynya kurang menarik dan ditambah dandanan menornya jadi semakin ancur saja.
Aku pun pulang dengan kunci kontrakan baru.
Aku pulang sambil memutar lewat kota, dimana tujuanku melihat polsek.. memantau kondisi aman atau tidaknya malam ini kondisi kost. Ternyata polsek sepi, tidak ada atau belum ada persiapan briefing.. entahlah aku pun kurang tau.
Aku pun pulang ke kost, sesampainya di kost hanya ada 2 alay di luar dengan 2 cabe segar.. “korban baru nih” batinku saat tiba di kost.
“Ciee cewek baru..” kataku saat mendekati mereka.
“Ahh bro.. bisa aja..” jawab seorang dari mereka Ngocoks.com
“Aman kah?” Tanya ku..
“Aman lah.. tuh bang debt colector juga bawa oleh2” jawabnya
“Oke sip.. thanks..” kataku sambil meninggalkan mereka
Aku pun naik dan hendak masuk kamar.. terkunci pakai slot
Ku ketuk pintu.. dogh.. dogh.. dogh..
Pintu pun terbuka oleh Bu Dyah, yang masih berpakaian lengkap dan bermuka sembab.
“Belum tidur bu?” tanyaku sambil duduk di atas kasurku.
“Gak bisa tidur Jo, abis diusir eh sekarang banyak suara begituan..” katanya sambil menunjuk kamar sebelah.
“Namanya juga kost cowok Bu, bebas dikit bawa deh temen biar ga bengong” sahutku
“Aku malam ini libur ya Jo, lagi gak mood” katanya lagi
“Iya bu, saya juga capek.. tadi latihan jadi pegel badan” kataku sambil membuka pakaian dan menyisakan boxer tanpa CD.
“Eh katanya capek kok buka baju?” tanya Bu Dyah yang sudah berbaring.
“Saya tidurnya ya gini Bu, biar adem” jawabku sambil mengambil posisi berbaring di sampingnya.
“Nanti digigit nyamuk lho Jo” kata bu Dyah yang memandangi tubuhku
“Paling nyamuknya ibu, mau gigit ini” kataku sambil meletakkan tangan bu dyah di selangkanganku.
“Iihh gak lah..” ia pun ber balik, tidur menyamping membelakangiku.
Aku pun yang lelah akhirnya tertidur..
Pagi aku terbangun jam 4.. “kepagian” pikirku..
Samping kamarku sedang berisik, mungkin cabenya kesiangan mau dijual di pasar atau kesiangan mau dibalikin ke tempatnya.
Aku bangun dengan badan yang segar, kulakukan pemanasan seperti biasa.
Tiba2 perutku ada yang berbunyi.. iyalah aku belum makan dari kemarin.
Pagi itu aku berniat mencari bubur ayam di pasar pagi, lumayan buat sarapan pikirku.
Aku pun bersiap memakai celana kaos dan jaketku, kupandang nyenyaknya bu dyah.. “wajahnya innocent kalau sedang tidur” pikirku.
Aku pun keluar tapi bertemu dengan cabe yang juga mau pulang, mereka berdua sepertinya tak diantar.
Aku pun menyapanya dan sedikit menggoda.
“Kayaknya semalam enak nih sampe kedengeran di kamarku” ucapku sambil merangkul salah satu dari mereka.
“Eh mas bejo ada2 aja, masa sih sampe kedengeran? Wah mungkin mas bejo mimpi kali..” sahut salah satu diantara mereka
“Kalo ini mimpi gak yah?” kataku sambil meremas dadanya.
“Ihh.. awas loh mas, ketahuan mas debt colector.. bisa kena marah tuh remas pacarnya” sahut yang satunya
“Loh kalian berdua pacarnya debt colector?” tanya ku penasaran
“Dia aja mas, aku sih cuma pemain pendukung” ungkapnya
Aku kaget, mereka berteman dan debt colector menggauli mereka bersamaan. Gimana caranya. Aku juga mau. Pikirku.
“Eh sorry ya.. aku kira bukan pacarnya” kataku sambil melepas rangkulanku
“Gak papa mas, lagian kayaknya mas bejo lebih kuat. Ototnya bikin pengen” kata pacar debt colector
Gila ini cabe.. berani bener ngomong gitu.
“Iya sih.. semalem aja butuh obat buat kita” sahut temannya
“Haha.. kalian aja kali yang terlalu mantab” kataku sambil mengeluarkan motor mereka.
“Mungkin ya mas.. kita nafsu banget sih kalo main bareng” sahut pacar debt colector
“Kalian ini bener2 ya.. eh dia kan libur.. kenapa gak main sampe puas? Bolos aja sekolahnya” kataku
“Yah mas ini, sekolah ya sekolah mas.. gini tu cuma buat hiburan” jawabnya
“Pemikiran yang bijak.. sekolah yang bener ya..” nasehatku sambil ku naiki motor bersiap ke pasar.
“Iya lah mas.. duluan ya mas..” kata mereka sambil tancap gas.
Oke.. aku pun tancap gas ke arah berlawanan, pasar pagi..
Bersambung… Aku pun membeli 2 bungkus bubur ayam dan 2 teh kenikmatans lalu kembali ke kost.
Aku pun masuk ke kost dan menuju kamar, kamar depanku yang tadi saat aku berangkat sepi kini jadi ramai suara khas orang bersetubuh. “Mulai lagi nih alayers” batinku.
Aku pun masuk dan menyiapkan tempat makan, kemudian membangunkan Bu Dyah yang masih terlelap. Kini ia terlentang, payudara besarnya terlihat kecil saat posisi ini “mungkin tumpah karena kendor” pikirku mulai ngeres.
“Bu bangun Buu..” ku goyang2 badannya.
Tak ada respon, aku iseng.. kubuka kancing dasternya. Hanya ada 3 kancing disana. “Oh bener tumpah” setelah kulihat bagian atas payudaranya.
“Buka semua bawahnya ahh..” gumamku saat beralih ke arah selangkangannya.
Ku singkap dasternya lalu ku angkat pinggulnya, kutahan dengan satu tangan dan ku tarik CD itu buru2 karena berat.
Badan Bu Dyah tidak gempal seperti kebanyakan ibu2, mungkin karena masih muda. Ia memiliki badan setinggi telingaku. Cukup lumayan tinggi jika dibanding wanita indonesia lainnya. Pinggulnya lebar, perut rata, dada besar. Lemaknya seakan tahu dimana ia harusnya berada.
Aku yang sudah berhasil menarik CDnya kini ku mainkan jariku disana, ku jelajahi perabot pribadinya.
Ia menggeliat saat aku menyentuh clitorisnya. Ku usap terus dan sesekali kupilin clit nya itu. Ia menggeliat namun tetap terpejam.
“Susah amat bangunnya Bu, gampang bangunin rudalku” batinku saat aku sadar rudalku sudah mulai terbangun.
Kini kutusukkan jariku ke liang senggama Bu Dyah. Seketika ia terbelalak sadar ada yang memasukkan benda ke serambi lempitnya.
“Ahh Joo.. apa-apaan sih.. masih pagi udah ngobel serambi lempit” katanya saat sadar jarikulah yang memasuki liangnya
“Bangun dong bu, sarapan, eh masih pagi udah basah aja” kuperlihatkan jariku yang basah ke Bu Dyah.
“Jorok ahh..” sahutnya
“Nih Bu buat sarapan” kataku sambil mendekatkan jariku ke mulutnya.
Ia pun mengulum jariku yang berlumur air serambi lempitnya sendiri.
“Kamu ada-ada aja Jo, eh sarapan ya..” katanya sambil melepas tanganku dan melihat bubur ayam.
“Iya Bu” aku mendekat ke bubur dan teh kenikmatans yang sudah kubeli.
Bu Dyah pun mengikutiku duduk di lantai beralas tikar.
Aku selesai duluan, dan menyalakan rokokku. Tak lupa juga kubuka jendela kamar tanpa membuka tirainya agar udara segar masuk ke kamar.
Aku mulai buka percakapan, “ibu siap tinggal sendiri?”
“Siap gak siap, harus siap Jo..” jawabnya
“Nanti ibu udah bisa pindah ke kontrakan, jangan khawatir udah aku lunasi buat 2 bulan..” balasku
“Kamu ga mau tinggal sama-sama Jo?” tanya Bu Dyah yang masih menyuapkan bubur ke mulutnya
“Jangan deh Bu, tapi nanti aku kayaknya sering mampir” jawabku
“Enak aja, emang aku simpanan mu?” cercahnya
“Emang ibu gak kangen sama rudal Bejo?” tanyaku sambil senyum sinis
“Kangen sih Jo, eh kemarin kamu bawa anak kecil.. siapa?” tanyanya yang ikut menyalakan rokok
“Pacar ku dong Bu..” jawabku bangga
“Gila kamu Jo.. emang gak pingsan dia di genjot sama kamu?” tanya Bu Dyah
“Lama digenjot emang bisa bikin pingsan Bu?” ku balik tanya
“Bisa lah.. kemaren aja kalo diterusin aku bisa pingsan Jo.. kebanyakan keluar” jawab Bu Dyah
“Hari ini aku libur kuliah Bu, mau aku bikin pingsan?” aku melirik bu Dyah
“Gak ahh.. tapi kalo enak mau sih” jawabnya sambil membuka dasternya.
“Eh.. CD ku mana?” sambungnya dengan wajah bingung
“Tadi kulepas waktu bangunin ibu” jawabku
Ia pun meletakkan rokoknya lalu menghampiriku dan berusaha melepas kaosku.
“Kalo bapak tau aku suka rudal kamu, bapak gimana ya?” aku kaget dengar itu keluar dari mulutnya.
“Pasti bapak bunuh aku Bu, dan ibu ga bisa rasain genjotanku lagi” aku pun membuka pakaian bawahku dan pindah ke kasur.
Bu Dyah yang bersemangat mengikutiku lalu menerkam rudalku yang masih belum full berdiri.
“Kalau saja bapak punya rudal kayak gini, aku gak akan cari yang lain Jo” ucapnya sambil mengurut rudalku.
“Kalau ibu udah punya aku, apa besok ibu masih cari rudal lagi diluar sana?” tanyaku padanya
“Mungkin cari lagi Jo, tapi buat jadiin aku istrinya biar gak capek kerja. Lagian kerja disini susah kalau gak pake setor serambi lempit ke atasan. Bonusnya kurang..” ucapnya sebelum ia masukkan rudalku ke mulutnya dan mulai menghisap-hisap kepalanya.
Ia pun mulai dengan favoritku, mengulum kepala rudalku dan menyedotnya kuat-kuat lalu mengocok bagian yang tak ia masukan.
“Bu.. ohh.. ibu emang paling pinter soal nyedot.. ohh..” erangku saat ia perlakukan demikian.
Akhirnya perjuangannya terbayat dengan tegaknya rudalku.
“Jo.. aku mau rasain rudalmu langsung ya? Boleh yah Jo?” ia memohon, mungkin masih ngeri saat ingat terakhir kali ia aku perlakukan kasar di sini, di kamar ini.
“Boleh kok Bu, coba aja sampai ibu puas” aku yang sudah horny dari kemarin pun mengijinkan.
Ia kemudian naik ke atasku yang kini telah berbaring menunggu aksi bu dyah.
“Ini rudal yang aku pengen Pak..” ucapnya sambil memasukkan rudalku ke dalam liang senggamanya.
“Joo.. bilang ke bapak kalau aku suka goyang di atas rudalmu Jo..” erangnya saat mulai menggoyang
“Aku pasti bilang Bu.. goyangan ibu paling enak..” aku ikut mengerang akibat goyangan dan aksi naik turun pinggul Bu Dyah.
Bu Dyah menggoyang pinggulnya ke kiri kanan depan belakang dan naik turun tak kenal lelah. Ia memacu goyangannya makin intens tanpa rasa canggung lagi. Ia semakin buas seolah ingin segera mencapai puncak. Aku yang sangat menikmati aksinya ikut menyodokkan pinggulku naik turun dengan hujaman keras namun ritme pelan.
“Plok plok plok” suara kelamin kami seakan memenuhi ruangan bahkan mungkin sampai terdengar keluar, tapi kami tak pedulikan.
Ia pun menghujamkan pinggulnya “Ahhh Bejooo…” Bu Dyah melolong menikmati sesuatu keluar dari liang serambi lempitnya.
“Jo.. kamu hebat” katanya sambil telungkup di dadaku
Aku ingin menciumnya tapi posisi tak memungkinkan, namun Bu Dyah malah menjilati putingku.
Aku menggeliat geli akibatnya dan ku goyangkan pinggulku, dimana rudalku yang tegak masih bersarang di liangnya.
“Ahh Jo.. kamu nakal.. kamu nakal sayang…” aku malah semakin bersemangat.
Ku pegang pantatnya yang berbentuk seperti buah salak itu, lalu ku hujamkan rudalku keras dengan ritme pelan.
“Bejoo.. ancur serambi lempit ku Jo.. ohhsss…” erang bu dyah menahan gempuranku
Aku hujani genjotan cepat setelah aku mulai merasakan adanya perlawanan dari Bu dyah. Dan aku mulai kesakitan saat bu dyah benar2 menjambak rambutku..
Aku tahan rasa sakit di kepalaku, ku balik badannya hingga terlentang. Bu Dyah mengapit kakinya di pinggangku seolah tak ingin aku pergi atau mengakhiri gempuranku pada serambi lempitnya.
Ku pompa lagi dengan posisi itu, beban tubuhku yang bertumbu di kedua lenganku membuat pinggulku bergerak bebas.. kecepatan dan hujaman kuat membuat Bu Dyah terpejam dan menyeringai tampa bersuara.
Tapi saat ku pelankan ia membuka matanya dan mengatur nafasnya yang terengah-engah. Kumulai lagi pompaan ku seperti tadi, kecepatan dan kekuatan hantaman yang kuat.
Kali ini Bu Dyah tak terpejam dan menyeringai. Ia seperti mulai mengerang-erang menikmatinya.
“Aaakkhhh…” hanya itu yang keluar dari mulutnya namun panjang dan dengan mulutnya yang terngaga. Bagaimana ia mengatur nafas aku tak peduli.
Aku kendalikan pikiranku agar menghujani dengan kecepatan penuh serta agar aku tak cepat keluar.
Ku hentakkan sekali dengan keras rudalku agar bersarang sedalam-dalamnya, aku belum keluar namun itu membuat Bu Dyah mengerang hebat.
“Joo… ahhh.. i cum Joo.. ahh.. ampun.. im fly.. ahh..” aliran deras membasahi rudalku seakan tak berhenti. Apakah ini yang dinamakan multiorgasme? Aku tak tahu pasti. Aku hanya menikmati permainan.
Bu Dyah menggigit bibir bawahnya dan ia terpejam. Aku yang masih menikmati denyutan serambi lempitnya, mulai mengatur nafasku. Nafas perut.
Matanya terbuka, denyutan serambi lempitnya mulai menghilang.
“Selamat pagi Bu” ucapku tersenyum.
“Apaan sih Jo” wajahnya memerah selagi membalas senyumku.
Aku cium bibirnya, kami saling melumat menghisap dan beradu lidah. Bahkan Bu Dyah menyedot liurku yang sebelumnya aku sudah merokok, sarapan tapi belum sikat gigi!
Lama kami berciuman, Bu Dyah kembali mengunci kakinya ke pinggangku yang tadi terlepas karena orgasmenya. Aku mulai paham apa yang ia inginkan, kembali kugoyang pinggulku dengan tempo pelan.
Ia melepas pagutannya pada bibirku, “Jo, tinggal sama-sama dikontrakan yah.. lagian pacar kamu masih kecil, belom bisa puasin kamu kan? Emang kamu tega perkosa dia?”
Aku tak menanggapi rengekannya, lalu angkat badanya. Kini ia ada dipangkuanku sembari memeluku. Ia erat mendekapku seakan tak ingin kehilangan aku.
Aku yang sudah berhenti bergoyang kini mengangkat-angkat pahanya bermaksud menyelesaikan perbuatan kami.
Bu Dyah yang masih lemah pun bicara “maaf sayang, aku lemes banget. Kamu aja ya nikmatin tubuh aku sepuas kamu. Jangan lupa, tubuh ku sekarang milik kamu seutuhnya. Gak ada bapak dan gak akan ada musuh bapak yang ingin hancurin hidup bapak”.
“Maksud ibu apa? Orang yang memusuhi bapak?” tanyaku sambil tetap menaik turunkan tubuh Bu Dyah dengan pelan.
“Iya sayang.. mereka musuh bapak, pengusaha, pejabat, dan ajudan bapak sendiri.. mereka musuh bapak. Aku cuma membungkam mereka dengan apa yang aku punya, tapi bapak malah mengusirku..” ungkapnya
Aku pusing mendengar cerita Bu Dyah, ia jujur atau tidak aku tak tahu.
Aku muak dengan politik.. aku muak!
Aku yang kesal membaringkan tubuh bu dyah, kali ini biarpun aku kesal.. aku tak kasar padanya.
Aku naikkan satu kakinya ke bahuku dan kumasukkan lagi rudalku ke liang senggama Bu Dyah.
“Bu.. ayo nikmati aku sepuas ibu. Aku mengabdikan diri untuk bapak dan ibu. Pekerjaan untuk bapak dan rudalku untuk ibu” aku mulai memaju mundurkan rudalku menyusuri liang senggamanya.
“Terimakasih sayang” jawabnya sambil mengekspresikan kebahagiaan.
Aku memacu rudalku kembali dengan cepat sambil berharap perbuatan kami cepat selesai. Aku kayuh secepat yang aku bisa. Aku tak pedulikan rintihan, erangan, rancauan Bu Dyah. Aku ingin segera melapor infoku ini ke Bos.
Aku buka mataku yang tadinya terpejam sambil menghujamkan rudalku maju mundur. Kulihat kini Bu Dyah menggigit lengan jaketku. Sepertinya ia kesakitan, lalu ku pelankan irama pompaanku, ia melepas gigitannya dan bernafas tak teratur. “Jo.. ampunn.. aku udah gak kuat.. kamu semakin liar Jo.. ampun.. tapi enakk..
“Syukurlah kalau ibu suka” aku yang mengayunkan rudalku dengan pelan mencoba menciumnya.
Kupindahkan kakinya yang tadinya di bahuku, lalu aku beringsut menciumnya.
Ciumanku disambut hangat olehnya, kurasakan keikhlasan saat kami berciuman. Aku kini posisikan bu dyah untuk menungging, memamerkan bongkahan pantat yang secara sempurna menghipnotisku dari dulu.
Aku ambil posisi dibelakangnya bersiap melanjutkan perjuanganku meraih kenikmatan birahi.
Aku gesek-gesek kepala rudalku di liang senggamanya, tak lupa ke arah clitorisnya yang mirip isi kacang. Bu Dyah mengerang dan menggeliat tak karuan.
“Ohh.. Joo… masukin please.. aku ga kuat Joo..” ia memohon untuk menyudahi perlakuanku pada clitnya yang menegang dan basah akibat cairan serambi lempitnya sendiri.
“Aku masukin ya Bu..” aku meminta restunya
“Iya Jo.. iyaa.. puaskan dengan tubuhku, aku milikmu Jo..” sahutnya sambil menggeliat tak karuan.
Aku yang sudah sangat bernafsu sudah tak lagi ingin berlama-lama. Aku masukkan lagi sang naga ke goanya.
Bless.. “puaskan dirimu Jo..“pesan Bu Dyah sebelum aku mengocok isi serambi lempitnya
Kujawab perintahnya dengan memaju-mundurkan rudalku.
“Ehhh ehhh ehhh” desahan Bu Dyah selaras dengan rudalku yang mulai bekerja menggali di liang senggamanya.
Kembali aku di dera nafsu yang sangat tinggi, seperti kerasukan aku menggempur liang milik Bu Dyah tanpa ampun.
“Ekhh sss ekhh sss ekhh” desahan Bu Dyah makin memperkuat dorongan yang ingin keluar dari dalam rudalku.
Aku yang menginginkan puncak terus memacu rudalku, bahkan satu tanganku menyusuri mencari clitnya dari depan.
“Ekhhsss Jo… jangan pegang itu Jooo… sssshhh” Bu Dyah mengerang hebat dan hamper tertelungkup, aku dengan sigap menangkap pinggulnya dan memacu gerakan rudalku menyusuri serambi lempitnya yang berkedut tanpa ampun.
“Joo.. udahh.. jo.. cukupp..” erangan bu dyah saat ku hujamkan kuat yang dibarengi semburan dari rudalku. Airku tumpah membasahi liang senggamanya. Tubuhku bergetar hebat saat merasakan kenikamatan itu. Aku juga mencengkram kuat pinggulnya yang tadi hampir terlepas saat orgasme Bu Dyah.
Aku merasa kali ini sangat puas menikmati perbuatan seperti ini, tanpa halangan apapun rahasia apapun dan semuanya kami lakukan secara ikhlas.
Aku cabut rudalku saat kurasa denyutan sudah berhenti. Aku berbaring di samping Bu Dyah.
“Bu, bisa ceritakan masalah yang ibu tahu? Siapa mereka Bu? Apa mereka akan mencelakakan bapak?” tanyaku dengan nafas terengah-engah.
“Aku akan ceritakan, tapi janji kamu gak akan libatkan diri terlalu jauh ya Jo.. aku sayang kamu Joo.. aku gak mau kehilangan kamu” Bu Dyah beringsut dan menjadikan dadaku sebagai bantalnya dan kemudian ia menangis.
Entah kenapa aku juga seperti punya perasaan khusus padanya, aku ikut sedih saat air mata mengalir keluar dari kedua mata indahnya.
Setelah air matanya berhenti keluar, ia mengatur nafas dan mulai bercerita.
“Berawal dari istrinya yang dulu Jo, dulu istrinya selingkuh dengan sopir pribadi bapak, lalu mereka bercerai dan sopir itu dipecat. Hak asuh anak ditangan bapak, dan bapak akan mengirimkan anak2 ke tempat keluarganya di tempat asal bapak. Tapi anak2 dihasut ibunya agar membenci bapak. Bapak bilang anak2nya di tempat keluarganya semua kan?
Itu bohong, sebenarnya anak2nya di kota sebelah ikut ibunya yang sudah menikah lagi. Hanya anak semata wayang kami yang ikut keluarganya. Salah satu yang melakukan denganku itu saudara kandung istri bapak yang dulu, dia ingin membalas dendam karena keluarganya dipermalukan dengan menuduh saudaranya selingkuh.
Padahal dia juga dihasut. Semua orang yang memanfaat aku itu orang2nya saudara mantan istri bapak. Mereka mengancam akan menghancurkan karir bapak kalau aku ga melayani mereka. Kamu tahu kan kalau bapak sangat cinta ke pekerjaan? Bisa gila bapak dilengserkan musuhnya. Atau bahkan bisa kena serangan jantung.
“Bu, aku ke tempat bapak ya, aku akan coba ceritakan cerita dari ibu. Mungkin bapak bisa percaya kalau aku yang cerita.” kataku yang tengah membelai mesra dirinya.
“Joo.. kamu nanti bilang apa kalau ditanya dari mana dapat cerita itu?” tanya bu dyah
“Aku akan bilang ke bapak kalau aku dapat dari ibu yang mulai sekarang akan aku jaga seperti istriku sendiri” balasku.
“Sampaikan ke bapak aku gak akan kembali, aku tak punya muka lagi di depan bapak” pintanya.
“Sekali lagi, jangan berurusan dengan mereka Jo, mereka bisa lakuin apa aja. Mereka gila..” sambungnya saat aku bangkit dan mengambil handuk.
“Bu apakah aku salah jika aku mencurahkan kesetiaanku pada bapak?” tanyaku
Bu Dyah bangkit dan memelukku, namun karena ia lemas jadi ia hanya mampu duduk dan memeluk kakiku.
“Jangan pokoknya jangan. Aku gak mau kehilangan kamu. Kamu masih punya banyak yang masih bisa kamu lakukan, kamu ga boleh berurusan dengan mereka. Aku ga mau kehilangan kamu Jo, setidaknya jika bukan aku.. ingat pacarmu yang masih kecil itu. Apa kamu rela dia dipermainkan sepertiku Jo? Jangan Jo kumohon..
“Chika, senyum kenikmatansnya, tawa usilnya, kecentilannya, manjanya” pikiranku tertuju padanya.
“Oke Bu, aku gak akan ikut campur lebih dalam. Aku hanya akan cerita pada bapak tentang cerita ibu” aku berkata demikian sehingga ia melepas pelukannya di kakiku lalu mendongakkan kepalanya bermaksud memandang wajahku. Tapi ia malah memandang rudalku yang mulai berdiri meski tak sepenuhnya bangkit.
“Ih malah berdiri lagi” katanya sambil menghapus air matanya
“Lah dipeluk wanita secantik ibu” kataku sambil melilitkan handuk dan keluar menuju kamar mandi.
Aku tak habis pikir, jika ibu melakukannya seperti yang ibu ceritakan maka berarti ia sangat mencintai bapak. Kenapa bapak tega mengusirnya jika seperti itu?
Selesai mandi aku kembali ke kamar, berpakaian bersiap ke tempat Bos.
“Bu mandi dulu sana, nanti sepulang dari tempat bapak kita ke kontrakan ibu” kataku pada Bu Dyah yang masih malas-malasan sambil telanjang.
“Iya sayang..” katanya sambil menyambar handuk di gantungan, melilitkan di tubuhnya lalu keluar tanpa menutup pintunya rapat.
Kulihat seseorang mendekati kamarku dan membuka pintu “manteb bro.. itu ibu2 boleh tuh” katanya.
“Heh alay, sorry aku susah dapat barang bagus. Gak pake duit pula. Mana boleh bagi2. Noh minta mas debt colector” kataku membalas si alay yang sepertinya bolos sekolah.
“Ajarin dong.. bro.. yang gratisan.. haha..” jawabnya sambil mengambil rokok di mejaku dan menyalakannya.
“Nanti aku ajarin, tapi soal bagi2 aku malas. Makanya udah ga pernah bawa cabe” sahutku.
“Oke.. selamat bersenang-senang ya.. minta lagi..” katanya sambil meloloskan 3batang rokok dari bungkusnya.
“Kamu minta ajarin apa minta rokok?” kata sambil ikut mengambil rokok
“Semuanya lah.. haha..” jawabnya sambil keluar dari kamar
“Benar kan penilaianku, gadis sekarang kalah berkualitas dengan mamah-mamah” gumamku.
Tak lama Bu Dyah kembali ke kamar dengan lilitan handuk di tubuhnya.
“Bu, nanti ibu kunci ya kalo aku keluar. Jangan pakai kunci slot biar aku bisa buka sendiri” kataku
“Iya.. kamu lama gak?” tanya Bu Dyah
“Gak kok Bu” jawabku
“Aku berangkat Bu” aku pun pamit sambil mencium pipinya lalu ngeloyor pergi membawa helm.
Aku harus ceritakan semuanya. Semoga bapak tak emosi dulu.
Baru sampai tangga aku mendapat BM, “Jo dimana? Mentang2 udah punya pacar.. gak pernah iseng caht lagi”
“Kak Desi yang cantik, baik, dan budiman. Saya sedang mau ke tempat Bos. Cari tambahan buat nraktir anak kakak yang cantik jelita bak tuan putri” balasku
“Eh lupa… Bunda.. udah gak lagi Kakak. Ngomong2 mau BAHAS Chika?” sambungku
“Iya Jo, ada yang perlu diomongin sebenernya” balasnya yang aku tau kalau dia akan paham dengan kode huruf kapital.
“Besok pagi aja Kak, kalau gak besok sore abis Chika dari sini” balasku.
“Oke” balasnya singkat
“Jangan2 dia marah. Wah harus aku buat jadwal ketat nih biar gak ribet” pikirku sambil memakai helm dan siap tancap gas.
Sabtu siang.. pemberhentian selanjutnya rumah Bos..
Sampailah aku ditempat Bos, rumah yang asri dipenuhi tumbuhan hias.
Aku pun memberi salam dan masuk ke ruang tamu, saat itu ada pembantunya sedang bersih2. Aku tanyakan keberadaan bapak, ternyata beliau sedang bersantai di belakang. Aku pun capcus ke belakang.
“Selamat siang Pak” sapa ku
“Siang Jo.. ada apa nih perasaan sudah semua laporannya” sahutnya
Aku pun duduk dan mulai bicara. Ngocoks.com
“Begini pak…(skip)” aku pun akhirnya menceritakan semua yang aku tahu dari Bu Dyah.
“Aku juga tahu Jo, mereka semua berhubungan. Makanya aku tak asal bertindak. Aku juga ingin beri perhitungan dengan jalan politik. Beberapa diantaranya akan aku jebak dengan kasus korupsi. Kamu liat aja nanti beritanya Jo..” katanya sambil tersenyum iblis.
“Rencana bapak sangat bagus dan sesuai jalur. Politik” kataku menganggapi
“Ngomong-ngomong gimana Dyah?” tanyanya sambil melirik dan menatapku seperti seorang teman
“Maksud bapak?”
“Apa dia ingin kembali ke sini? Dan gimana rasa goyangannya? Dia udah cerita segitu banyaknya pasti udah kamu jamah kan..” ucap Bos
“Bu Dyah udah gak punya muka lagi untuk bertemu bapak, saya minta maaf sebelumnya. Jujur saya baru tadi dapat ceritanya setelah kita melakukan itu, saya minta maaf pak.. bukannya saya tidak menghormati bapak” balasku
“Santai Jo.. lagi pula dia udah aku suruh angkat kaki. Walaupun itu karena aku emosi, tapi itu juga karena aku ga mampu memuaskan dia. Aku masih mencintai Dyah Jo. Aku ga akan ceraikan dia, aku akan tetap mengirim uang ke rekeningnya. Kamu gak akan bisa bikin dia hamil lagi kok Jo, kamu tenang aja. Waktu dia melahirkan, dokternya mensterilkan dia karena dia punya kelainan yang diketahui dokter saat melahirkan.
“Bagaimana mungkin jika Bapak masih mencintai Ibu malah saya menggumuli ibu semau saya. Saya tidak akan tega pak. Meski tadi saya sangat menikmatinya..” ucapku pada Bos
“Kalau dyah bersamamu, dia tak akan dimanfaatkan mereka lagi Jo. Apa kamu tega jika Dyah dimanfaatkan mereka? Dan jika dia bersamamu, setidaknya dyah bisa terbebas dari beban bersamaku. Aku bukan orang yang becus menangani semuanya. Aku bukan Dewa atau Tuhan. Aku hanya manusia yang suka mengejar ambisi.
“Mulai sekarang kamu ga ikut aku lagi, kamu jangan urusi masalah ini lagi. Itu saja. Sudah pulang sana..” sambungnya.
Aku yang masih meneteskan air mata karena terharu dengan pengorbanan Bos pun harus pamit. Aku jabat tangan Bos dan kucium tangannya.
“Saya pamit Pak”
Akupun menyeka air mataku dengan ujung lengan jaketku, aku pergi meninggalkan Bos yang menatap kosong dan menangis.
Aku pulang menemui Bu Dyah untuk membawa kabar dari Bapak.
Bersambung… Siang itu aku pulang langsung ke kost untuk menemui Bu Dyah.
“Aku harus jadi pemenang” batinku meneguhkan hati.
Aku langsung naik ke lantai 2 dimana kamarku berada, kubuka pintu kamarku yang terkunci.
Kulihat Bu Dyah sedang tidur hanya memakai pakaian dalamnya. “Akan aku apakan jika memang Bos menginginkan aku merawatnya? Aku saja sebenarnya masih labil” gumamku sambil menhampiri Bu Dyah untuk membangunkannya.
“Bu.. bu.. bangun.. bu” panggilku sambil menggoyangkan badannya.
“Udah pulang sayang?” Bu Dyah pun membuka matanya kemudian melihatku.
“Iya, ayo bu kita ke kontrakan baru nanti aku ceritakan pertemuanku dengan bapak disana” ajakku
“Oke deh” sahutnya lalu berkemas dan bersiap pindah.
Bu Dyah memakai daster yang kemarin lagi, daster harian motif batik yang tipis.
“Gak ganti baju Bu?” tanyaku
“Ngirit Jo, palingan sampai sana juga bersih-bersih” jawabnya.
Kami pun berangkat ke kontrakan baru, Bu Dyah yang kubonceng menggunakan motorku meneplok erat di belakang. “Aduh kalo gini caranya bisa pengen lagi nih, mana nanti ketemu Chika” pikirku.
Kami pun sampai di kontrakan baru Bu Dyah, dalam perjalanan kami pun tak lupa mampi untuk fotocopy KTP Bu Dyah untuk syarat tinggal di lingkungan tersebut.
“Bu, kita ke rumah yang punya dulu ya. Sambil kenalan dan nganter fotocopy KTP” ajakku setelah sampai dan menaruh tas Bu Dyah.
“Jauh?” tanya Bu Dyah singkat
“Deket, tadi kita lewatin” jawabku
Kami pun ke rumah si Kancil yang punya Kontrakan.
“Selamat siang bang Kancil” sapaku yang melihat kancil bersantai di warungnya.
Kancil dan istrinya membuka warung kopi di rumahnya.
“Eh Jo, kirain siapa. Ini istrimu?” tanya kancil sambil melirik Bu Dyah
Belum sempat ku jawab, Bu Dyah angkat bicara.
“Iya, kenalin bang.. Dyah” kata Bu Dyah
“Ternyata istrimu cantik juga Jo, kirain kamu maho Jo” kata Kancil sambil tertawa
“Loh si Kancil kok sampai sekarang gak percaya sih kalau aku bujangan?” pikirku sambil duduk
“Kopi susu bang, 2” aku pun memesan kopi agarlebih santai
“Ok.. bentar ya, sekalian aku panggilin mak lampir” kata Kancil.
“Awas denger” sahutku
Kancil pun ke dalam rumahnya yang berbentuk ruko untuk memanggil istrinya.
“Kok ngaku istriku Bu?” tanyaku
“Eh.. aku kira kamu nyeritain kalo aku istri kamu Jo. Ah sudahlah, aku juga gak nolak kok kalo jadi istrimu” jawabnya
Tak lama berselang Kancil dan istrinya pun keluar dan kami mengobrol mengenai banyak hal, mulai dari enaknya di kalo belom punya anak sampai repotnya kalo udah mikir masa depan anak. Yang jelas aku asal njeplak karena aku nikah aja belom.
Aku cuma berharap aku ga ditanya surat nikah atau apalah.. lagian aku juga ga tinggal disitu dan kalaupun ada masalah tinggal cari kontrakan atau kost baru. Simple.
Kalaupun ditanya lagi aku akan jawab kami baru pacaran, aku bujang dan Bu Dyah janda tapi anak ikut suami. Gitu aja kok repot.
Setelah kami mengobrol gak jelas kesana kemari akhirnya kami kembali ke kontrakan yang letaknya 200mtr an di belakang rumah Kancil.
“Gimana Bu lokasinya? Pas gak?” tanyaku
“Enak Jo, sepi. Gak jauh udah jalan raya, disana deretan toko ada” jawabnya
“Eh kok masih panggil Bu? Kan suami istri” sambungnya
“Itu sih ibu yang mau, aku sih ngakunya cuma pacaran ke mereka” kataku sambil menyalakan rokok
“Pacaran juga kan gak panggil Ibu” jawabnya yang sedang menyapu.
“Trus panggil apa? Dek? Inget umur Bu” kataku sambil cengengesan
“Nama aja lah biar gampang dan ga bingung. Nanti kalau ada orang aku panggilnya Mas. Biar kliatan mesra. Ok?” ujarnya
Bu Dyah yanh selesai menyapu pun ikut duduk disampingku dan menyalakan rokok.
“Ceritain Jo” katanya dengan nada serius
“Bapak sudah tahu jaringan musuhnya, sebenarnya bapak mengusir ibu karena emosi. Bapak mau minta ibu balik lagi tapi takut ibu jadi sasaran mereka. Bapak juga gak bolehin aku ikut campur, bapak akan selesaikan sendiri masalahnya. Tugas terakhir sebelum aku dipecat bapak…” ucapku terpotong
“Iya bapak pecat aku, karena bapak berkesimpulan aku dan ibu udah gituan setelah aku bilang aku dapat cerita yang seharusnya rahasia, yang bahkan ibu rahasiakan dari bapak.” ucapku
“Mungkin memang bapak udah gak percaya aku lagi ya, makanya aku di usir” katanya
“Bisa jadi. Dan tugas terakhirku dari bapak adalah jagain ibu. Bapak menitipkan Ibu, bapak masih mencintai ibu, katanya bapak gal akan ceraikan ibu, bapak juga akan tetap memberi uang untuk keperluan ibu, berarti bapak gak buang ibu” aku yang selalu kagum dengan bapak akhirnya meneteskan airmata.
“Kamu serius Jo?” tanya Bu Dyah
“Iya Bu, Bapak mencintai Ibu.. bahkan bapak gak mau ceraikan ibu. Mungkin kalau masalah ini selesai, bapak bisa saja jemput ibu pulang” kataku
“Tapi aku udah gak punya muka lagi buat nemuin bapak, kalau aku diceraikan juga aku gak mau perjuangin hak asuh anak. Karena aku tahu anakku akan lebih baik jika dibesarkan keluarga besar mereka” kata bu dyah sambil tersenyum namun matanya berlinang air mata.
“Ibu sayang sama bapak?” tanyaku
“Entahlah, tapi sikap bapak gitu. Aku pusing Jo.” jawab Bu Dyah sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.
“Aku akan jaga Ibu, sesuai permintaan bapak” kataku
“Udah lah Jo, biarkan semua berjalan apa adanya. Kita jalani saja, gak usah dipikirin.” balas Bu Dyah.
Aku pun mencium kening Bu Dyah, kemudian ia memandangku tak seperti pandangan biasa. Aku mengenal pandangan seperti itu, itu pandangan kenyamanan akan perlakuan seseorang.
“Aku serahin jiwa dan ragaku buat kamu Jo, aku gak bisa jauh dari kamu. Aku akan setia, gak akan aku selingkuh lagi, aku juga akan jujur dan terbuka.” ucapnya.
“Ibu masih termakan emosi, ibu tenangin diri dulu ya” kataku
“Jangan panggil Ibu” balas Bu Dyah yang kembali menyandarkan kepalanya di bahuku
“Baiklah, kamu istirahat dulu. Aku juga sepertinya butuh waktu. Maaf” kataku sambil menyalakan rokokku.
Bu Dyah bangkit dan berjalan ke arah pintu, ia menutup lalu menguncinya.
“Jo” panggilnya sambil berdiri di pintu kamar.
Aku tidak menanggapinya, masih terbayang bayangan dari suami resmi Bu Dyah. Aku takut salah, mau bagaimana pun aku selalu menghormatinya.
Kulihat Bu Dyah menanggalkan semua pakaiannya, ia kemudian rebah di kasur pemberian Kancil.
“Dyah, maaf” ucapku
Tak ada respon darinya, namun kulihat ia menangis diatas kasurnya.
Aku pun mendekatinya karena ia menangis,
“Dyah, kamu kenapa?” tanyaku
“Semua yang aku sayang udah gak mau nyentuh aku lagi, sejijik itukah kalian melihatku Jo?” jawabnya sambil menangis.
Aku tak membalas dengan kalimatku, aku langsung mengecup dahinya. Kukecup pipinya kemudian beralih ke bibirnya, kulumat dan kuhisap-hisap bibir tebalnya. Bu Dyah masih tak membalas, air matanya masih terlihat basah. Kusudahi pagutan pada bibirnya, lalu kuseka air matanya.
“Jangan ngomong gitu sayang, aku sayang kamu Dyah. Tak mungkin aku tak pedulikan kamu.” ucapku.
Aku yang bertumpu dengan siku di sampingnya ia peluk sampai aku terbaring. Ia kini berada di dadaku. Sudah tak terdengar isakan yang menandakan ia menangis.
“Aku janji kok bakal setia, gak akan selingkuh kalo kamu beneran sayang Jo” katanya yang kini sudah nampak tenang.
Aku tak bisa berkata-kata lagi karena aku saat itu juga ingat Chika.
“Gimana jadinya kalau dia tahu aku ada di pelukan seorang wanita yang juga mencintaiku?” pikiranku kalut.
Tangan Bu Dyah menelusup ke dalam celana dan CDku, meraih rudal yang baru setengah berdiri.
“Jo, malam ini temenin aku yah?” pintanya
“Maaf sayang, kita harus berpisah dulu. Senin aku pasti datang kok” kataku
Ia pun terdiam seperti memikirkan sesuatu.
“Kamu mau jalan sama pacar kamu itu?” tanya Bu Dyah
“Iya” jawabku singkat.
“Jangan lupain aku sayang, aku selalu nungguin kamu disini. Walaupun kamu membagi hatimu, aku akan tetap setia. Aku udah janji.” balas Bu Dyah sambil menghadapku dan tersenyum.
Tangan Bu Dyah masih tetap mengurut rudalku sejak ia meraihnya di dalam celanaku.
Memang serambi lempit Bu Dyah sudah tak senikmat serambi lempit Kak Desi, tapi ia memiliki sesuatu yang tak bisa dianggap sepele yang membuatku nyaman didekapnya.
“Aku janji akan selalu menjagamu, kamu harus ingat kalau kamu punya aku. Jangan kamu berikan kesempatan orang lain menikmatimu sayang. Aku gak akan terima.” kataku sembari membelai lembut rambutnya.
“Iya. Kalau kamu mau bahkan aku bisa ajarin pacar kamu gimana puasin kamu. Biar kamu setia. Asal kamu gak lupain aku.” katanya
“Masalahnya dia masih anak-anak, aku tak akan tega. Dia pasti kesakitan, aku gak mau nyakitin dia.” balasku
“Tenang saja kalau hanya itu yang kamu khawatirkan, aku bisa atasi” kata Bu Dyah.
Kami pun terdiam, tangan Bu Dyah tak henti-henti mengurut rudalku yang kini sudah berdiri tertahan pakaianku.
Tiba-tiba hapeku berbunyi, ku ambil hape di tas slempang yang bisa kuraih dari tempat aku berbaring.
“Om, jemput ya udah jam 3 loh.” Chika mengirimku pesan via BBM
“Oke, tunggu ya Chika ” balasku
Bu Dyah melepas rudalku dari genggamannya, lalu duduk di sampingku. Aku pun ikut duduk, aku pandang wajahnya.. ia tersenyum.
“Kalo mau pergi, aku gak papa kok” kata Bu Dyah yang tengah kupandang.
“Kamu rela aku pergi dengan Chika?” tanyaku yang tak sadar kusebut nama gadis mungilku.
“Namanya Chika? Aku rela kok, asal kamu jangan lupain aku. Aku akan setia nungguin kamu.” jawab Bu Dyah.
Aku pun berdiri, mengambil tas ku dan memakainya.
“Aku pergi dulu ya” aku pun pamit
“Senin kan?” tanya Bu Dyah.
“Iya” jawabku, lalu aku beringsut menciumnya. Ia membalas ciumanku seakan tak ada bertemu untuk waktu yang lama. Ia kalungkan tangannya di leherku, seperti tak rela aku beranjak dari tempat itu.
Aku lepas ciuman kami, Bu Dyah memandangku dengan pandangan sayu.
“Maaf sayang aku harus pergi” kataku yang masih di rangkul Bu Dyah
Bu Dyah melepas rangkulanku, ia tersenyum kenikmatans.
“Hati-hati sayang” kata Bu Dyah yang masih tersenyum kenikmatans.
Aku pun bangkit dan meninggalkannya demi menemui kekasih kecilku, Chika.
Aku pun langsung menuju rumah Chika dengan gas mentok.
“Jangan sampai Chika lama menunggu” pikirku.
Sesampainya aku di rumahnya, kulihat sepi. Hanya ada 2motor matic, yang berarti Kak Desi dan Dina ada di rumah.
Aku pun menuju pintu depan lalu memencet bel. Tak lama pintu pun dibuka oleh kekasih kecilku, Chika. Hanya saja sepertinya dia belum bersiap pergi.
“Eh kok cepet banget Om?” tanya Chika
“Untuk menjemput Tuan Putri mana boleh terlambat” jawabku yang membuat Chika tersipu.
“Masuk Om” ajak Chika
Aku pun mengikuti si centil itu dari belakang, kulihat cara berjalannya yang menggambarkan seorang gadis kecil periang.
“Eh ada kakak ipar” kataku.
“Eh Bang, mau jalan juga kah? Ikut gabung kita aja nanti, sama anak2 kampus” kata Dina
“Aku sih nurut Chika aja” jawabku
“Ogah ahh.. maunya berduaan, maklum pengantin baru” kata Chika sambil meringis memamerkan gigi-giginya.
“Yaudah Kakak berangkat dulu. Pergi dulu Bang. Itu bunda di dapur tadi” kata Dina sambil berlalu.
“Om, udah makan? Kalo mau makan, ke belakang aja, ada bunda. Chika mandi dan siap2 dulu” ucap Chika
“Yaudah sana siap2, dandannya gak usah lama2, udah cantik” kataku.
“Ihh.. suamiku genit” kata Chika sambil berlarian ke kamarnya.
Di rumah ini masing-masing kamar memiliki kamar mandi sendiri. Dan ada juga kamar mandi di samping dapur.
Aku pun ke belakang menemui Kak Desi.
“Sore kak” sapaku
“Sore, mau jalan sama Chika?” tanya Kak Desi
“Iya, sebenernya sih males. Tapi Chika yang ngajak masa gak diturutin. Bisa ngambek.” jawabku
Kak Desi pun tersenyum, kulihat Kak Desi sedang mengotak-atik hapenya.
Aku mendekatinya lalu mengecup pipinya.
“Jangan disini, ada Chika” cegah Kak Desi
Kak Desi menarikku ke tempat dimana tidak mungkin terlihat dari arah pintu kamar Chika.
Ia memojokkan aku di dekat kompor, menghimpitkan tubuhnya yang masih terlihat bagai seorang gadis itu. Ia memandangku, menunggu aksiku yang tadi ia cegah. Aku pun paham apa yang ia mau, ku kecup sebentar bibirnya. Ku cium lagi dengan nafsu, kulumat bibirnya yang tipis. Ia mengalungkan tangannya di leherku, membalas lumatanku bahkan mendahuluiku menghisap bibir.
Aku pun tak mau kalah, rasanya sudah lama tak bertemu membuat kami makin panas. Lumatan, hisapan bahkan lidah Kak Desi yang menari-nari kunikmati dengan seksama. Aku tak ingin melewatkannya. Kami melakukan dengan pelan agar tak terdengar Chika. Kami juga memasang telinga agar mendengar Chika jika keluar kamar.
Aku yang tak mau kalah diperlakukan seperti itu segera meraih serambi lempit Kak Desi yang masih tertutup celana tidurnya. Ku gesekan jariku dari luar celananya, ia mulai merintih namun tertahan ciuman kami.
“Engghhh”
Kuselipkan tanganku masuk mencari serambi lempit Kak Chika, di dalam CDnya ternyata ia telah basah. Kugesek terus jariku disana.
“Engghh ahhh” erang kak desi saat memisahkan bibir kami.
Aku yang kaget reflek akhirnya mengeluarkan tanganku. Rupanya Kak Desi pun kaget, ia pun diam mengamati suara. Setelah ia merasa aman, tangannya mengelus rudalku dari luar celana. Kemudian ia meremasnya.
“Ouhh.. kak” erangku pelan.
Ia balas erangank dengan senyuman. Kak desi kini menyusupkan tangannya ke dalam celana ku, rupanya ia ingin membalasku. Ia menemukan rudalku, lalu ia mengurutnya.
Luar biasa, keringatku keluar bukan karena cuaca panas namun gelisah akibat takut dipergoki Chika yang sekarang adalah pacarku
Cek.. kreeek.
Suara pintu terbuka yang membuat Kak Desi buru-melepas rudalku dan kemudian mencucinya di washtafle. Aku pun pura-pura mengambil gelas dan menuju kulkas untuk mengambil minum.
“Om, ayuk jalan” kata Chika saat melihatku.
“Ijin dulu sama bunda” kataku lalu meminum air yang sudah kutampung di gelas.
“Bund, Chika jalan sama Om Bejo ya?” kata Chika sambil mendekat lalu memeluk bundanya.
“Iya tapi gak boleh kemaleman pulangnya, walaupun malam minggu tetep ingat waktu. Dan jangan ngrepotin Om Bejo ya?” jawab Kak Desi.
“Ok bunda” balas Chika
“Masih kolokan gini udah pacaran” kata kak Desi.
“Yaudah, Chika ga akan kolokan lagi. Chika pergi ya Bund” kata Chika sambil ingin menarikku
“Aku pergi ya Kak” kataku yang sedang ditarik Chika
“Inget Jo, balikin” jawab Kak Desi
Kami pun pergi dari rumah Kak Desi, kami menuju kost ku. Karena aku belum bersiap, bahkan mandi pun belum.
Sebelum ke kost aku mampir di indomerit membeli beberapa snack dan minuman. Kulihat ada kondom, tapi tak jadi kuambil.
Kami pun segera menuju kost, aku dengan keadaan sange!
Sesampainya di kamar aku menyalakan rokok, aku lihat Chika membersihkan kamarku.
“Rajin amat” komentarku.
“Cuma bersihin sampah kok, hitung2 latihan jadi istrinya Om Bejo” balasnya sambil menyapu kamar.
Aku yang tadinya dongkol karena nafsuku tak bisa tersalurkan kini sudah tak lagi egois.
“Aku akan bahagiaan kamu Chik” kataku dalam hati.
Selesai merokok aku mengambil handuk dan melepas kaos dan menyisakan celana pendekku, kulihat Chika membuka sweaternya.
Ia terlihat sangat imut dengan kaos dan rok pendeknya. Aku pun senyum padanya. Aku berjalan menuju pintu karena akan ke kamar mandi. Tiba-tiba Chika memegang tanganku, setelah aku menoleh ia malah menarikku ke arah kasur. Tanpa bicara ia menarikku duduk, aku pun dengan diam menurutinya.
Aku duduk dan ia yang tadinya duduk disampingku beralih duduk di pangkuanku.
“Chika mau bikin Om Bejo seneng” katanya yang langsung menyambar bibirku
Chika melumat bibirku dengan ganas, ia belajar dari apa yang aku ajarkan sebelumnya. Tangannya berada di bahu dan kepalaku. Tak hanya melumat, ia juga menghisap bibirku buas. Entah apa yang merasuki atau mungkin inikah jodoh?
Ia memasukan lidahnya menyusuri rongga mulutku, menggoda lidahku. Aku pun mulai membalasnya, aku hisap lidahnya yang berada di mulutku. Kugelitik lidahnya dengan lidahku, Chika pun tak mau kalah.
Ia menghisap-hisap seisi mulutku, mengeluarkan lidahnya dan kembali menghisap bibirku.
Aku terengah-engah menikmati ciuman si anak manja. Tak lama ia menghisap-hisap bibirku akhirnya ia melepaskan pagutannya. Namun ia malah melepas kaos yang ia kenakan disusul dengan melepas BHnya sendiri. Ia berdiri di hadapanku lalu menurunkan dan melepas CDnya. Aku hanya diam terbengong melihat ulahnya.
“Om, aku mau Om makin sayang ke Chika” katanya sambil memposisikan diri bersimpuh menghadap rudalku.
Tangan mungilnya membuka pengait dan sletingku.
“Om berdiri dulu sebentar” ucapnya saat kesulitan membuka celanaku.
Ia menanggalkan celana dan CDku. Kini aku pun total tanpa busana.
Sontak ia meraih rudal dan mengocoknya setelah berhasil menanggalkan celanaku. Aku persis kerbau bego dicucuk hidungmya, diam.
“Enak Om?” tanya Chika yang mengagetkanku
“Chika kenapa kamu lakukan ini?” tanyaku balik
“Aku mau bikin Om bahagia dan seneng Chika selalu ada buat Om Bejo” jawabnya dengan masih mengocok rudalku secara random ala amatir.
Ia kemudian mengarahkan dan membuka mulutnya berusaha memasukan rudalku ke dalamnya. Ia masukan kepala rudalnya saja lalu tetap mengocoknya.
“Hisap sayang” perintahku
Chika pun langsung melakukannya tanpa ragu. Sedotannya kuat dan itu lah kesukaanku. Tapi tiba-tiba ia menghentikan kocokannya. Ia mencoba memasukan rudalku lebih dalam. Bahkan terlalu dalam sampai membuat Chika sendiri ingin muntah, tapi ia dengan sabar tetap melakukannya.
“Om tiduran yah” perintah Chika
Aku pun menurut saja menikmati setiap aksi yang ia lontarkan.
Aku berbaring terlentang dengan rudal yang di genggam seorang gadis mungil. Aku masih merasa ini adalah sebuah mimpi. Aku hanya pasrah. Aku juga tak mau menyakitinya dan membuatnya trauma. Dan aku baru sadar antara tak mau menyakiti dan menikmati itu tipis sekali perbedaannya.
Ia kembali mengulum kepala rudalku dan mengocok sisanya, ia basahi rudalku dengan liurnya.
Kini Chika sedang bersiap memasukkan rudalku ke dalam rok yang menyembunyikan serambi lempitnya. Chika menyibakkan roknya sendiri lalu mengarahkan rudalku agar bersarang.
“Errrrggggghhh” rintih Chika saat menurunkan pinggulnya.
Aku sangat menikmati gesekan dan himpitan serambi lempit Chika, rasanya aku melayang.. sangat nikmat!
Chika perlahan sambil meringis mulai menaik turunkan pinggulnya. Ia terpejam saat itu, kulihat ia seperti kesakitan namun tetap melakukan.
Sensasinya sangat luar biasa saat pasangan kita memberikan sesuatu yang kita tidak pernah minta namun ia ikhlas memberikannya demi kita. Itulah yang kualami. Luar biasa.
Tangan Chika bertumpu pada dadaku, ia menaik-turunkan pinggulnya. Aku yang menikmati setiap detik sensasinya sungguh sangat terasa melayang. Aku mulai bertindak dengan memilin puting kecilnya yang sudah nampak tegang. Chika mulai merintih menikmati perbuatannya.
“Emmhh ommhhh” rintih Chika sambil menaik turunkan pinggulnya perlahan
Aku yang sedari tadi memilin putingnya ingin juga merasakan susu Chika. Aku duduk dengan tiba2 sambil memegangi tubuh Chika agar tak terjatuh.
Ia terhenti saat itu juga. Aku membungkuk dan mencondongkan badannya kebelakang agar aku bisa menikmati dada Chika yang masih tumbuh.
“Omhhh ohhh” erang Chika saat aku mulai memainkan putingnya dengan lidahku.
Namun Chika pun tak tinggal diam, ia seakan tahu dan menghoyangkan pinggulnya. Tangannya mendekap kepalaku di dadanya dan pinggulnya bergoyang membuatku keenakan.
“Baru kali ini aku bercinta senikmat ini” pikirku bersyukur
Chika makin mengerang, merintih dan mempercepat tempo goyangannya saat aku menghisap putingnya.
“Omhhh omhhh…” erangan Chika membuat kami bersemangat.
Ia pun makin intensif melakukan goyangan pinggul.
“Akkkkhhhh ommmhhhhh…” erangan panjang Chika menghentikan kegiatan kami.
Denyutan demi denyutan dalam serambi lempit Chika seakan memeras rudalku yang bersarang di dalamnya. Kunikmati setiap denyutannya, membuat aku terpejam. Basah serambi lempit Chika hanya membuat rudalku terasa hangat malah justru menambah kenikmatan yang aku rasakan.
Chika dengan nafas tersengal sengal kini kudekap penuh kasih sayang.
“Om” panggil Chika dengan nafas yang tak teratur.
“Iya sayang?” jawabku
“I love you” katanya
kubalas “love you too”
Chika juga memelukku, kami berpelukan cukup lama sampai Chika terasa sudah pulih kembali.
“Om Bejo kok masih keras?” tanya Chika
“Om kan belum keluar sayang” jawabku
“Chika gak kuat lagi buat goyang om. Maaf” kata Chika
“Kita udahan yuk, om mau mandi” kataku
“Gak mau, om harus keluar dulu. Aku gak mau kalau Om gak keluar. Aku mau om bahagia. Sama kayak Chika” balas Chika
“Tapi kalau kita lanjutin kamu bisa kesakitan” ujarku
“Biarin, chika sayang sama Om Bejo. Gak peduli lagi Om, sakit.. tadi juga sakit. Chika tetep lawan” ungkap Chika
“Pokoknya gimana pun caranya Om harus sampe keluar spermanya” sambung Chika
Aku tak membalas, aku ingin juga tapi takut menyakiti Chika. Aku akan coba perlahan. Aku posisikan tubuh Chika agar terbaring. Kulepas rudalku dalam serambi lempit Chika.
“Plooop”
Kami saling pandang, chika seperti takut. Namun aku lantas memiringkan badannya, kemudian kutekuk 1 kaki Chika.
“Aku terusin ya sayang” kataku
“Iya Om” balas Chika
Aku pun memasukkan rudalku agar kembali bersarang di liang senggama Chika.
“Engghh” rintih Chika saat kumasukan rudalku
Aku pun menggoyang rudalku perlahan agar tak menyakiti Chika. Kulihat ia menggigit handuk yang tadi sempat ia singkirkan.
“Engghhh engghhh” Chika mengerang agak keras meski tengah menggigit handukku ketika pompaanku leh cepat.
Nikmat serambi lempit Chika jauh sangat nikmat walau dibandingkan Kak Desi, bunda dari Chika.
Genjotanku tetap sama, erangan keras Chika kadang keluar dan membuat aku lebih semangat memompa. Pompaanku aku turunkan kecepatannya saat aku sadar bahwa Chika yang ada bersamaku.
Erangan-erangan Chika makin sering keluar walau tertahan. Kuhentakkan rudalku keras..
“Akkkkhhh Ommmhhh… ohhh…” Chika kembali mengerang panjang.
Denyutan-denyutan kenikmatan aku nikmati kembali di dalam serambi lempitnya.
“Omhh.. ohh.. enak banget.. om bejo masih belom ya?” tanya Chika setelah menikmati orgasmenya
“Sedikit lagi sayang” jawabku
“Lakuin sesuka Om, Chika suka” balasnya.
Tak lama setelah denyutan serambi lempit berhenti, aku menelungkupkan Chika. Kubuat posisinya doggy namun susah karena ia sudah lemah.
“Aku ga kuat berdiri Om, maaf.” ucap Chika
Hanya aku telungkuokan Chika, ku kangkangi pantat ABG itu dan ku angkat dengan tanganku. Kuganjal pinggul Chika dengan 2 bantal milikku, tepampanglah serambi lempit polosnya yang basah akibat cairannya sendiri. Ku tusukan rudalku perlahan sambil kupegangi pinggulnya.
“Engghh” erang Chika saat rudalku kembali menerobos
“Maaf sayang” kataku memulai memaju mundurkan rudalku membelah serambi lempit Chika
“Ayoo omhh ohh” rintihan Chika menjawabku
Chika yang telungkup menggapai handukku lagi dan menggigitnya. Aku mulai menaikan tempo pompaanku setelah ia menggigit handuk mandiku. Erangan-erangan tertahan Chika makin membuat aku bernafsu. Aku pejamkan mata menikmati setiap gesekan pada rudalku.
“Engghh ennghhh enghhh..” erangan Chika terdengar setiap aku menghentakan rudalku masuk
Aku sudah merasakan klimaks ku makin dekat, kukayuh rudalku membelah serambi lempitnya makin cepat. Mataku tetap terpejam pertanda menikmati perbuatan kami. Pompaanku makin tak karuan, sesuatu ingin meledak dari ujung rudalku. Ku kayuh pinggulku maju-mundur yang membuat suara ceplak ceplok saat selangkangan kami bertemu.
Suara eksotis kami dan erangan erangan Chika setiap aku menusuk rudalnya memenuhi ruang kamarku.
“Ceplokk engghh ceplokkk enghh” malah membuatku ingin sesegera mungkin mencapai puncak.
Ku kayuh dengan tempo acak.. aku ingin meledakk..
“Akhhh Chika.. om hampirr.. akhh akhh” erangku saat hendak mencapai klimaks
Chika tak membalas, dari mulutnya hanya terdengar erangan setiap hujamanku masuk.
“Ahhh” erangku saat aku mencabut keluar rudalku diikuti Chika yang mengejang hebat..
Crott crott crott.. aku menumpahkan isinya dibibir serambi lempitnya dan diatas bantalku.
“Ahhh.. Chikaa..” erangku menikmati jerih payahku
Kulihat Chika terpejam dengan gigi yang menggigit kuat handukku. Rupanya ia juga orgasme, entah berapa kali ia orgasme aku tak peduli. Asal dia menikmatinya, itu sudah lebih dari cukup bagiku.
Aku pun berbaring di samping Chika, kemudian mengecup pipinya. Ia membuka mata.
“Maafin Om Bejo sayang” kataku
“Aku bahagia kok Om bisa bikin Om seneng” jawab Chika dan ia tersenyum.
Ku ambil bantal yang mengganjal Chika, agar posisinya makin nyaman.
“Mau dibersihkan Om? Sini” ucapnya saat tangannya menggapai rudalku
“Gak usah sayang” jawabku
“Chika maksa Om, kalo gak Chika marah loh” balasnya yang kini sudah menggenggam rudalku yang masih setengah tegang.
Aku pun mendudukan Chika kemudian menidurkannya dengan berbantal pahaku. Ia pun senang dengan posisi itu, tak ada kata antara kita, ia hanya tersenyum. Ia kemudian memasukan rudalku yang masih basah karena air senggama kami.
“Sayang ngilu ih” erangku saat ia menyedot rudalku
Ia pun hanya menjilatinya, membersihkan sisa-sisa perbuatan kami sebelumnya. Aku pun tak mau kalah, aku posisikan tubuh Chika di atasku.
“Sayang aku bersihkan juga ya” ucapku saat serambi lempitnya sudah di depanku.
Langsung saja aku bersihkan air senggama kami dengan sapuan lidahku, dari yang di pangkal paha sampai ke liang senggamanya. Chika nampak kaget saat lidahku masuk kesana.
“Ommhh.. udah omhh..” ia terduduk hampir menduduki wajahku.
Kini kedua kelamin kami pun sudah bersih dari air kenikmatan, namun makin basah karena basuhan lidah.
Chika pun turun dari atasku dan duduk bersandar di tembok. Aku pun bangkit, mengambil rokok lalu mendekati Chika. Aku memegang rokok di tangan kiriku dan Chika memeluk tangan kananku. Kulihat sudah jam 6 petang.
“Lama juga” pikirku
Chika hanya memeluk lenganku dan menyandarkan tubuhnya padaku.
“Sayang, gak tidur aja?” kataku
“Gak deh sayang, masih mau meluk Om Bejoku” jawabnya
“Kamu dapat ide darimana sih? Kok ngotot mau gini?” tanyaku
“Aku cerita kalau udah gak perawan tapi rudal pacarku yang merawanin gak ngeluarin sperma, katanya kalau kita gituan tapi si cowok gak keluar bisa marah dan mutusin kita” terangnya
“Sesat bener ajaran temenmu” komentarku
“Kok gitu?” tanya Chika
“Aku mana mungkin mutusin kamu, jemput telat aja gak tega.” jawabku
“Ihh.. jadi makin sayang” kata Chika dengan gaya manjanya.
“Trus kamu belajar begituan dimana? Jangan bilang diajarin temenmu juga” tanyaku lagi
“Dari internet lah sayang.. masa dari temen. Malu.” jawab Chika
“Yaudah.. kita keluar gak?” ucapku
“Gak usah, ngapain. Aku sih lebih milih meluk om aja disini daripada keluar.” kata Chika
“Kamu gak laper? Abis goyang-goyang.. haha” kataku
“Ihh.. om.. aku malu tau.. yaudah nanti deh kita makan sebelum pulang” kata Chika
Aku pun bangkit, kulihat Chika melihatku heran. Aku mengambil boxer dan memakainya. Lalu mengambil minuman yang sebelumnya kami beli.
“Minum ini, biar agak seger” kataku sambil memberikan minuman berenergi pada Chika
“Makasih sayang” ucapnya sambil menerima minuman yang kuberikan.
Kamipun hanya membicarakan hal-hal mengenai sekolahnya dan teman-temannya yang kuanggap sangat mempengaruhi pola pikirnya mengenai sex. Ia pun aku nasehati agar tak jadi kenikmatanak.
Sampai jam 7 malam kami mengobrol ngalor ngidul tanpa topik yang jelas.
Aku pun mandi dan bersiap-siap untuk cari makan, sedangkan Chika hanya mencuci muka.
“Sayang nanti kalau misal aku ngajakin Om nginep dirumah, boleh gak yah?” tanya Chika
“Mana boleh lah sama Bunda” jawabku
“Aku mau tidur sama Om Bejo” katanya
“Sabar yah, nanti deh kalau situasi memungkinkan” kataku
Kita yang sudah bersiap pun keluar mencari makan. Kami makan di pusat jajanan kota, tak lupa juga aku membeli martabak untuk Kak Desi.
Kami pun pulang setelah makan, dengan membawa martabak untuk Kak Desi. Aku pun sendiri sebenarnya tak sabar ingin bertemu dengannya.
Kami sudah sampai dirumahnya, tapi kulihat lampu dalam rumahnya sudah gelap.
“Kayaknya Bunda udah tidur atau di kamarnya” kata Chika sambil berjalan karena tahu aku memperhatikan rumahnya terus. Aku pun mengikutinya sambil menenteng martabak yang kubeli.
“Masuk dulu yuk Om, aku cari Bunda dulu” katanya.
Aku pun masuk, duduk di ruang tamu. Chika keluar lagi, sendiri.
“Bunda kayaknya udah tidur Om” kata Chika
“Yaudah om langsung balik ya” sahutku lalu berdiri.
Chika pun memelukku, dan mendorongku ke kursi lagi. Aku terduduk, ia menciumku dengan rakus. Aku pun membalasnya seperti tak mau kalah dengan peelakuannya.
Kuhentikan ciuman kami, “maaf ya sayang, besok kita kan masih bisa” kataku.
“Tapi sayang.. aku masih pengen deket Om” jawab Chika
“Sabar yah” kataku sambil berdiri.
“Aku pulang dulu sayang. Selamat malam” ucapku kemudian mengecup keningnya.
Aku pun keluar, baru sampai motor hapeku berbunyi. Kulihat ternyata Kak Desi, “besok pagi aku ke kostmu” pesan kak Desi.
“Oke” balasku singkat
Ia tak membalas lagi chatku. Aku pun bergegas pulang untuk istirahat.
Esoknya aku bangun jam 5, segar badanku ketika bangun langsung kubawa melakukan pemanasan dan beberapa gerakan fitness untuk di rumah. Aku sebenarnya berniat jogging pagi itu kuurungkan karena selamam Kak Desi bilang akan ketempatku. Aku yang selesai, tak langsung mandi karena keringat masih banyak.
Jam setengah 7 pintu kamarku diketuk, kubuka pintu ternyata yang aku tunggu telah datang. Aku yang pagi itu hanya menggunakan boxer kembali duduk menyelesaikan upacara sarapanku.
“Jo, kalian keliatan cocok ya. Aku jadi cemburu.” ucap Kak Desi yang tengah duduk di pinggiran kasur bersamaku.
“Maksud kakak? Kakak cemburu sama Chika?” tanyaku
“Iya, aku iri sama Chika karena bisa bebas bersama kamu” jawabnya
“Aku deket Chika bukannya malah mendukung kakak karena jadi gak ada kecurigaan kalo kakak sering sama aku?” ujarku
“Iya sih tapi gak tau kenapa aku jadi gak rela kalo kamu jalan sama Chika. Aku juga mau Jo, aku juga wanita” kata Kak Desi sambil tertunduk.
“Aku tahu kak, aku juga sadar kalau gak cuma anak2 yang butuh kasih sayang. Kakak juga kan?” ujarku pada Kak Desi
“Makasih udah mau ngerti Jo” ia setelah memeluku dari samping.
Kumatikan rokok ku, kubalas pelukan Kak Desi.
“Kak aku juga menyayangi kakak, kakak jangan khawatir. Aku akan selalu ada buat kalian” ungkapku
Kak Desi pun melepas pelukannya, kami saling berpandangan.
“Kamu berhasil memiliki aku Jo, meski aku sudah bersuami. Tapi aku aku ini milikmu” ucap kak Desi.
Ia kemudian berbaring di kasurku, memandang ku seakan mengharapkan sesuatu dariku.
Entah kenapa aku saat itu sangat bernafsu, ingin sesegera mungkin menggaulinya dengan brutal. Seakan tak ada kendali atas diriku sensiri.
Langsung kubuka pengait dan sleting celana Kak Desi, ia mengangkat pinggulnya merelakan aku meloloskan jeans yang membungkus tubuhnya. Kupandangi tubuh Kak Desi yang masih mengenakan kemeja dan CDnya. Mungkin tak sabar atau heran aku hanya diam, ia mengangkat pinggulnya sendiri lalu menarik CDnya hanya sebatas paha.
Aku menarik CDnya sampai terlepas, kaki Kak Desi sedikit ditekuk setelah ia tak memakai apa2 menutupi bagian bawah tubuhnya. Aku masih diam, sebenarnya terbesit dalam pikirku tentang aku yang telah meneguk gairah bersama anak gadisnya.. dan itu membuatku sangat berdosa pada Kak Desi.
Ia yang tak tahu memandangku dengan mimik muka sejuta tanya. Kak Desi yang tak mengerti, melebarkan pahanya. Memamerkan liang senggamanya di depan mataku.
“Bejo” Kak Desi menyebut namaku
Aku yang tersadar dari rasa berdosa memandang indahnya lembah yang dengan sukarela menjadi rumah sementara pusakaku. Aku mengambil posisi di antara kedua paha Kak Desi, dan kembali menatapnya. Kami berpandangan, namun Kak Desi tak hanya diam.. ia membimbing tanganku untuk mengelus lembah serambi lempitnya. Aku pun menurutinya, mengesekan jemariku di belahan serambi lempit Kak Desi yang sedikit lembab.
Kak Desi mungkin bingung dengan aku saat itu, maka ia memanggilku lagi.
“Bejoo” panggilnya dengan mendesah karena menikmati jemariku membelai serambi lempitnya.
Aku pun tak menjawab, kini aku kembali menjadi Bejo yang siap sedia untuk Kak Desi. Aku putuskan melupakan Chika untuk sejenak.
Kedua tanganku beralih membuka setiap kancing kemeja Kak Desi. Lalu menyusup ke punggung membuka pengait BH yang ia kenakan. BHnya aku singkap.
“Aku mulai kak” kataku yang sudah kembali menjadi Bejo
“Aku sudah menunggumu sayang” sahut Kak Desi
Aku beringsut ingin mengecup bibir tipis Kak Desi, ia memejamkan mata saat bibirku sudah dekat dengan bibirnya. Aku mengecupnya, beralih ke pipinya, ke keningnya, hidungnya dan kembali ke bibirnya. Kali ini aku tak hanya mengecup tapi juga melumat dan menyedot-nyedot bibirnya. Kak Desi pun memrespon perlakuanku.
Aku yang tak ingin menyia-nyiakan hidangan lain, melepas bibirku dan membimbingnya ke leher putih bersih Kak Desi. Kukecup dan kujilati lehernya dengan gemas. Aku turunkan lagi menuju payudaranya.
Lidahku menjulur dan mulai menyapu dari belahan dada paling atas ke bawah. Tanganku ikut meremas pelan kedua payudaranya.
“Enggghhh Jooo” erangnya.
Aku kali ini bermain lembut, kubimbing lidah dan bibirku mengitari payudaranya secara bergantian. Kak Desi memegangi kepalaku yang bergerak-gerak di dadanya. Nafas Kak Desi terdengar memburu, kuartikan ia menikmati perlakuanku.
Ku lepas satu telapak tanganku yang berada di payudara ranum miliknya, kugantikan dengan lidahku yang siap membasahi seluruh permukaan dadanya. Ku jelajahi payudaranya dan berakhir di putingnya. Erangan dan desahan Kak Desi kembali terdengar saat lidahku menari di putingnya yang tegak menantang. Telapak tanganku yang berada di sebelah tak mau dia meremas pelan.
“Ehhkkhh Joo.. ekhhhkhh Joo” erangan Kak Desi setiap kali lidahku mencapai dan memainkan putingnya.
Seluruh area dada Kak Desi telah basah oleh keringat dan liurku. Aku pun berpindah turun ke perutnya. Lidahku mengelilingi perutnya berusaha membasahi seluruh area dengan memutar. Perlakuanku di perutnya membuat Kak Desi menggeliat tak karuan.
“Jooo engghhh gehli…” erangan Kak Desi yang berulang kali terdengar.
Erangan Kak Desi seperti tanpa spasi, erangannya keluar saat lidahku dengan pelan mengitari perutnya. Terlebih saat ku mainkan lidahku di pusarnya, ia menggeliat dan merintih hebat.
Aku pun berpindah turun menuju liang senggama Kak Desi. Kubahasi dulu bulu-bulu Kak Desi yang tak begitu lebat, kemudian turun membelah garis serambi lempit yang sudah tak rapat dan basah.
“Heggghh” suara kak desi menahan sesuatu
Namun tangannya tiba-tiba menjambak rambutku, dimana kepalaku sedang membasahi area pangkal pahanya. Cengkraman Kak Desi pada rambutku tak membuatku berhenti, aku tetap membasahi area sekitar serambi lempitnya. Jilatanku beralih ke batas pemisah antara dubur dan serambi lempitnya, dari sana aku bimbing lidahku naik membelah serambi lempitnya.
Kak Desi seperti menahan sesuatu, aku alihkan lidahku ke liang senggamanya, kutusukan dan kucongkel-congkel serambi lempitnya.
“Esshh ahh esshh ahh” desahan kak desi menikmati.
Aku pun kembali membimbing bibir dan lidahku ke arah clitorisnya. Jariku ikut andil menggantikan lidahku yang sebelumnya bermain pada liang senggamanya. Aku tusukkan jariku masuk selagi aku menghisap-hisap clistorisnya. Kukocok serambi lempitnya dengan cepat selama aku menghisap kedua kalinya aku mengocokan jariku, Kak Desi berteriak
“Bejoo… akhhhh…” teriakan panjang yang pasti terdengar kamar sebelah.
Kak Desi menggelinjang hebat saat berteriak, kepalaku pun ditekan kuat dan jariku seolah dimandikan di dalam serambi lempitnya.
“Kamu jahat Jo, aku tahan biar aku memuaskan kamu dulu” katanya dengan nafas tersengal
Aku tak menanggapinya, aku duduk diantara pahanya dengan tersenyum padanya. Kami saling berpandangan, nafas Kak Desi yang tak teratur membuatnya makin sexy.
Kak Desi kemudian duduk depanku setelah nampak lega.
“Aku ingin memuaskanmu Jo, jangan ditahan. Aku melakukannya ikhlas untuk orang yang aku sayang” katanya sambil mendorongku pelan agar aku berbaring. Aku pun berbaring dengan Kak Desi yang duduk di sambing kakiku.
Ia menarik boxer ku, kunaikkan pinggulku dan terlihatlah pusakaku yang telah ereksi penuh. Tak berlama-lama, Kak Desi langsung mengocok dan memasukkan rudalku ke mulutnya.
“Pemandangan yang indah” pikirku
Kak Desi yang bawahnya telanjang, bagian atasnya terbuka dan BH yang hanya kusingkap sedang memainkan rudalku. Aku benar-benar menikmati perlakuannya, kurasakan ia tanpa beban dan rasa ragu. Ia menghisap kuat rudalku dan kadang berusaha memasukkan rudalku sampai mentok. Ia tak mengeluh dengan rasa mual yang dirasakan.
Kak Desi berhenti memainkan pusakaku, ia memandangku lalu naik dan duduk di pahaku.
“Aku akan berikan servis terbaikku Jo” kata Kak Desi yang bersiap memposisikan dirinya
Kak Desi mengocok sebentar meludahi telapak tangannya dan membasahi rudalku. rudalku di bawahnya siap menusuknya. Perlahan ia turunkan pinggulnya dan membimbing rudalku.
“Blesss” rudalku perlaham amblas dalam serambi lempitnya.
Kulihat Kak Desi terpejam saat ia memasukannya, ia terlihat begitu menikmati tiap gesekannya. Aku pun menikmatinya, konsentrasiku kini hanya menikmati tanpa berusaha menahan agar tahan. Setiap remasan serambi lempitnya begitu terasa di rudalku, membuatku melayang.
Kak Desi mulai menaik turunkan pinggulnya, ia goyangkan pinggulnya saat menurunkan pinggulnya. Aku sangat menikmati permainannya sampai meringis. Ngocoks.com
Kak Desi yang terpejam dan terus menaik turunkan pinggulnya sangat cantik di mataku. Payudara yang ikut bergoyang kuraih dengan kedua tanganku. Kuremas remas payudara sekal milik Kak Desi, perlakuanku membuatnya mendesah.
“Ahh… eengg ahh engg ahh” desahnya yang masih terpejam.
Erangan dan desahan menekenikmatan kegiatan kami. Saat remasanku berganti dengan memilin, Kak Desi terbelalak dengan mulutnya tetap mengeluarkan desahan.
“Ahh.. jooo.. engghh.. jooo…” erang Kak Desi
Aku sungguh tak menahan rudalku untuk keluar, namun hanya fokus menikmati persenggamaan kami.
Kak Desi makin liar bergerak di atasku, ia bergoyang layaknya sedang zumba. Hal itu berakibat nikmat pada rudalku, terasa sudah hampir aku mencapai puncak akibat remasan serambi lempit Kak Desi. Kak Desi makin hilang kendali, ia bergoyang kesetanan dengan bertumpu di dadaku.
“Arrgggghhhhh…” hentakan pinggul Kak Desi dan erangan Kak Desi membuatku saat nikmat. Karena saat itu pula kedutan hebat serambi lempitnya begitu meremas rudalku.. “hampir” batinku.
Kendali langsung aku ambil alih, Kak Desi yang masih bertumpu di dadaku.. ku angkat pinggulnya sedikit dan kusodokkan rudalku dengan cepat. Aku sangat menginginkan klimaks ku. Gesekan demi gesekan pada rudalku membuatku makin liar.
“Ahh ahh ahh” desahan Kak Desi yang kudengar makin membuatku bernafsu.
“Kaaaaaakkkk” aku mengerang saat rudalku menyemburkan isinya.
Dengan nafas yang memburu, kupandang wajah cantik Kak Desi.
“Kak, maaf aku keluarnya cepet” kataku.
“Gak kok Jo, aku malah seneng kamu bisa menikmatinya” ucap Kak Desi.
“Mau lagi Kak? Aku janji kali ini kakak tak akan kecewa” tanyaku
“Enggak Jo, hari ini aku hanya ini melayanimu. Lain kali saja. Udah siang juga” jawabnya
Kak Desi pun merebahkan diri di atasku, rudalku yang masih setengah berdiri tetap bersarang di serambi lempitnya.
“Kakak mau cerita sesuatu Jo, kakak pikir kamu harus tau. Karena aku yakin kamu bukan tipe seperti itu.” kata Kak Desi membuatku penasaran.
“Ada apa Kak?” tanyaku.
“Tentang Kak Yanti” jawab Kak Desi
Aku pun diam, teringat semua tentang Kak Yanti. Mulai dari cerewetnya, omelannya, sampai rasa pelayanannya.
“Kak Yanti nawarin kamu ke grup, dia bilang siapa saja bisa pakai kamu. Khusus relasi usahanya gratis. Kak Yanti juga kasih foto dan ceritakan tentang kamu di atas ranjang” ungkap Kak Desi.
“Aku bukan gigolo” kataku lirih
“Aku tau Jo, meskipun nafsumu besar tapi aku yakin dengan hatimu” sahut Kak Desi
Ia pun bangkit melepas rudalku dan berjalan ke arah tas yang ia bawa. Ia mengambil hapenya dan kembali ke arahku. Aku pun duduk, Kak Desi duduk di sebelahku. Ia perlihatkan hapenya, dimana Kak Yanti memposting diriku. Kuambil hapenya saat aku melihat fotoku sendiri. Aku sebenarnya tak percaya, Kak Yanti bisa setega itu.
Komentar yang ada pun beragam, dari yang mau coba sampai menghinaku karena wajahku. Tapi 1 komentar yang membuatku tertarik, komentar dari Kak Desi. Ia bilang bahwa tidak usah pakai aku, agar dia saja yang pakai lagipula kita sekota. Aku memandang tak percaya pada Kak Desi saat aku membaca komentarnya.
“Kakak komentar gini?” tanyaku
“Ehh.. maaf Jo.. abis aku ga terima kamu dihina sama anak grup” jawabnya
Kulihat grup Chat itu, kuingat namanya untuk aku tanyakan jelasnya pada Kak Yanti.
“Makasih Kak udah critain masalah ini” kataku
“Aku cuma berpikir kalo aku nyimpan rahasia ini, kamu juga akan tau sendiri nantinya. Tapi lebih cepat tau lebih baik pikirku” balas Kak Desi
“Sekarang aku penasaran gimana bisa kakak ke kamar waktu kita di hotel” kataku sambil mengembalikan Hapenya
“Awalnya karena aku lah istri yang dikenalkan oleh suamiku ke relasinya. Jadi aku kenal banyak orang termasuk istrinya. Kita di grup itu sepakat buat ngadain arisan, tapi lama kelamaan banyak yang share lelaki simpanannya.” cerita Kak Desi
“Trus yang di hotel itu?” tanyaku lagi
“Kak Yanti posting kamu waktu itu dan aku tanya2 karena aku ngerasa ngenalin kamu. Kita kan berkawan di BBM. Trus aku di suruh ke kamarnya, waktu di kamar aku sebenernya kaget banget tahu kalo kamu itu adik iparnya sendiri. Aku kira kamu simpenannya.” cerita Kak Desi lagi
Cerita Sex Menodai Adik Ipar
“Kok Kakak mau sama aku waktu itu? Sampai mau ikut dan mau beliin martabak segala” kataku
“Waktu itu kakak belum mau, kakak cuma disuruh ke kamar aja dan bawa martabak kenikmatans rasa coklat. Kakak cuma penasaran aja kamu apa bukan yang di posting. Kalo soal begituan karena waktu itu kakak abis cekcok sama suami lewat telpon dan kakak dibisikin Kak Yanti kalo cobain kamu, buat hilangin stres. Aku coba deh” ceritanya.
Kak Desi tersipu selesai menceritakan semuanya. Kini aku pun tahu kalau Kak Yanti tak pernah baik padaku. Ia yang kasar dan cerewet tak pernah berubah, bahkan tega menjadikanku pemuas teman-temannya.
Aku beruntung ada di kota yang berbeda, butuh semalam perjalanan untuk ke kotaku membuat para wanita yang ingin mencobaku harus bersabar. Aku yang berniat balas dendam dengan memperkosanya malah dijadikan gigolo olehnya. Lucunya nasib ini.